Thursday, August 30, 2012

REPRODUKSI

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

    Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Pada manusia untuk menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generatif atau seksual. Alat reproduksi manusia terbagi menjadi alat reproduksi jantan dan alat reproduksi betina. Alat reproduksi jantan meliputi organ reproduksi luar (penis dan skrotum) dan organ reproduksi dalam (testis, epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi, dan urethra). Sedangkan alat reproduksi betina meliputi organ reproduksi luar (vagina dan vulva) dan organ reproduksi dalam (ovarium, tuba fallopi, dan uterus). Jadi, praktikum ini dilaksanakan agar bisa mengetahui secara langsung bagaimana struktur penyusun organ reproduksi pada jantan dan betina khususnya organ reproduksi bagian dalam.


     

  2. Tujuan

    Mempelajari struktur yang menyusun sistem reproduksi jantan dan betina.


     


 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi pada suatu organisme berbeda antara jantan dan betina. Sistem reproduksi pada perempuan berpusat di ovarium. Alat reproduksi pada pria a. Sepasang testis, yang terbungkus dalam kantong skrotum, testis berfungsi sebagai penghasil sperma dan hormon testosteron b. Sepasang epididimis, saluran panjang berkelok-kelok terdapat di dalam skrotum. Pada wanita ovarium berfungsi menghasilkan ovum dan hormon (estrogen dan progestron) jika sel telur pada ovarium telah masak, akan dilepaskan dari ovarium, pelepasan telur dari ovarium disebut ovulasi, (Sembiring,2005).

Menurut Anonim (2010), sistem reproduksi laki-laki atau sistem kelamin laki-laki terdiri dari sejumlah organ seks yang merupakan bagian dari proses reproduksi manusia. Pada laki-laki, organ-organ reproduksi ini terletak di luar tubuh manusia, sekitar panggul wilayah. Organ utama pada laki-laki adalah penis dan testis yang memproduksi air mani dan sperma, yang sebagai bagian dari hubungan seks pupuk sebuah ovum dalam wanita tubuh dan ovum dibuahi (zigot) secara bertahap berkembang menjadi janin, yang kemudian lahir sebagai anak. Berikut rincian dari organ reproduksi laki-laki:

  1. Penis, berfungsi sebagai alat senggama dan sebagai saluran untuk menyalurkan sperma dan air seni.
  2. Glans, adalah bagian depan atau kepala penis. Glans banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf.
  3. Foreskin (preputium), adalah kulit yang  menutupi bagian glans. Sunat adalah suatu kebiasaan di beberapa negara. Sunat dianjurkan karena memudahkan membersihan penis sehingga mengurangi kemungkinan terkena infeksi.
  4. Kandung Kencing, adalah tempat penampungan sementara air yang berasal dari ginjal (air seni).
  5. Uretra (saluran kencing), yaitu saluran untuk mengeluarkan air seni dan air mani.
  6. Kelenjar Prostat, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan yang berisi zat makanan untuk menghidupi sperma.
  7. Vesikula Seminalis, fungsinya adalah menampung sperma yang telah matang.
  8. Vas Deferens (saluran sperma), yaitu saluran yang menyalurkan sperma dari testis menuju vesicle seminalis. Panjang Vas deferens sekitar 45 cm dengan diameter sekitar 2,5 mm.
  9. Epidydimis, yaitu saluran-saluran yang lebih besar dan berkelok-kelok yang membentuk bangunan seperti topi. Sperma yang dihasilkan oleh oleh saluran-saluran testis yang kecil akan berkumpul di Epidydimis.
  10. Testis (pelir), berjumlah dua buah untuk mereproduksi sperma setiap hari dengan bantuan testosteron. Testis berada di luar tubuh karena pertumbuhan sperma membutuhkan suhu yang lebih rendah daripada suhu tubuh.
  11. Scrotum, adalah kantung kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat-lipat. Scrotum adalah tempat bergantungnya testis. Scrotum mengandung otot-otot polos yang mengatur jarak jauh testis ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap.
  12. Tulang kemaluan, terletak di depan kandung kencing.
  13. Rambut kemaluan, berfungsi untuk menyaring kotoran agar tidak langsung menempel pada kulit kemaluan. (http://belajarpsikologi.com/organ-reproduksi-laki-laki/)

Menurut Penuntun Praktikum Histologi Hewan (2012), alat reproduksi betina terdiri dari atas ovarium, tuba fallopi, uterus, dan vagina.

  1. Ovarium,
  2. Folikel terdiri atas 1 telur yang dikelilingi oleh 1 atau lebih lapisan sel-sel folikel, yang memberikan makanan dan melindungi sel telur yang sedang berkembang. Dari 400 ribu folikel yang dimiliki oleh seorang perempuan terbentuk sebelum kelahirannya. Dari jumlah tersebut, hanya beberapa ratus folikel yang akan membebaskan sel telur selama tahun-tahun reproduksi seorang perempuan. Folikel ovarium terbagi menjadi tiga, yaitu :
    1. Folikel muda, terdiri dari oosit besar dilapisi sel gepeng, oosit berinti agak ke tepi, banyak gelembung-gelembung.
    2. Folikel tumbuh, sel folikel yang semula gepeng menjadi kuboid, kemudian berkembang menjadi berlapis.
    3. Folikel matang, menonjol ke permukaan ovarium.
  3. Oviduk mempunyai pembukaan yang mirip corong dan silia yang terdapat pada epitelium bagian dalam yang melapisi duktus itu akan membantu menarik sel telur dengan cara menarik cairan dari rongga tubuh ke dalam duktus tersebut.
  4. Uterus adalah rongga tebal dan berotot yang dapat mengembang selama kehamilan untuk menampung fetus dengan bobot 4 Kg.
  5. Lapisan bagian dalam uterus (endometrium), di airi oleh banyak pembuluh darah. Leher uterus adalah serviks (cervix) yang membuka ke dalam vagina.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB III

METODOLOGI

  1. Waktu dan tempat

    Adapun waktu dan tempat dari praktikum ini yaitu :

    Hari/Tanggal : Kamis, 08 Maret 2012

    Waktu     : 13:30 WITA - selesai

    Tempat     : Laboratorium Biodiversity jurusan Biologi FMIPA UNTAD

  2. Alat dan Bahan

    Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :

    1. Alat
  • Mikroskop
  • Buku gambar
  • Alat tulis
  1. Bahan
  • Preparat jaringan vagina
  • Preparat jaringan ovarium (corpus luteum)
  • Preparat jaringan testis
  • Preparat jaringan penis
  1. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang harus diperhatikan pada praktikum kali ini adalah :

  1. Menyiapkan bahan (preparat) yang akan diamati yang terdiri dari jaringan epitel squamosum, jaringan epitel silindris, dan jaringan hyalin kartilago.
  2. Mengamati bagian–bagian morfologi dari preparat jaringan dengan menggunakan mikroskop.
    1. Mengamati dan mengidentifikasi bagian–bagian morfologi dari preparat jaringan yang digunakan.
    2. Menggambar hasil pengamatan di buku gambar


 


 


 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


 

  1. Hasil pengamatan


 

No

Preparat

Gambar

Keterangan

1.

Corpus luteum


 



 

1

2


 

3

4


 

  1. Folikel muda


     

  2. Folikel matang


     

  3. Ovum


     

  4. Folikel tumbuh


 

2.

Penis


 


1


 


 


 


 


 


 


 


 

  1. Jaringan erectile


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

3.

Vagina


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


1


 

2

3

     4

  1. Serviks


     

  2. Lamina mayor


     

  3. Lamina minor


     

  4. Jaringan erectile


 


 


 


 

4.

Testis


 



 


 


 


 


 


 


 

  1. Tubulus seminiverus
  2. Sel sertoli
  3. Lumen
  4. Sel leydig


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

  1. Pembahasan

    Dalam praktikum kali ini membahas tentang reproduksi jantan dan betina. Pada reproduksi jantan, preparat yang diamati yaitu preparat Testis dan penis.

    Testis merupakan kelenjar kelamin, berjumlah sepasang dan akan menghasilkan sel-sel sperma serta hormon testosteron. Berdasarkan hasil pengamatan testis terdiri dari beberapa komponen, yaitu tubulus seminiferus yang berkelok-kelok merupakan bagian yang ada pada setiap lobulus, yang berfungsi sebagai tempat pembentukan sperma, lumen yaitu saluran di dalam pembuluh tubuh seperti ruangan kecil di bagian tengah yang berfungsi sebagai tempat keluarnya sperma, sel sertoli yang berfungsi sebagai sumber makanan bagi sperma dan mengatur proses spermatogenesis, sel leydig yang berfungsi menghasilkan hormon tostesteron, dan spermatozoa atau sel sperma yaitu sel dari sistem reproduksi laki-laki.

    Organ reproduksi pada jantan yang telah diamati yaitu penis, dan testis.Dimana pada bagian preparat penis memiliki fungsi sebagai alat untuk menghantarkan spermatozoa melalui saluran yang ada di dalamnya, dan sebagai alat aktivitas seksual seorang pria.Penis berada di antara kedua pangkal paha pria. Penis mulai dari arcus pubis menonjol ke depan berbentuk bulat panjang. Dari pangkal ke ujung berbentuk cendawan dengan kepala penis seperti kepala cendawan tetapi bagian ujungnya agak meruncing ke depan, komponen yang terdapat yaitu jaringan erektil yang berupa rongga-rongga yang banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa dan juga merupakam jaringan dimana banyak terdapat aliran darah yang berfungsi saat terjadinya ereksi sehingga mampu mempertahankan kekerasan penis pada saat berereksi, kemudian preparat testis dimana testis merupakan tubuler komplek yang memiliki 2 fungsi yaitu reproduksi dan hormonal yang mana komponen-komponen yang terdapat pada testis berdasarkan hasil pengamatan yaitu tubulus seminiferus Yang mana tubulus seminiferus bermuara kedalam epididimis, kemudian spermatogonia yaitu dinding dalam tubuli tersebut dilapisi oleh selapis sel-sel bakal sel kelamin berbentuk bulat Diantara spermatogonia yang melapisi dinding tubuli seminiferi adalah sel-sel yang berbentuk langsing, letaknya berselang-seling dengan spermatogonia dan mengarah kedalam lumen. Sel tersebut adalah sel sertoli penghasil hormon testosterone, spermatogonia,lumenyang merupakan rongga yang terpat pada bagian tengah, sel sertoliberfungsi sebagai sumber makanan bagi sperma dan mengatur proses spermatogenesis, dan sel leydigsebagai sel-sel intersisial yang berfungsi menghasilkan hormon tostesteron.

    Organ reproduksi pada betina yang telah diamati yaitu preparat ovarium, dan preparat vagina. Dimana pada preparat ovarium terdapat komponen-komponen yaitu adanya lapisan ovarium dimanapada lapisan ini terletak pada bagian luar ovarium yang mana berfungsi melindungi ovarium dan organ-organ yang berada di dalamnya,korpus luteum yaitu untuk menghasilkan suatu hormon progesteron yang berguna untuk mengatur siklus menstruasi,gumpalan darah atau yang terbentuk akibat adanya kerusakan pada lapisan pembuluh darah, hubungan menstruasi dengan gumpalan darah yaitu dimana gumpalan darah dalam korpus luteum itu nantinya akan meluruh bersama sel ovum yang tidak dibuahi dan jaringan darah pada endometrium. oosit primer dan folikel muda yang merupakan folikel yang memiliki oosit Dimana folikel muda yang akan berkembang menjadi folikel matang, gumpalan darah, folikel muda, dan oosit primer. Serta pada bagian preparat vagina yaitu terdapat serviks adalah leher dari uterus yang membuka ke dalam vagina, labia mayor (bibir luar vagina yang tebal) berlapiskan lemak, sedangkan labia minor (bibir kecil) yaitu sepasang lipatan kulit yang halus dan tipis, tidak dilapisi oleh lemak.danjaringan erektilyang berupa rongga-rongga yang banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Berdasarkan hasil pengamatan, Ovarium corpus loteum terdiri atas beberapa komponen yaitu corpus loteum, ovum dan folikel. Coepus loteum yaitu massa jaringan kuning di dalam ovarium yang dibentuk oleh folikel yang telah masak dan mengeluarkan ovumnya. Dalam rahim, corpus loteum akan menghasilkan progesteron yang berfungsi untuk mengatur siklus menstruasi, mengembangkan jaringan payudara, dan menyiapkan rahim pada waktu kehamilan. Ovum yang merupakan sel telur atau sel reproduksi pada wanita. Folikel terletak di korteks ovarium dan dibagi menjadi dua berdasarkan tipe fungsinya, yaitu primordial (nongrowing) dan folikel yang tumbuh (growing). Folikel yang tumbuh dibagi menjadi 5 tingkatan yaitu primer, skunder, tertier, matur (de Graaf) yang menyelubungi ovum yang matang dimana folikel ini berfungsi menghasilkan hormone estrogen, dan atretik.


     

        
     


     


     


     


     


     


     


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB V

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini, yaitu :

  1. Pada testis terdapat jaringan erektil dimana jaringan ini akan terisi oleh darah sehingga manjadi bengkak dan keras.
  2. Di dalam ovarium tepatnya di corpus luteum terdapat tiga macam folikel, antara lain folikel muda, folikel tumbuh, dan folikel matang.
  3. Pada testis terdapat sel sertoli dan sel leydig dimana fungsi sel sertoli adalah untuk menyediakan makanan bagi spermatozoa, dan sel leydig berfungsi untuk menghasilkan hormon testosteron.
  1. Saran

    Diharapkan kepada laboran atau asisten agar dapat menyediakan preparat yang masih bagus sehingga pengamatan yang kami lakukan lebih jelas lagi.


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     

DAFTAR PUSTAKA

Aninomous, 2008, Reproduksi Manusia,
http://rachdie.blogsome.com
. Diakses pada tanggal 21 april 2010.

Sembiring , Langkah dkk, 2005, Biologi SMA, Sunda Kelapa Pustaka : Jakarta

Tim penyusun penuntun praktikum , 2012, Histologi Hewan, BIOLOGI FMIPA UNTAD : Palu.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB I

PENDAHULUAN


 

  1. Latar Belakang

    Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya membran plasma dari dinding sel pada sel tumbuhan. Plasmolisis terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis : tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas.

    Deplasmolisis merupakan kebalikan dari plasmolisis, yaitu menyatunya kembali membran plasma yang telah lepas dari dinding sel. Deplasmolisis terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan hipotonik, sel tumbuhan akan menyerap air dan juga tekanan turgor meningkat. Banyaknya air yang masuk ke dalam sel akan menyebabkan terjadinya deplasmolisis. Membran plasma akan mengembang sehingga akan melekat kembali pada dinding sel


     

  2. Tujuan

    Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu : Melihat terjadinya plasmolisa dan deplasmolisa pada sel tumbuhan.


     


     

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


 

    Menurut Tim Penyusun Penuntun Praktikum Anatomi Tumbuhan (2011), plasmolisa merupakan peristiwa terlepasnya membran sel dengan dinding sel akibat isi sel mengecil. Hal ini disebabkan oleh peristiwa osmose, dimana air dalam sel berdifusi keluar sel, akibat konsentrasi air lebih tinggi dalam sel daripada di luar sel itu sendiri. Ini mungkin terjadi bila sel tersebut direndam suatu larutan gula atau garam. Sedangkan peristiwa deplasmolisa adalah kebalikan dari peristiwa plasmolisa. Hal ini dimungkinkan apabila sel yang telah terplasmolisa direndam kembali ke dalam air.

Plasmolisis adalah kondisi dimana suatu sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik). Akibatnya cairan yang ada di dalam sel keluar dari sel, sehingga tekanan sel terus berkurang sampai di suatu titik dimana membran sel terlepas dari dinding sel. Plasmolisis dapat mudah diamati pada sel bawang merah ataupun daun Rhoe-discolor yang direndam pada larutan sukrose dengan konsentrasi tertentu.
Bagian yang diambil untuk diamati yakni pada selaput tipis yang biasanya ada diantara umbi bawang merah, atau pada sel selaput epidermis daun Rhoe-discolor, (Bambang, 2006).

Pergerakkan molekul air melalui membran semipermeable selalu dari larutan hipotonis menuju larutan hipertonis sehingga perbandingan konsentrasi zat terlarut kedua zat seimbang (isotonic). Pada saat sel diletakkan dalam air suling , konsentrasi zat terlarut dalam sel hipertonik karena adanya garam mineral, asam organik dan berbagai zat lain yang di kandung sel. Dengan demikian air akan terus mengalir ke dalam sel sehingga konsentrasi larutan di dalam sel dan di luar sel sama. Namun, membrane sel mempunyai kemampuan yang terbatas untuk mengembang sehingga sel tersebut tidak pecah. Pada sel tumbuhan hal ini dapat teratasi karena sel tumbuhan memiliki dinding sel yang menahan sel mengembang lebih lanjut, (Fiktor Ferdinand, 2007).

Pada saat air di dalam sitoplasma maksimum, sel akan mengurangi kandungan mineral garam dan zat-zat yang terdapat dalam sitoplasma. Hal ini membuat konsentrasi dalam zat terlarut diluar sel sama besar dibandingkan konsentrasi air di dalam sel. Pada sel Rhoeo discolor yang di tetesi air suling sel menjadi membengkak karena air masuk melalui osmosis. Akan tetapi, dindingnya yang lentur akan mengembang hanya sampai pada ukuran tertentu sebelum dinding ini mengerahkan tekanan balik pada sel yang melawan penyerapan air lebih lanjut. hal ini di sebabkan sel berada pada kondisi paling sehat dalam lingkungan hipotonik dimana kecenderungan untuk menyerap air secara terus-menerus akan diimbangi oleh dinding lentur yang mendorong sel, (Jane B. Reech, 2003).

Sel yang telah mengalami plasmolisis dapat kembali ke keadaan semula. Proses pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke kondisi semula ini dikenal dengan istilah deplasmolisis. Prinsip kerja dari deplasmolisis ini hampir sama dengan plasmolisis. Tapi, konsentrasi larutan medium dibuat lebih hipotonis, sehingga yang terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang antara dinding sel dengan membran sel bergerak ke luar, sedangkan air yang berada di luar bergerak masuk kedalam dan dapat menembus membran sel karena membran sel mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul-molekul air tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel kembali terdesak ke arah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula, (Elsa, 2009).

Osmosis adalah gerakan suatu materi, misalnya air melintasi suatu selaput atau membran. Air selalu bergerak melewati membran ke arah sisi yang mangandung jumlah materi terlarut paling banyak dan kadar air paling sedikit. Osmosis adalah difusi melalui membran semipermeabel. Masuknya larutan ke dalam sel-sel endodermis merupakan contoh proses osmosis. Dalam tubuh organisme multiseluler, air bergera dari satu sel ke sel lainnya dengan leluasa. Selain air, molekul-molekul yang berukuran kecil seperti O2 dan CO2 juga mudah melewati membran sel. Molekul-molekul tersebut akan berdifusi dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses Osmosis akan berhenti jika konsentrasi zat di kedua sisi membrane tersebut telah mencapai keseimbangan. Osmosis juga dapat terjadi dari sitoplasma ke organel-organel bermembran. Osmosis dapat dicegah dengan menggunakan tekanan. Oleh karena itu, ahli fisiologi tanaman lebih suka menggunakan istilah potensial osmotik yakni tekanan yang diperlukan untuk mencegah osmosis. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada atau tidaknya plasmolisis menjadi indikator dari ada atau tidaknya osmosis yang terjadi, (Ernawati, 2006).



 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB III

METODOLOGI


 

  1. Waktu dan Tempat

    Adapun waktu dan tempat pada praktikum Anatomi Tumbuhan ini dilaksanakan pada :

    Hari/Tanggal    : Sabtu, 12 November 2011

    Waktu        : Pukul 10.00 -12.30 WITA

    Tempat        : Laboratorium Biodiversity F-MIPA UNTAD


 

  1. Alat dan Bahan

    Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Plasmolisa yaitu:

    1. Alat
      1. Mikroskop
      2. Kaca objek dan penutup
      3. Silet
      4. Lap halus
      5. Pipet tetes
    2. Bahan
      1. Air
      2. Air gula 20 % dan 30 %
      3. KNO3
      4. H2SO4 / HCL
      5. KOH
      6. Rhoe discolor (adam hawa)


 


 

  1. Prosedur Kerja
    1. Mula-mula sel diperiksa dengan menggunakan media air, lalu menggambar sekumpulan sel
    2. Mengganti media air dengan suatu plasmolitikum (air gula 20 %), periksa dan menggambar sekumpulan sel
    3. Mengganti air gula 20 % dengan air gula 30 % (membuat preparat baru dengan media air gula 30 %). Memperhatikan sudut-sudut sel apakah sudah terjadi plasmolisa , lalu menggambar sekumpulan se dan membandingkan dengan a dan b diatas
    4. Membuat preparat baru dengan media air dan menggambar sekumpulan sel, lalu mengganti air dengan KNO3 10 % sebagai plasmolitikum, menggambar sekumpulan sel dan membandingkan dengan a,b,dan c
    5. Mengganti media preparat c dan d dengan air dengan cara mencuci dan merendam di dalam air kira-kira 10 menit, lalu memeriksa apakah sudah terjadi deplasmolisa, lalu menggambar sekumpulan sel dan membandingkan dengan c dan d
    6. Memeriksa reaksi anthocyan terhadap asam dan basa. Membuat preparat dengan media air agak panjang. Dari samping kiri meneteskan asam H2SO4 atau HCl dan dari samping kanan meneteskan basa KOH, lalu memperhatikan warna yang terjadi, sebelah kiri, tengah, dan kanan.


 


 


 


 


 


 

  1. Pembahasan

    Telah kita ketahui bahwa plasmolisa adalah peristiwa terlepasnya membrane sel dengan dinding sel akibat isi sel mengecil yang disebabkan oleh peristiwa osmose, dimana air dalam sel berdifusi keluar sel, akibat konsentrasi air lebih tinggi dalam sel daripada diluar sel itu sendiri. Sedangkan peristiwa deplasmolisa adalah kebalikan dari peristiwa plasmolisa. Untuk melihat peristiwa plasmolisa dan deplasmolisa dengan jelas maka dalam praktikum ini menggunakan tanaman yang cairan selnya mengandung zat warna seperti anthocyan, tanaman yang digunakan yaitu Rhoe discolor (adam hawa).

    Pada percobaan ini, yang pertama-tama dilakukan adalah mengambil sobekan epidermis daun bagian bawah dari adam hawa, lalu meneteskan air diatas sobekan epidermis daun bagian bawah dari adam hawa yang telah berada di atas kaca objek lalu mengamatinya dengan mikroskop. Pergerakkan molekul air melalui membran semi permeable selalu dari larutan hipotonis menuju larutan hipertonis sehingga perbandingan konsentrasi zat terlarut kedua zat seimbang (isotonic). Pada saat sel diletakkan dalam aquades , konsentrasi zat terlarut dalam sel hipertonik karena adanya garam mineral, asam organic dan berbagai zat lain yang di kandung sel. Dengan demikian air akan terus mengalir ke dalam sel sehingga konsentrasi larutan di dalam sel dan di luar sel sama. Namun, membrane sel mempunyai kemampuan yang terbatas untuk mengembang sehingga sel tersebut tidak pecah. Pada sel tumbuhan hal ini dapat teratasi karena sel tumbuhan memiliki dinding sel yang menahan sel mengembang lebih lanjut.

    Pada saat air di dalam sitoplasma maksimum, sel akan mengurangi kandungan mineral garam dan zat-zat yang terdapat dalam sitoplasma. Hal ini membuat konsentrasi dalam zat terlarut diluar sel sama besar dibandingkan konsentrasi air di dalam sel. Pada sel rhoeo discolor yang di tetesi air suling sel menjadi membengkak karena air masuk melalui osmosis. Akan tetapi, dindingnya yang lentur akan mengembang hanya sampai pada ukuran tertentu sebelum dinding ini mengerahkan tekanan balik pada sel yang melawan penyerapan air lebih lanjut. Hal ini di sebabkan sel berada pada kondisi paling sehat dalam lingkungan hipotonik dimana kecenderungan untuk menyerap air secara terus-menerus akan diimbangi oleh dinding lentur yang mendorong sel. Jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, air akan terus-menerus keluar dari sel . sel akan mengerut mengalami dehidrasi dan bahkan dapat mati. Pada sel tumbuhan hal ini menyebabkan sitoplasma mengerut  dan terlepas dari dinding sel. Peristiwa ini di sebut plasmolisis. Pada sel rhoeo discolor yang di beri larutan gula 20% peristiwa ini nampak jelas terlihat jumlah antocyanyn ada 7. Sel- sel pada rhoeo discolor menjadi menkerut dan terlihat bertumpuk. Hal ini di sebabkan potensial air di luar sel  rhoeo discolor  lebih rendah daripada potensial air di dalam sel. Jika sel kehilangan air cukup besar, maka ada kemungkinan volume isi sel akan menurun besar sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel.  Sel yang sudah terplasmolisis dapat disehatkan kembali dengan memasukkannya ke dalam air murni. Setelah direndam selama 2 menit sel Rhoe discolor sel akan mengalami deplasmolisa, dimana membrane sel dan dinding sel akan kembali ke kondisi semula. Prinsip kerja dari deplasmolisis ini hampir sama dengan plasmolisis. Tapi, konsentrasi larutan medium dibuat lebih hipotonis, sehingga yang terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang antara dinding sel dengan membran sel bergerak ke luar, sedangkan air yang berada di luar bergerak masuk kedalam dan dapat menembus membran sel karena membran sel mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul-molekul air tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel kembali terdesak ke arah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula.

    Pada sel rhoeo discolor yang di beri larutan air gula 30% peristiwa ini nampak jelas terlihat jumlah antocyanyn ada 5. Sel- sel pada rhoeo discolor menjadi menkerut dan terlihat bertumpuk. Hal ini di sebabkan potensial air di luar sel  rhoeo discolor  lebih rendah daripada potensial air di dalam sel. Setelah direndam selama 2 menit dengan menggunakan aquades maka jumah antocyanyn menjadi 3 dan dinding sel lebih rapi.

    Pada penambahan KNO3 10 % jumlah antocyanyn menjadi 8. Hal ini di sebabkan potensial air di luar sel  rhoeo discolor  lebih rendah daripada potensial air di dalam sel. Perbandingan epidermis daun dari Rhoe discolor yang diberi H2SO4 dan KOH yaitu pada epidermis daun adam hawa yang diberi H2SO4 sel terlihat lebih besar karena mengandung asam sedangkan yang diberi KOH sel terlihat lebih kecil karena larutan KOH bersifat basa.


     


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB IV

PENUTUP


 

  1. Kesimpulan


    Plasmolisa merupakan peristiwa terlepasnya membran sel dengan dinding sel akibat isi sel mengecil. Hal ini disebabkan oleh peristiwa osmose, dimana air dalam sel berdifusi keluar sel, akibat konsentrasi air lebih tinggi dalam sel daripada di luar sel itu sendiri. Ini mungkin terjadi bila sel tersebut direndam suatu larutan gula atau garam. Sedangkan peristiwa deplasmolisa adalah kebalikan dari peristiwa plasmolisa. Hal ini dimungkinkan apabila sel yang telah terplasmolisa direndam kembali ke dalam air.


     

  2. Saran


    Saya selaku praktikan berharap kepada asisten agar dapat membantu praktikannya dalam kegiatan praktikum sehingga dapat menghindari kesalahan dalam kegiatan praktikum. Selain itu, saya berharap agar kegiatan praktikum dapat dilaksanakan tepat pada waktu yang telah ditentukan agar praktikan dapat menyelesaikan segala tugas yang diberikan di dalam laboratorium.


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     

    DAFTAR PUSTAKA

Bambang, 2006, Biologi, Erlangga : Jakarta

Elsa, 2009, Anatomi Tumbuhan, Esis : Jakarta

Ernawati, 2006, BIOLOGI, Widya Utama : Jakarta

Fiktor Ferdinand P, 2007, Praktis Belajar Biologi, Visindo Media Persada : Jakarta

Jane B. Reech, 2003, Campblle Edisi Kelima, Jakarta : Erlangga

Tim Dosen Mikrobiologi, 2011, Penuntun Praktikum Anatomi Tumbuhan, FMIPA UNTAD : Palu