Saturday, October 27, 2012

Pengaruh suhu terhadap laju respirasi aerob


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
        Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi, sering menyerap O2 dan melepaskan CO2 dalam volume yang sama. Namun seperti kita ketahui, respirasi lebih dari sekadar pertukaran gas secara sederhana. Proses keseluruhan merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2 dan O2 yang diserap direduksi menjadi H2O, Pati, fruktan, sukrosa, atau gula yang lainnya, lemak, asam organik, bahkan protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi. (Salisbury & Ross, 1995).
      Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi. Secara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6   +   O2     →    6CO2   +   H2O   +   energi
        Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Proses transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara difusi. Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran sel. Demikian juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Hal ini karena membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangat permeabel bagi kedua gas tersebut. Setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian digunakan dalam proses respirasi dengan beberapa tahapan, diantaranya yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transpor elektron.
B.            Tujuan
        Adapun tujuan praktikum Fisiologi Tumbuhan yaitu untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi respires aerob.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
        Respirasi dalam arti luas adalah pertukaran gas antara organisme dengan lingkungannya, sedangkan dalam arti yang khusus yaitu adanya pengambilan gas Oksigen dan pelepasan gas Karbondioksida. Pengambilan Oksigen ini ada yang secara langsung melalui udara dan ada yang mengambil melalui medium cair yang berada disekeliling mereka. Respirasi terbagi atas yaitu  Respirasi Eksternal, yang merupakan pertukaran udara yang terjadi antara organisme dengan udara disekeliling mereka dan Respirasi Internal, merupakan pertukaran udara yang terjadi antara sel dengan organ didalamnya (Willey, 1982).
        Respirasi merupakan suatu proses pelepasan energi kimia molekul organik di dalam sel. Energi molekul organik adalah energi matahari yang disimpan di dalamnya, terjadi pada proses fotosintesis. Pada proses fotosintesis terjadi adanya pembentukan gula dari molekul-molekul karbohidrat dan air dengan bantuan cahaya matahari (Dwijoseputro, 1994).
Respirasi adalah suatu proses pembongkaran (katabolisme atau disimilasi) dimana energi yang tersimpan tadi ditimbulkan untuk meyelenggarakan proses – proses kehidupan. Reaksi dari respirasi adalah sebagai berikut
C6H12O6 + 6O2                        6CO2 + 6H2O + 675 kal    ( Dwijoseputro, 1989 ).
Menurut Willey (1982), menyatakan bahwa respirasi adalah suatu bahan dari proses reaksi oksidasi bahan organik sel yang melepaskan energi. Energi yang dihasilkan dapat berupa ATP, NADPH, NADH, dan FADH. Dari pengertian yang daitas dapat disimpulkan bahwa reaksi yang terjadi pada saat respirasi berlangsung yaitu :
C6H12O6     +     6O2                          6CO2       +      6H2O    +    Energi
Respirasi adalah proses pelepasan energi kimia, molekul – molekul organik dalam sel pada mitokondria. Pada proses fotosintesis terjadi pembentukan gula dan molekul CO2  dan H2O dengan bantuan energi matahari. Pelepasan energi kimia dalam proses respirasi ini terjadi melalui 2 proses penting yaitu proses oksidasi dan reduksi, proses oksidasi disini terjadi pelepasan hydrogen atau hidrogenase dimana pada proses aerobik penerima hydrogen yang terakhir adalah O2, disini O2 sebagai adaptor, proses perombakan molekul dimana akibat dari oksidasi ikatan karbon dari molekul dirombak sehingga menjadi molekul karbon kecil terbalik dan kemudian molekul tersebut dirombak lagi sehingga akhirnya hanya tinggal satu karbondioksida dan proses reduksi yaitu suatu reaksi yang melibatkan oksigen dengan penambahan elektron dari satu atom atau senyawa ( Suseno, 1978 ).
Respirasi bukanlah proses pertukaran gas sederhana saja. Proses keseluruhan merupakan reaksi reduksi oksidasi yaitu senyawa organik dioksidasi menjadi CO2, sedangkan O2 yang diserap direduksi menjadi air (H2O). Sebagai substrat respirasi yaitu pati, fruktan, sukrosa atau gula lainnya, lemak, asam organic dan bahkan protein pada keadaan tertentu (Burhan dkk, 1977).
Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan energi kimia ATP untuk kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan. Respirasi juga biasa dikatakan reaksi oksidasi organ untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk aktifitas sel dan kehidupan tumbuhan dalam bentuk ATP atau senyawa berenergi tinggi (Garderner, 1991).
Respirasi merupakan proses penggunaan makanan yang mengakibatkan pembentukan ATP, kemudian dirubah menjadi ADP dan menghasilkan energi. Jadi respirasi dapat didefenisikan sebagai proses penguraian bahan organik menjadi energi. Semua sel aktif terus-menerus melakukan respirasi menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida dalam volume yang sama. Pati, fruktan, sukrosa, gula, dan asam organik serta protein dalam keadaan tertentu dapat bertindak sebagai substrat respirasi (Darmawan dan Baharsjah, 1983).
Respirasi merupakan rangkaian dari 50 atau lebih reaksi komponen, bukanlah reaksi tunggal. Respirasi merupakan oksidasi (dengan produk yang sama seperti pembakaran) yang berlangsung di medium air, dengan pH mendekati netral, pada suhu sedang, dan tanpa asap. Pemecahan bertahap dan berjenjang molekul besar merupakan cara untuk mengubah energi menjadi ATP. Lebih lanjut, sejalan dengan berlangsungnya pemecahan, kerangka karbon antara disediakan untuk menghasilkan berbagai produk esensial lainnya dari tumbuhan. Produk ini meliputi asam amino untuk protein, nukleotida untuk asam nukleat, dan prazat karbon untuk pigmen porfirin (seperti klorofil dan sitokrom) dan untuk lemak, sterol, karotenoid, pigmen flavonoid seperti antosianin, dan senyawa aromatik tertentu lainnya, seperti lignin (Salisbury dan Ross, 1995).
Proses yang terjadi didalam respirasi sel adalah pemecahan ikatan-ikatan dalam molekul organik, terutama ikatan antara atom karbon dengan atom yang menyimpan energi dalam jumlah besar. Ada beberapa cara dimana energi kimia dilepaskan. Salah satu cara yang paling penting adalah pengeluaran hidrogen dari suatu bahan bakar yang dikenal dengan istilah dehidrogenasi. Pada proses dehidrogenasi diperlukan penerima atau akseptor hidrogen (hydrogen acceptor) (Kimball, 1983).
Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen respirasi terbagi atas 2 macam, yaitu Respirasi anerob dan aerob, respirasi anerob tidak memerlukan oksigen tetapi penguraian bahan organiknya tidak lengkap. Respirasi macam ini jarang terjadi hanya dalam keadaan khusus. Dimana substrat respirasi anerob adalah glukosa, yang reaksinya adalah : C6H12O6 → 2C2H5OH + 2 CO2 + ATP  Respirasi aerob memerlukan oksigen untuk menghasilkan tenaga (ATP), yang reaksinya adalah : C6H12O6  + 6O2 → 6CO2  + 6H2O  ΔHc - 2880 kJ  (Burhan, 1997).
Greulach and Adam ( 1976 ) menyatakan bahwa produk akhir fotosintesis adalah gula, oksigen dan air. Produk ini merupakan substansi yang nantinya digunakan dalam respirasi aerobic, sedangkan hasil akhir dari respirasi adalah karbondioksida dan air  yang merupakan substansi yang digunakan dalam fotosintesis. Menurut Salisburry dan Ross (1978) gas O2 pada respirasi aerobik digunakan untuk oksidasi reduksi bahan makanan. Pada respirasi atau oksidasi akan dihasilkan CO2 .
Energi yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa senyawa dapat digunakan untuk mensintesis molekul lain yang dibutuhkan untuk pertumb uhan. Bila tumbuhan sedang tumbuh, laju respirasi meningkat sebagai akibat dari permintaan pertumbuhan, tapi beberapa senyawa yang hilang dialihkan ke dalam reaksi sintesis dan tidak pernah muncul sebagai CO2 (Salisbury dan Ross, 1995).
Bahan bakar yang paling banyak digunakan adalah glukosa. Pembakaran sempurna glukosa menjadi CO2 menghasilkan energi 686 kilokalori energi bebas. Tetapi dalam reaksi ini hampir semua energi bebas dibebaskan sebagai panas yang dalam jumlah sedang hanya cukup untuk menjaga sel agar tetap hangat. Dan tetap tidak cukup untuk melangsungkan reaksi anabolik. Namun, demikian sel hidup mampu mengkatalisis glukosa menjadi sedemikian rupa sehingga menghasilkan energi bebas untuk membentuk molekul-molekul ATP (Kimball,1983).
Jika karbohidrat, misalnya sukrosa, fruktan, atau pati merupakan substrat respirasi dan jika mereka secara sempurna dioksidasi, maka volume O2 yang diambil persis berimbang dengan CO2 yang dilepaskan. Nisbah CO2 terhadap O2 ini disebut kuosien respirasi atau RQ, sering hampir mendekati satu. Contoh, RQ yang diperoleh dari daun berbagai jenis tumbuhan rata-rata 1,05. biji yang sedang berkecambah dari tumbuhan serealia dan kacang-kacangan seperti kapri dan kacang, yang mengandung pati sebagai cadangan makanan utama, juga menunjukkan RQ sekitar 1,0. tapi, biji berbagai tumbuhan lain banyak mengandung lemak atau minyak yang kaya hidrogen dan rendah kandungan oksigennya. Bila minyak dan lemak dioksidasi selama perkecambahan, RQ sering hanya 0,7, sebab cukup banyak oksigen diperlukan untuk mengubah hidrogen menjadi H2O dan mengubah karbon menjadi CO2 (Salisbury dan Ross, 1995).
Reaksi respirasi merupakan kebalikan dari ringkasan reaksi fotosintesis. Proses respirasi mengalami tiga tahap reaksi yang terpisah. Glikolisis terjadi di sitosol, siklus krebs tau siklus asam sitrat terjadi dalam matriks mitokondria, transfer electron terjadi pada membran Krista mitokondria. Beberapa bahan organic yang digunakan sebagai substrat respirasi harus dirombak jadi molekul gla heksosa terlebih dahulu. Karbohirat cadangan pada tumbuhan umumnya berupa pati, fruktan, sukrosa maupun karbohidrat kompleks lainnya  ( Salisbury dan Ross, 1995 ).
Respirasi dapat dibagi menjadi tiga tahapan reaksi yaitu tahap pertama adalah proses glikolis. Pola umum dari proses ini adalah penguraian karbohidrat secara bertingkat akan dirubah menjadi Phospogliseraldehid, kemudian menjadi asam piruvat dan asam piruvat dirubah lagi menjadi asam oksalat. Tahapan berikutnya adalah lingkaran krebs disebut juga lingkaran asam sitrat  atau lingkaran asam trikarboksilat. Reaksi tersebut merupakan reaksi lingkaran dimana pada pokoknya asam oksalat akan diubah menjadi CO2 , dan tahap ketiga adalah lingkaran sitokrom (transfer electron), dalam proses ini tingkat dari akseptor yang satu ditransfer kepada yang lain. Kemudian sitokrom dan akhirnya kepada CO2 dengan membentuk H2O, pada transfer tadi dihasilkan energi yang ditangkap oleh ADP menjadi ATP ( Hidayat, 1974 ).
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi adalah ketersediaan substrat yang dimana laju respirasi daun sering lebih cepat segera setelah matahari tenggelam saat kandungan gula tinggi. Daun bagian bawah ternaungi respirasi lebih lambat dari daun sebelah atas yang terkena cahaya matahari berhubung kandungan pati dan gula, ketersediaan O2, pada akar, batang, dan daun sedikit mempengaruhi respirasi karena sitokrom oksidase mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen biarpun konsentrasi hanya 0,05 %, suhu ; peningkatan suhu sampai 40 ºC atau lebih menurunkan respirasi, karena enzim mengalami denaturasi (rusaknya bentuk tiga dimensi enzim yang menyebabkan enzim tidak dapat  lagi berikatan dengan subtratnya) untuk mencegah metabolik yang semestinya terjadi, jenis dan umur tanaman ; umunya bakteri, fungi, dan ganggang berespirasi lebih cepat dibandingkan dengan tumbuhan berbiji. Berdasarkan bobot kering hanya mengandung sedikit makanan dan tidak mempunyai sel nonmetabolik. Respirasi tinggi selama pertumbuhan vegetatif yang pesat, rendah saat pembuangan. Sebagian besar respirasi pada tumbuhan dewasa dilakukan oleh daun, akar yang muda, bunga yang sedang tumbuh waktu buah masih muda (Burhan, 1997).
Pasokan O2 juga mempengaruhi respirasi, tapi peranannya sangat berbeda, bergantung pada jenis tumbuhan bahkan bagian tumbuhan. Keragaman normal kandungan O2 udara terlalu kecil untuk mempengaruhi respirasi sebagian besar daun dan batang. Lagi pula, laju penetrasi O2 ke dalam daun, batang, dan akar biasanya cukup untuk memepertahankan tingkat pengambilan normal O2 oleh mitokondria, terutama karena sitokrom oksidase mempunyei afinitas yang tinggi terhadap oksigen sehingga akan tetap berfungsi walaupun konsentrasi O2 di udara hanya sekitar 0,05% (Drew, 1988).
Suhu tinggi (diatas optimum) akan merusak tanaman dengan mengacau laju respirasi dan absorbsi air. Bila suhu udara meningkat, laju respirasi meningkat, karena penurunan tekanan defisit uap dari udara yang hangat dan suhu yang tinggi pada daun yang mengakibatkan peningkatan tekanan uap air padanya. Kelayuan akan terjadi jika absorbsi terbatas karena kurangnya air atau kerusakan system vaskuler atau system perakaran. Tingkat kerusakan akibat suhu tinggi, lebih besar pada jaringan yang lebih muda, karena terjadi denaturasi protoplasma oleh dehidrasi (Jumin, 2002).
Menurut Dwijoseputro (1983), menyatakan bahwa temperatur mempengaruhi atau punya pengaruh yang besar terhadap respirasi. Pada suhu 0oC respirasi sangat sedikit dan pada suhu 30oC sampai 40oC sangat giat bekerja. Kecepatan respirasi berkurang dapat disebabkan oleh materi yang mempunyai kadar oksigen lebih rendah dari karbohidrat, karbohidrat yang pengoksidasian tidak lengkap. Pengambilan oksigen yang berlebihan pada kegiatan selain respirasi. Penyebaran CO2 pada proses asimilasi CO2 ditempat gelap. Respirasi tumbuhan membebaskan sejumlah besar karbondioksida pada atmosfer, hutan diperkirakan menghasilkan 3400 gr CO2/cm2 tiap tahunnya.
            Pengukuran respirasi dilakukan dengan mengetahui jumlah O2 yang dikonsumsi juga dapat dilakukan electron oksigen. Dengan mengukur konsumsi O2 dan produk CO2 dapat diketahui dengan jalur mana yang dilalui respirasi. Perbandingan antara CO2 dan O2 dinamakan dengan koefisien respirasi. Biasanya koefisien respirasi tergantung pada substrat, misalnya glikolisis. Bila satu molekul gula dioksidasi sempurna maka hasilnya adalah 6 atom karbon dibebaskan dari gula dan keluar sebagai CO2. 12 atom H dikeluarkan dari gula pada reaksi. Reaksi berikutnya bergabung dengan atom O yang berasal dari oksigen atmosfer, membentuk 16 molekul air (Loveles,1991).





BAB III
METODELOGI
A.      Waktu Dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum Fisiologi tumbuhan yaitu :
       Hari/tanggal           :  Senin, 15 Oktober 2012
       Waktu                    :  Jam 15.10 WITA sampai selesai
       Tempat                   :  Laboratorium Lingkungan dan Biodiversity jurusan
                             Biologi F-MIPA UNTAD
B.       Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Tumbuhan  yaitu :
1.    Alat
a.         Botol selai 
b.         Sumbat gabus
c.         Kain kasa
d.        Label
e.         Tali raffia
f.          Gelas kimia
g.         Gelas ukur
h.         Pipet tetes

2.      Bahan
a.         Kecambah Phaseolus radiates umur 1 hari 10 gr
b.         NaOH
c.         BaCl2
d.        Indikator PP
e.         HCL   


C.      Prosedur Kerja
               Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah :
1.    Menuangkan masing-masing 50 ml NaOH 0,2 N dan menutup botol dengan sumbat karet.
2.    Menimbang kecambah sebanyak 10 gr, membungkus dengan kain kasa dan mengikat bagian ujungnya dengan tali yang disisakan memanjang dan memasang seperti gambar 1, biji dibungkus harus berada di atas permukaan cairan basa tersebut.
3.    Membuat kontrol dengan botol hanya berisi larutan NaOH tanpa kecambah, dan di simpan di dalam laci
4.    Memberi label pada masing-masing botol. Kemudian menempatkan masing-masing botol ditempatkan di laci, refrigator, ruang kultur, dan inkubator
5.    Percobaan diakhiri 72 jam kemudian memindahkan kecambah dari botol. Cairan NaOH dititrasi untuk mengetahui jumlah CO2 yang dibebaskan.

Cara Titrasi
1.      Mengambil 10 ml cairan NaOH yang kecambahnya telah dikeluarkan dengan menggunakan pipet. Kemudian memasukkannya kedalam erlenmeyer 125 ml  dan menambahkan  5 ml larutan BaCl2 yang akan mengendapkan CO2 yang diserap oleh basa dalam botol selai.
2.    Menambahkan 3 tetes indikator fenolptalein (indikator pp) dan melakukan titrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N (10 ml HCl + 90 aquades) sampai warna hilang.









BAB IV
                                           HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Pengamatan
No.
Perlakuan

Volume HCl
1
Kontrol
25oC
12 tetes (0,6 ml)
2
Kecambah ditempat terang
30oC
6 tetes (0,3 ml)
3
Kecambah ditempat gelap
25oC
7        tetes (0,35 ml)

B.       Analisis Data
CO2 yang terikat NaOH = Volume HCl × 5
a.       Kontrol
0,6 ml × 5 = 3 ml CO2 yang terikat NaOH
b.      Kecambah ditempat terang
0,3 ml × 5 = 1,5 ml CO2 yang terikat NaOH
c.       Kecambah ditempat gelap
0,35 ml × 5 = 1,75 ml CO2 yang terikat NaOH

Grafik hubungan antara suhu dan ml HCl



Suhu (oC)
 
 


ml HCl
 
C.      Pembahasan
       Respirasi adalah proses oksidasi dari produk digesti dalam sel untuk melepaskan energy yang diperlukan dalam berbagai aktivitas organisme hidup. Proses tersebut mencakup suatu rantai reaksi yang majemuk dan menyangkut berbagai tahapan dan dibantu oleh berbagai enzim. Tahapan pertama bersifat anaerobic, tanpa oksigen bebas, dan tahapan terakhir memerlukan oksigen bebas, jadi tahapan terakhir itu bersifat aerobic. Selanjutnya ADP diubah menjadi ATP yang merupakan sumber energy bagi semua jenis reaksi selular. Respirasi sebagai suatu proses oksidasi yang terdiri banyak tahapan reaksi dan juga respirasi adalah oksidasi selular di mana energy yang disimpan dalam molekul-molekul makanan dilepaskan dan digunakan oleh sel. Dalam reaksi tersebut, H2O dan CO2, merupakan hasil akhir dan energy terlepas.
       Menurut Burhan (1997), ada beberapa faktor yang mempengaruhi respirasi diantaranya adalah ketersediaan substrat, laju respirasi daun sering lebih cepat segera setelah matahari tenggelam saat kandungan gula tinggi. Daun bagian bawah ternaungi respirasi lebih lambat dari daun sebelah atas yang terkena cahaya matahari berhubung kandungan pati dan gula, ketersediaan O2, pada akar, batang, dan daun sedikit mempengaruhi respirasi karena sitokrom oksidase mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen biarpun konsentrasi hanya 0,05 %, jenis dan umur tanaman dan suhu. Hal ini tidak sesuai dengan literatur hasil respirasi terbesar pada NaOH yang tidak diberikan kecambah sebagai kontrol, hal ini mungkin terjadi karena pada saat NaOH dimasukkan kedalam erlenmeyer tidak steril sehingga ada organisme lain yang beraktifitas.
       Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa suhu turut berpengaruh terhadap laju respirasi aerob. Rangkaian kecambah pada suhu yang lebih tinggi yaitu 30ºC melepaskan lebih banyak dari pada rangkaian kecambah pada suhu 25ºC. Jumlah yang dilepaskan dapat dilihat dari banyaknya HCl yang dibutuhkan saat titrasi. Pada kontrol 25 0 c Volume HCL (0,6 ml), kecambah yang ditempatkan pada tempat yang terang Volume HCL (0,3 ml), kecambah yang ditempatkan pada tempat yang gelap Volume HCL (0,35 ml). Volume HCl yang digunakan pada saat titrasi, dikali dengan 5 ml BaCl2 yang digunakan sehingga diperoleh volume CO2 yang dihasilkan oleh kecambah. Dari hasil perhitungan diperoleh volume HCl pada botol kontrol yaitu 3 ml. Sedangkan pada botol di tempat gelap dengan suhu 25oC yaitu 1,75  dan terang dengan suhu 30oC yaitu 1,5 ml.
       Kecambah dibungkus dengan kain kasa, kain kasa memiliki pori-pori yang cukup besar sehingga dapat digunakan untuk memberi ruang atau celah yang dapat dilewati oleh oksigen dan karbon dioksida pada saat proses respirasi. Kecambah dimasukkan kedalam botol yang ditutup rapat. Penutupan rapat ini bertujuan agar tidak ada gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan seperti oksigen dari luar yang masuk kedalam botol dan tidak ada karbon dioksida yang keluar dari botol. Larutan didalam botol merupakan larutan basa kuat yaitu NaOH, NaOH berfungsi sebagai larutan yang dapat berikatan dengan Karbon dioksida hasil dari respirasi kecambah. NaOH yang mengikat karbon dioksida  akan membentuk natrium bikarbonat yang merupakan karbondioksida terlarut. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
 2NaOH + CO2                           Na2CO3 + H2O
Rangkaian praktikum ini disimpan selama 48 jam pada suhu tertentu hingga akhinya dititrasi.
      Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asidimetri yaitu titrasi penetralan basa (NaOH) dengan menggunakan senyawa asam, senyawa asam yang digunakan adalah asam kuat HCl. Fungsi titrasi ini untuk mengetahui jumlah CO2 yang terikat NaOH. Sebelum dititrasi dengan HCL, larutan dari rangkaian praktikum diambil sebanyak 10 ml dan ditambahan BaClsebanyak 5 ml, penambahan BaCl berfungsi untuk mengendapkan karbon dioksida yang telah diikat oleh NaOH. Persamaan reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut :
BaCl + Na2CO3                                       BaCO3 + 2 NaCl
       Larutan yang awalnya berwarna bening kemudian berubah menjadi keruh hal ini disebabkan karena terbentuk endapan putih dari hasil penambahan larutan dengan BaCl. Selanjutnya larutan tersebut diteteskan indicator fenolptalein (indicator pp). Indikator yang berwarna merah ini menyebabkan larutan berubah warna menjadi merah muda. Indicator pp berfungsi untuk memudahkan mengamati perubahan warna ketika larutan dititrasi. Kemudian larutan dititrasi dengan asam kuat yaitu HCl dengan menggunakan pipet tetes hingga larutan berubah warna menjadi bening kembali. Warna dapat kembali bening menunjukkan bahwa larutan basa telah bereaksi sempurna dengan asam sehingga larutan menjadi netral. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
 NaOH + HCl                           NaCl + H2O
       Jumlah karbon dioksida yang dilepaskan oleh kecambah pada proses repirasi aerob berbanding lurus dengan jumlah HCl yang diteteskan ketika titrasi dengan kata lain semakin banyak karbon dioksida yang dilepaskan maka semakin banyak HCl yang diperlukan saat titrasi, dan begitu pula sebaliknya. Hcl berfungsi sebagai peniter (zat penitrasi) dalam penitrasi ini



BAB IV
PENUTUP
A.      Kesimpulan
1.         Suhu dapat mempengaruhi laju respirasi aerob, hal ini dapat di lihat dari banyaknya kadar CO2 yang terikat pada masing-masing suhu yaitu ; untuk kontrol sebesar 3 ml, pada suhu 30ºC sebesar 1,5 ml dan untuk  suhu 25ºC sebesar 1,75 ml.
2.         Jumlah HCl berbanding lurus dengan jumlah yang dilepaskan sehingga  semakin banyak HCl yang digunakan maka semakin banyak pula yang dilepaskan.
3.         Dari hasil pengamatan yang dilakukan di peroleh data sebagai berikut;  untuk control jumlah CO2 yang terkait NaOH yaitu 3 ml. Kecambah ditempat terang jumlah CO2 yang terkait NaOH 1,5 ml. Kecambah ditempat gelap jumlah ml CO2 yang terkait NaOH 1,75.

4.        Saran
       Adapun saran dalam praktikum Fisiologi Tumbuhan yaitu untuk praktikum mendatang sebaiknya praktikum dalam laboratorium 1 pertemuan 2 percobaan dilakukan agar lebih maksimal.











DAFTAR PUSTAKA

Burhan, dkk. 1977, Fisiologi Tanaman, PT Bina Aksara, Jakarta
Burhan, Walyati dkk, 1997, Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan., Universitas Andalas. Padang.
Darmawan dan Baharsjah, 1983, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia. Jakarta.
Drew, M. C, 1988, Effects Of Flooding Oxygen Deficiencion Plant Nutrition, Advebces in Plant Nutritions, New York..
Dwidjoseputro, D, 1980, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia, Jakarta
Dwidjoseputro, D, 1989, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia , Jakarta
Dwidjoseputro, 1994, Dasar-Dasar Ilmu Tanaman,PT Gramedia, Jakarta
Gardner, F. P. R. Brent pearce dan Goger L. Mitchell, 1991, Fisiologi Tanamanan
Greulach,V.A and J.E. Adam.1976,  Plant and Introduction to Modern Botany, John Willey and Sons, New York
Hidayat,E.B, 1974, Biologi, ITB, Bandung
Jumin, H. B. 2002, Agro Ekologi, Suatu Pendekatan Fisiologis, Rajawali, Jakarta.
Kimball, John. W, 1983, Biologi Jilid I Edisi kelima, Erlangga, Jakarta.
Loveless,A.R.1991, Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik1, Gramedia, Jakarta
Mitchel, 1956, General Physiology, M. C GrowHill Book Company, New York
Salisburry,F.B dan Ross,W.C, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung
Suseno,H. 1978, Ekofisiologi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB, Bogor
Willey, J. 1982, Study Guide to Accompany Botany, New York , Chesther Bistane Toronto, Singapore