Thursday, March 21, 2013

Daun Majemuk dan Tunggal

-->
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
          Ilmu tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami kemajuan begitu pesat, hingga bidang–bidang pengetahuan yang semula merupakan hanya cabang–cabang ilmu tumbuhan saja, sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri–sendiri.
          Berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri adalah morfologi tumbuhan. Morfologi tumbuhan mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan. Menurut definisinya, morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan susunan tubuh tumbuhan saja tetapi juga bertugas menentukan apakah fungsi masing–masing bagian dari tumbuhan tersebut.
          Karena banyaknya jenis tumbuhan dan banyaknya tipe duduk daun serta susunan daun, maka perlunya untuk mengetahui dan mengenal bermacam-macam tipe daun majemuk serta membedakan antara daun majemuk dan daun tunggal.
                  
B.  Tujuan
          Tujuan dari kegiatan praktikum morfologi tumbuhan ini yaitu untuk mempelajari bermacam-macam tipe daun majemuk serta membedakan antara dau majemuk dan daun tunggal.









BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil Pengamatan
No.
Gambar
Keterangan
1.






Spesies: Manihot utilissima
Famili  : Euphorbiaceae
Folium simplex
1.      Helaian daun (lamina)
2.      Tangkai daun (petiolus)
3.      Ibu tangkai daun (petiolus communis)
Circumscriptio : Orbicularis
Intervenium : Papyraceus
Margo folii : Palmatipartisus
Apex folii : Acuminatus
Basis folii : Emarginatus
Nervatio : Palminervis
Permukaan daun : Laevis
Duduk daun : Folio sparsa
2.

Spesies: Mangifera indica
Famili  : Anacardiacae
Folium simplex
1.      Helaian daun (lamina)
2.      Tangkai daun (petiolus)
3.      Ibu tangkai daun (petiolus communis)
Circumscriptio : Lanceolatus
Intervenium : Perkamenteus
Margo folii : Integer
Apex folii : Acuminatus
Basis folii : Acutus
Nervatio : Penninervis
Permukaan daun : Scaber
Duduk daun : Folio sparsa
3.







Spesies: Moringa oleifera
Famili  : Moringaceae
Daun majemuk menyirip gasal rangkap tiga tidak sempurna
1.      Anak daun (foliolum)
2.      Tangkai anank daun (petiololus)
3.      Cabang ibu tangkai daun
4.      Ibu tangkai daun (petiolus communis)
Circumscriptio : Orbicularis
Intervenium : Herbaceus
Margo folii : Integer
Apex folii : Rotundatus
Basis folii : Obtusus
Nervatio : Penninervis
Permukaan daun : Glaber
Duduk daun : Folio opposita
4.

Spesies: Rosa sinensis
Famili  : Rosaceae
Daun majemuk menyirip gasal
1.      Anak daun (foliolum)
2.      Tangkai anak daun (petiololus)
3.      Cabang ibu tangkai daun
4.      Ibu tangkai daun (petiolus communis)
Circumscriptio : Ovalis
Intervenium : Papyraceus
Margo folii : Serratus
Apex folii : Acutus
Basis folii : Obtusus
Nervatio : Penninervis
Permukaan daun : Rugosus
Duduk daun : Folio sparsa
5.

Spesies: Metroxylon sagu
Famili  : Arecaceae
Folium simplex
1.      Helaian daun (lamina)
2.      Tangkai daun (petiolus)
Circumscriptio : Lingulatus
Intervenium : Perkamenteus
Margo folii : Integer
Apex folii : Acutus
Basis folii : Obtusus
Nervatio : Rectinervis
Permukaan daun : Scaber
Duduk daun : Roset batang



B.  Pembahasan
1.    Manihot utilissima (Ubi kayu)
               Berdasarkan hasil pengamatan yang saya dapatkan dalam laboratorium mengenai morfologi daun ubi kayu terdapat persamaan dengan yang saya peroleh pada literatur, bahwa Manihot utilissima (ubi kayu) tergolong ke dalam kelompok tumbuhan berdaun tunggal (folium simplex), karena pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Manihot utilissima mempunyai circumscriptio (bangun daun) orbicularis (bulat). Intervenium (daging daun) pada daun ubi kayu tergolong kategori papyraceus (seperti kertas), daunnya tipis tetapi tegar seperti kertas.
               Manihot utilissima memiliki margo folii (tepi daun) palmatipartius (tepi daunnya berbagi). Bagian apex folii (ujung daun) berbentuk acuminatus (meruncing) karena titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung daun nampak sempit, panjang dan runcing. Pada basis foliinya (pangkal daun) berbentuk emarginatus (berlekuk).
            Permukaan daun Manihot utilissima  laevis (licin), karena pada saat diraba terasa licin. Nervatio (pertulangan daun) yaitu palminervis (menjari), dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar. Duduk daunnya tersebar (folio sparsa) karena pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun.

2.    Mangifera indica (Mangga)
            Berdasarkan hasil pengamatan yang saya dapatkan pada literatur mengenai morfologi daun mangga terdapat persamaan dengan yang saya peroleh saat pengamatan di laboratorium, bahwa Mangifera indica (mangga) tergolong ke dalam kelompok tumbuhan berdaun tunggal (folium simplex), karena pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Mangifera indica mempunyai circumscriptio (bangun daun) lanceolatus (berbentuk lanset). Intervenium (daging daun) pada daun mangga tergolong kategori perkamenteus (seperti perkamen), daunnya tipis tetapi cukup kaku.
            Mangifera indica memiliki margo folii (tepi daun) integer (rata). Bagian apex folii (ujung daun) berbentuk acuminatus (meruncing), karena titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung daun nampak sempit, panjang dan runcing. Pada basis foliinya (pangkal daun) berbentuk acutus (runcing).
            Permukaan daun mangga scaber (kasap). Nervatio (pertulangan daun) yaitu penninervis (menyirip), daunnya mempunyai satu ibu tulang daun yang berjalan dari pangkal ke ujung yang merupakan terusan tangkai daun dan dari samping ibu tulang ini keluar tulang – tulang cabang yang menyerupai sirip ikan. Duduk daunnya tersebar (folio sparsa) karena pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun.

3.    Moringa oleifera (Kelor)
            Berdasarkan hasil pengamatan yang saya dapatkan pada literatur mengenai morfologi daun kelor terdapat persamaan dengan yang saya peroleh saat pengamatan di laboratorium, bahwa Moringa oleifera (kelor) tergolong ke dalam kelompok tumbuhan berdaun majemuk (folium compositum), karena tangkainya bercabang-cabang dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daunnya sehingga pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun. Daun kelor digolongkan daun majemuk menyirip gasal rangkap tiga tidak sempurna karena anak daunnya terdapat dikanan kiri ibu tangkai daun, ditinjau dari jumlah anak daunnya didapati jumlah yang gasal dan anak-anak daunnya duduk pada cabang tingkat 2 dari ibu tangkai daun serta masih ada satu anak daun yang duduk langsung pada ibu tangkainya. Moringa oleifera mempunyai circumscriptio (bangun daun) orbicularis (berbentuk bulat). Intervenium (daging daun) pada daun kelor tergolong kategori herbaceus (tipis lunak)karena pada saat diraba daunnya terasa tipis dan lunak atau tidak keras.
            Moringa oleifera memiliki margo folii (tepi daun) integer (rata). Bagian apex folii (ujung daun) berbentuk rotundatus (membulat), karena tidak terbentuk sudut sama sekali  hingga ujung daun seperti suatu busur. Pada basis foliinya (pangkal daun) berbentuk obtusus (tumpul).
            Permukaan daun mangga glaber (gundul). Nervatio (pertulangan daun) yaitu penninervis (menyirip),daunnya mempunyai satu ibu tulang daun yang berjalan dari pangkal ke ujung yang merupakan terusan tangkai daun dan dari samping ibu tulang ini keluar tulang – tulang cabang yang menyerupai sirip ikan. Duduk daun pada kelor berhadapan (folio opposita).

4.    Rosa sinensis (Mawar merah)
            Berdasarkan hasil pengamatan yang saya dapatkan dalam laboratorium mengenai morfologi daun mawar terdapat persamaan dengan yang saya peroleh pada literatur, bahwa Rosa sinensis (mawar merah) tergolong ke dalam kelompok tumbuhan berdaun majemuk (folium compositum), karena tangkainya bercabang-cabang dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daunnya sehingga pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun. Daun mawar merah digolongkan daun majemuk menyirip gasal sempurna karena anak daunnya terdapat dikanan kiri ibu tangkai daun dan ditinjau dari jumlah anak daunnya didapati jumlah yang gasal. Rosa sinensis mempunyai circumscriptio (bangun daun) ovalis (jorong). Intervenium (daging daun) pada daun ubi kayu tergolong kategori papyraceus (seperti kertas), daunnya tipis tetapi tegar seperti kertas.
            Manihot utilissima memiliki margo folii (tepi daun) serratus (bergerigi) karena sinus dan angulus sama lancipnya. Bagian apex folii (ujung daun) berbentuk acutus (runcing), karena kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang daun sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip. Pada basis foliinya (pangkal daun) berbentuk obtusus (tumpul).
            Permukaan daun Rosa sinensis  rugosus (berkerut), karena pada saat diraba terasa agak kasar. Nervatio (pertulangan daun) yaitu penninervis (menyirip), daunnya mempunyai satu ibu tulang daun yang berjalan dari pangkal ke ujung yang merupakan terusan tangkai daun dan dari samping ibu tulang ini keluar tulang – tulang cabang yang menyerupai sirip ikan. Duduk daunnya tersebar (folio sparsa) karena pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun.

5.    Metroxylon sagu ( Sagu)
            Berdasarkan hasil pengamatan yang saya dapatkan pada literatur mengenai morfologi daun sagu terdapat persamaan dengan yang saya peroleh saat pengamatan di laboratorium, bahwa Metroxylon sagu (sagu) tergolong ke dalam kelompok tumbuhan berdaun tunggal (folium simplex), karena pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Metroxylon sagu mempunyai circumscriptio (bangun daun) ligulatus (bangun pita). Intervenium (daging daun) pada daun sagu tergolong kategori perkamenteus (seperti perkamen), daunnya tipis tetapi cukup kaku.
            Metroxylon sagu memiliki margo folii (tepi daun) integer (rata). Bagian apex folii (ujung daun) berbentuk acutus (runcing), karena kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang daun sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip. Pada basis foliinya (pangkal daun) berbentuk obtusus (tumpul).
            Permukaan daun sagu scaber (kasap). Nervatio (pertulangan daun) yaitu rectinervis (sejajar), daun mempunyai satu tulang besar di tengah yang membujur dan tulang-tulang lainnya jelas lebih kecil serta mempunyai arah yang sejajar dengan ibu tulangnya tadi. Duduk daun pada sagu berupa roset batang .






BAB III
METODOLOGI
A.           Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada :
Hari/ Tanggal     : Sabtu, 2 April 2011
Pukul                 : 13.00 – 17.00 WITA
Tempat               : Laboratorium Biodiversity FMIPA UNTAD

B.            Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :           
1.        Buku gambar
2.        Alat tulis menulis
3.        Daun Diopyros celebica
4.        Daun Manihot utilissima
5.        Daun Mangifera indica
6.        Daun Citrus maxima
7.        Daun Moringa oleifera
8.        Daun Caesalpinia pulcherrima
9.      Daun Cassia seamea
10.    Daun Ceiba pentandra
11.    Daun Gynandropsis pentaphylla
12.    Daun Rosa sinensis
13.    Daun Parcia specioca
14.    Daun Metroxylon sagu
15.    Daun Sesbania grandiflora
16.    Daun Vigna sinensis

C.           Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah :
1.        Menuliskan nama spesies dan family tumbuhan tersebut.
2.        Mengamati morfologi setiap spesies.
3.        Menggambar dan memberi keterangan bagian-bagiannya
·            Helaian daun (lamina)
·            Tangkai daun (petiolus)
·            Ibu tangkai daun (petiolus communis)
·            Anak daun (foliolus)
·            Circumscriptio
·            Intrvenium
·            Margo folii
·            Apex folii
·            Basis folii
·            Permukaan daun
·            Nervatio
·           Menyebutkan duduk daun
Ø   Tersebar (folio sparsa)
Ø   Berkarang (folio ferticilata
Ø   Berhadap-hadapan (folio opposita)
Ø   Berseling berhadap-hadapan (folio decurata)
Ø   Berseling (folio disticha)
4.        Menyebutkan susunan daun majemuk
·           Menyirip ganjil (imparipinnatus)
·           Menyirip genap (abrupte pinnatus)
·           Menyirip berseling
·           Menyirip ganda du, tiga, dst
·           Menjari berdaun satu (unifoliolatus)
·           Menjari berdaun dua, tiga,dst
·           Menjari ganda dua (bibifoliolatus)
·           Majemuk menyirip ganjil rangkap tiga
·           Majemuk campuran (digitato pinnatus)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.    Manihot utilissima (Ubi kayu)
A.  Morfologi
Manihot utilissima (Ubi kayu), tergolong tumbuhan berdaun tunggal karena pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Manihot utilissima mempunyai deskripsi circumscriptio (bangun daun) orbicularis (bulat), intervenium (daging daun) papyraceus (seperti kertas), dengan margo folii (tepi daun) palmatipartitus (berbagi menjari), apex folii (ujung daun) acuminatus (meruncing), basis folii (pangkal daun) emarginatus (berlekuk), nervatio (pertulangan daun) palminervis (menjari), permukaan daun laevis dan duduk daun tersebar (folio sparsa), (Gembong, 1985).

B.  Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari tumbuhan ini sebagai berikut :
Kingdom           : Plantae
Divisi                 : Spermatophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas                  : Dicotyledoneae
Ordo                  : Euphorbiales
Famili                 : Euphorbiaceae
Genus                : Manihot
Spesies               : Manihot utilissima
(Plantamor, 2011).

C.  Ekologi
Manihot utilissima berasal dari benua Amerika tepatnya dari negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok. Tanaman ini berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya. Tanaman ini membutuhkan curah hujan berkisar antara 1.500 - 2.500 / tahun. Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ubi kayu sekitar 10ºC. Bila suhunya di bawah 10ºC menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat dan menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tumbuhan ini sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun. Kelembaban udara optimal antara 60% - 65% dan pH yang dibutuhkan 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubi kayu antara 10–700 meter di atas permukaan laut, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 meter di atas permukaan laut, (Teberlinds,  1987).

D.  Nilai Medis
Efek farmakologis dari ubi kayu adalah sebagai antioksidan, antikanker, antitumor, dan menambah nafsu makan. Umbi ubi kayu memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C, dan amilum. Daun ubi kayu mengandung vitamin A,  dan C, kalsium, kalori, forfor, protein, lemak, hidrat arang, serta zat besi. Sementara kulit batang mengandung tannin, enzim peroksidase, glikosida, dan kalsium oksalat. Selain sebagai makanan, tanaman ini memiliki berbagai khasiat sebagai obat. Daun ubi kayu berkhasiat sebagai obat rematik, luka bernanah, sakit kepala, diare, dan beri – beri, sedangkan umbinya berkhasiat sebagai obat luka garukan dan meningkatkan stamina. Batang ubi kayu dapat berguna sebagai obat demam dan cacingan, (Teberlinds,  1987).

E.  Nilai Komersial
Di Indonesia, umbi ubi kayu menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat daun ubi kayu sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan. Berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari tanaman ini menjadikannya memiliki nilai jual terutama di pasar tradisional, (Teberlinds, 1987).

2.  Mangifera indica (Mangga)              
A. Morfologi
Mangifera indica (mangga) merupakan tanaman yang tergolong berdaun tunggal karena pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Mangga mempunyai deskripsi circumscriptio (bangun daun) lanceolatus (berbentuk lanset),  intervenium (daging daun) papyraceus (seperti kertas), margo folii (tepi daun) integer (rata), apex folii (ujung daun) acuminatus (meruncing), basis folii (pangkal daun) acutus (runcing), nervatio (pertulangan daun) penninervis (menyirip), permukaan daun scaber (kasap), dan duduk daun tersebar (folio sparsa), (Gembong, 1985).

B. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari tumbuhan ini sebagai berikut :
Kingdom           : Plantae
Divisi                 : Spermatophyta
Kelas                  : Dicotyledoneae
Ordo                  : Sapindales
Famili                 : Anacardiaceae
Genus                : Mangifera
Spesies               : Mangifera indica
(Plantamor, 2011).


C. Ekologi
Mangifera indica (mangga) merupakan tanaman buan tahuna berupa pohon yang berasal dari India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut dengan suhu optimum antara 24° - 27°C. Tanaman ini hidup di daerah tropis dengan curh hujan 1000 /tahun. Toleran dengan tingkat keasaman tanah atau pH 6 – 7,5 serta kelembaban tanah 70% - 80% , (Teberlinds, 1987).

D. Nilai Medis
                        Mangga memiliki banyak manfaat dalam bidang medis. Buah mangga dapat digunakan untuk mengobati penyakit radang kulit, influenza, asma, gangguan penglihatan, dan radang saluran pernapasan. Buah mangga mengandung vitamin C dan E serta  zat karotenoid yang biasa disebut Betacrytoxanthin yaitu bahan yang dapat menyembuhkan kanker, (Teberlinds, 1987).

E. Nilai Komersial
Tanaman mangga memiliki beberapa kegunaan yaitu buahnya dapat langsung dikonsumsi baik yang sudah matang ataupun yang masih mengkal. Buah mangga dapat dijadikan jus dan sebagai bahan campuran es buah. Daunnya yang masih muda dapat dijadikan campuran acar. Banyak hasil olahan buah mangga yang dipasarkan di berbagai tempat dalam kemasan jus, bahan campuran kue, dan lain – lain, (Teberlinds, 1987).

3.  Moringa oleifera (Kelor)
A.  Morfologi
Daun Moringa oleifera termasuk kedalam kelompok daun majemuk menyirip gasal rangkap tiga tidak sempurna karena masih terdapat satu anak daun yang duduk pada ujung ibu tangkai daunnya. Daun Moringa oleifera memiliki deskripsi circumcriptio (bangun daun) orbicularis (bulat), intervenium (daging daun) herbaceus (tipis lunak), margo folii (tepi daun) integer (rata), apex folii (ujung daun) rotundatus (membulat), basis folii (pangkal daun) obtusus (tumpul), nervatio (pertulangan daun) penninervis (menyirip) dan permukaan daunnya glaber atau gundul, dan duduk daun  (Gembong, 1985).

B.  Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari tumbuhan ini sebagai berikut :
Kingdom           : Plantae
Divisi                 : Spermatophyta
Kelas                  : Dicotyledoneae
Ordo                  : Capprales
Famili                 : Moringaceae
Genus                : Moringa
Spesies               : Moringa oleifera
(Plantamor, 2011)

C.  Ekologi
Moringa oleifera (kelor) berasal dari kawasan sekitar Himalaya dan India, kemudian menyebar ke kawasan di sekitarnya sampai ke benua Afrika dan Asia barat. Kelor dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi sampai ketingggian mencapai 1.000 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan 1.500 – 2000 mm3/tahun, suhu rata-rata 22º – 25ºC. Tumbuhan ini dapat tumbuh baik dengan tingkat kelembaban 60% – 80% dan pH 5 – 8,7, (Anonim, 2011).

D.  Nilai Medis
Hampir semua bagian tubuh tumbuhan kelor dapat digunakan sebagai obat, antara lain : akar, batang, daun, buah, bunga, maupun biji. Bagian – bagian tumbuhan kelor ini  dapat menyembuhkan reumatik, encok, pegal linu, rabun ayam, sakit mata, sukar buang air kecil, alergi, cacingan dan luka bernanah. Kelor mempunyai kandungan kimia yaitu senyawa alkalid moringin, moringinan, dan pterigospermin. Pada biji kelor mengandung linoleat, olleat, lignoserat, dan asam palmitat, (Anonim ,2011).

E.  Nilai Komersial
Tanaman kelor banyak memiliki manfaat. Pada daerah lain seperti Arba Minch pohon kelor justru dijadikan sebagai tanaman untuk penahan longsor, konservasi tanah, dan terasering. Daun dari tumbuhan ini dapat dijadikan sebagai bedak ataupun campuran bedak yang berfungsi untuk menghilangkan noda hitam pada kulit wajah. Daun kelor dapat juga digunakan sayur dengan harga jual Rp. 1000 per ikatnya, (Anonim, 2011).

4.  Rosa sinensis (Mawar merah)
A. Morfologi
Rosa sinensis tergolong tanaman berdaun majemuk menyirip gasal ganda dua sempurna karena jumlah anak daunnya yang benar-benar ganjil dan tidak terdapat anak daun yang menutupi ujung tangkai daunnya. Rosa sinensis memiliki deskripsi daun circumscriptio (bangun daun) berbentuk ovalis (jorong), intervenium (dagimg daun) papyraceus (seperti kertas) karena daunnya tipis tetapi cukup tegar), margo (tepi daun) serratus (bergerigi), apex folii (ujung daun) acutus (runcing), basis folii (pangkal daun) obtusus (tumpul), nervatio (tulang daun) penninervis (menyirip), permukaan daunnya rugosus (berkerut) dengan tata letak daunnya tersebar (folio sparsa), (Gembong, 1985).


B.  Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari tumbuhan ini sebagai berikut :
Kingdom           : Plantae
Divisi                 : Spermatophyta
Kelas                  : Monocotyledoneae
Ordo                  : Rosales
Famili                 : Rosaceae
Genus                : Rosa
Spesies               : Rosa sinensis
(Plantamor, 2011)

C.  Ekologi
Mawar merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah tropis dan subtropis. Curah hujan yang relevan untuk tanaman ini yaitu antara 500 – 3.000 mm3/tahun, dengan kelembaban berkisar antara 70% - 80%. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada suhu 10º - 26ºC, pH tanah sekitar 5 – 7 dan pada ketinggian 500 – 800 meter di atas permukaan laut, (Anonim, 2011).

D.  Nilai Medis
Rosa sinensis mempunyai manfaat dibidang kesehatan. Secara medis, akar dari tanaman ini mengandung senyawa kimia diantaranya polifenol, tinin, flavonoid, dan saponin yang berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit bisul, borok dan lain sebagainya, (Anonim, 2011).

E.  Nilai Komersial
Rosa sinensis mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi. Pada beberapa tempat masyarakat sering menggunakan daunnya sebagai bahan dasar untuk pembuatan bedak. Bunga mawar merah digemari oleh masyarakat, biasanya digunakan sebagai tanaman hias dan sudah diperjualbelikan dengan harga ± Rp 20.000/ pot atau  tergantung dari kualitasnya, (Anonim, 2011).

5.    Metroxylon sagu (Sagu)
A.  Morfologi
Metroxylon sagu  (Sagu) merupakan tanaman penghasil pati yang sangat potensial di masa yang akan datang. Sagu memiliki circumcriptio (bangun daun) ligulatus (bangun pita), intervenium (daging daun) perkamenteus (seperti perkamen), margo folii yang integer (rata), apex folii (ujung daun) acutus (runcing), basis folii (pangkal daun) obtusus (tumpul), nervatio (tulang daun) rectinervis (sejajar), permukaan daun yang scaber (kasap) dan duduk daun  roset batang, (Anonim, 2011).

B.  Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari tumbuhan ini sebagai berikut :
Kingdom           : Plantae
Divisio               : Spermatophyta
Classis                : Monocotyledoneae
Ordo                  : Arecales
Familia               : Arecaceae
Genus                : Metroxylon
Spesies               : Metroxylon sagu
(Plantamor, 2011)

C.  Ekologi
Penyebarannya meliputi Melanesia Barat sampai India Timur dan dari Mindanao Utara sampai pulau Jawa dan Nusa Tenggara bagian selatan. Tanaman sagu tumbuh secara alami terutama di daerah dataran atau rawa dengan sumber air yang melimpah. Tanaman sagu dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1.250 m di atas permukaan laut dengan curah hujan 4.500 mm/tahun, kelembaban 60% - 65% dan pH tanah 4 - 7,5 serta suhu 25° - 28°C. Sekitar 50% tanaman sagu dunia atau 1.128 juta ha tumbuh di Indonesia dan 90% dari jumlah tersebut atau 1.015 juta ha berkembang di provinsi Papua dan Maluku sekitar 40%  dari jumlah tegakan sagu di Papua (seluas 300.000 ha) merupakan tanaman produktif yang siap panen sehingga potensi ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber cadangan pangan pada masa yang akan datang (Tenda 2004).

D.  Nilai medis
Masyarakat Papua mengonsumsi sagu dalam bentuk papeda basah, papeda kering, dan bentuk lempengan. Ada pula sebagian masyarakat pendatang yang telah membuatnya menjadi berbagai kue dengan bentuk dan rasa yang beragam. Pati teroksidasi digunakan pada industri kertas, tekstil, dan berbagai industri pangan. Dalam industri kertas, pati teroksidasi digunakan sebagai bahan pelapis. Dalam industri  pangan, pati teroksidasi digunakan sebagai pengental, pengemulsi, pengikat, dan pencegah sinerisis untuk mempertahankan mutu pangan. Selain sebagai sumber pati, bagian – bagian tanaman sagu seperti batang dan daun dapat digunakan untuk bahan pembuatan rumah, jembatan, dan alat rumah tangga. Selain itu, masyarakat telah memanfaatkan limbah pohon sagu untuk memelihara ulat sagu sebagai makanan berprotein tinggi, (Limbongan et al. 2005).

E.  Nilai komersial
Pada daerah-daerah yang terisolasi dan sulit dijangkau seperti Papua, pengolahan sagu masih dilakukan secara tradisional. Menurut Oates dan Hicks (2002), cara pengolahan secara tradisional sejak beberapa ratus tahun lalu hanya sedikit mengalami perubahan. Ada empat level teknologi pengolahan sagu yang dilakukan masyarakat, yaitu micro-scale technology, small-scale technology, semi-mechanized technology, dan fully-mechanized technology. Di Papua, cara pengolahan skala mikro dilakukan di sekitar tempat sagu ditebang dengan menggunakan sumber air dari sungai atau danau, (Anonim, 2011)
BAB V
PENUTUP


A.   Kesimpulan
Adapun yang dapat saya simpulkan dari praktikum kemarin yaitu sebagai berikut :
1)   Daun Majemuk (Folium compositum) yaitu daun yang tangkainya bercabang – cabang dan baru pada tangkai ini terdapat helaian daunnya, sehingga disisi pada satu tangkai tedapat lebih dari satu helaian daun.
2)   Bagian-bagian umum dari daun majemuk adalah; upih, ibu tangkai daun, anak tangkai daun, anak daun, serta pertulangan daun.
3)   Daun tunggal (Folim simplex) adalah daun yang setiap tangkai daun hanya mendukung satu helaian daun. Bagian dari batang tempat duduk nya daun yang disebut nodus, dan sudut atas antara daun dan batang disebut ketiak daun.
4)   Yang tergolong tanaman berdaun majemuk di antaranya adalah Moringa oleifera (kelor), Rosa sinensis (mawar merah), Citrus maxima (jeruk besar), Caesalpinia pulcherrima (kembang merak), Ceiba pentandra (kapuk randu), Cassia seamea (johar), Gynandropsis pentaphylla (bunga maman), Parcia specioca (petai cina), Sesbania grandiflora (turi), dan Vigna sinensi (kacang panjang). Sedangkan yang tergolong tanaman berdaun tunggal di antaranya adalah Manihot utilissima (ubi kayu), Mangifera indica (mangga), Metroxylon sagu (sagu), dan Diospyros celebica (kayu hitam).

B.   Saran
Pada praktikum kali ini mengenai daun tunggal dan daun majemuk, sebaiknya bahan yang dipraktekan jangan terlalu banyak, mengingat bagian-bagian yang dijelaskan pada daun majemuk sangat banyak sementara  waktu praktikum terbatas.


DAFTAR PUSTAKA

Gembong Tjitrosoepomo, 1985, Morfologi Tumbuhan, UGM : Yogjakarta

Plantamor, 2011, Manihot utilissima, (online) http://www.plantamor.com/index .php/plant=727, Diakses pada Tanggal  5 April 2011.

Plantamor, 2011, Mangifera indica, (online) http://www.plantamor.com/index .php/plant=255, Diakses pada Tanggal 5 April 2011.

Plantamor, 2011, Moringa oleifera, (online) http://www.plantamor.com/index .php/plant=254, Diakses pada 5 Aprilt 2011

Plantamor, 2011, Rosa sinensis, (online) http://www.plantamor.com/index .php/plant=474, Diakses pada Tanggal 5 April 2011
.
Plantamor, 2011, Metroxylon sagu, (online) http://www.plantamor.com/index .php/plant=323, Diakses pada Tanggal 5 April 2011.

Teberlinds, 1987, Manihot utilissima, (online) http://klipingut.wordpress.com/2008/01/05/habitat dan manfaat ketela pohon  /, Diakses pada Tanggal 5 April 2011.

Teberlinds, 1987, Mangifera indica, (online) http://klipingut.wordpress.com/2008/01/05/habitat dan manfaat mangga/, Diakses pada Tanggal 5 April 2011.