BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Semua sel aktif terus menerus melakukan
respirasi, sering menyerap O2 dan melepaskan CO2 dalam
volume yang sama. Namun seperti kita ketahui, respirasi lebih dari sekadar
pertukaran gas secara sederhana. Proses keseluruhan merupakan reaksi
oksidasi-reduksi, yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2 dan O2
yang diserap direduksi menjadi H2O, Pati, fruktan, sukrosa, atau
gula yang lainnya, lemak, asam organik, bahkan protein dapat bertindak sebagai
substrat respirasi. (Salisbury & Ross, 1995).
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi. Secara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + O2 → 6CO2 + H2O + energi
Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Proses transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara difusi. Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran sel. Demikian juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Hal ini karena membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangat permeabel bagi kedua gas tersebut. Setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian digunakan dalam proses respirasi dengan beberapa tahapan, diantaranya yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transpor elektron.
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi. Secara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + O2 → 6CO2 + H2O + energi
Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Proses transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara difusi. Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran sel. Demikian juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Hal ini karena membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangat permeabel bagi kedua gas tersebut. Setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian digunakan dalam proses respirasi dengan beberapa tahapan, diantaranya yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transpor elektron.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan praktikum Fisiologi Tumbuhan yaitu
untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi
respires aerob.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Respirasi
dalam arti luas adalah pertukaran gas antara organisme dengan lingkungannya,
sedangkan dalam arti yang khusus yaitu adanya pengambilan gas Oksigen dan
pelepasan gas Karbondioksida. Pengambilan Oksigen ini ada yang secara langsung
melalui udara dan ada yang mengambil melalui medium cair yang berada
disekeliling mereka. Respirasi terbagi atas yaitu Respirasi Eksternal, yang merupakan pertukaran
udara yang terjadi antara organisme dengan udara disekeliling mereka dan Respirasi
Internal, merupakan pertukaran udara yang terjadi antara sel dengan organ
didalamnya (Willey, 1982).
Respirasi merupakan suatu proses pelepasan energi kimia molekul organik di
dalam sel. Energi molekul organik adalah energi matahari yang disimpan di
dalamnya, terjadi pada proses fotosintesis. Pada proses fotosintesis terjadi
adanya pembentukan gula dari molekul-molekul karbohidrat dan air dengan bantuan
cahaya matahari (Dwijoseputro, 1994).
Respirasi adalah suatu proses
pembongkaran (katabolisme atau disimilasi) dimana energi yang tersimpan tadi
ditimbulkan untuk meyelenggarakan proses – proses kehidupan. Reaksi dari
respirasi adalah sebagai berikut
C6H12O6 +
6O2 6CO2 + 6H2O
+ 675 kal ( Dwijoseputro, 1989 ).
Menurut Willey (1982), menyatakan
bahwa respirasi adalah suatu bahan dari proses reaksi oksidasi bahan organik
sel yang melepaskan energi. Energi yang dihasilkan dapat berupa ATP, NADPH,
NADH, dan FADH. Dari pengertian yang daitas dapat disimpulkan bahwa reaksi yang
terjadi pada saat respirasi berlangsung yaitu :
C6H12O6 +
6O2
6CO2 + 6H2O +
Energi
Respirasi adalah proses pelepasan
energi kimia, molekul – molekul organik dalam sel pada mitokondria. Pada proses
fotosintesis terjadi pembentukan gula dan molekul CO2 dan H2O dengan bantuan energi
matahari. Pelepasan energi kimia dalam proses respirasi ini terjadi melalui 2
proses penting yaitu proses oksidasi dan reduksi, proses oksidasi disini
terjadi pelepasan hydrogen atau hidrogenase dimana pada proses aerobik penerima
hydrogen yang terakhir adalah O2, disini O2 sebagai
adaptor, proses perombakan molekul dimana akibat dari oksidasi ikatan karbon
dari molekul dirombak sehingga menjadi molekul karbon kecil terbalik dan
kemudian molekul tersebut dirombak lagi sehingga akhirnya hanya tinggal satu
karbondioksida dan proses reduksi yaitu suatu reaksi yang
melibatkan oksigen dengan penambahan elektron dari satu atom atau senyawa ( Suseno,
1978 ).
Respirasi bukanlah proses pertukaran
gas sederhana saja. Proses keseluruhan merupakan reaksi reduksi oksidasi yaitu
senyawa organik dioksidasi menjadi CO2, sedangkan O2 yang
diserap direduksi menjadi air (H2O). Sebagai substrat respirasi
yaitu pati, fruktan, sukrosa atau gula lainnya, lemak, asam organic dan bahkan
protein pada keadaan tertentu (Burhan dkk, 1977).
Respirasi yaitu suatu proses
pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui proses kimia
dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan energi kimia ATP
untuk kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan.
Respirasi juga biasa dikatakan reaksi oksidasi organ untuk menghasilkan energi
yang digunakan untuk aktifitas sel dan kehidupan tumbuhan dalam bentuk ATP atau
senyawa berenergi tinggi (Garderner, 1991).
Respirasi
merupakan proses penggunaan makanan yang mengakibatkan pembentukan ATP,
kemudian dirubah menjadi ADP dan menghasilkan energi. Jadi respirasi dapat didefenisikan
sebagai proses penguraian bahan organik menjadi energi. Semua sel aktif
terus-menerus melakukan respirasi menyerap oksigen dan melepaskan
karbondioksida dalam volume yang sama. Pati, fruktan, sukrosa, gula, dan asam
organik serta protein dalam keadaan tertentu dapat bertindak sebagai substrat
respirasi (Darmawan dan Baharsjah, 1983).
Respirasi
merupakan rangkaian dari 50 atau lebih reaksi komponen, bukanlah reaksi
tunggal. Respirasi merupakan oksidasi (dengan produk yang sama seperti
pembakaran) yang berlangsung di medium air, dengan pH mendekati netral, pada
suhu sedang, dan tanpa asap. Pemecahan bertahap dan berjenjang molekul besar
merupakan cara untuk mengubah energi menjadi ATP. Lebih lanjut, sejalan dengan
berlangsungnya pemecahan, kerangka karbon antara disediakan untuk menghasilkan
berbagai produk esensial lainnya dari tumbuhan. Produk ini meliputi asam amino
untuk protein, nukleotida untuk asam nukleat, dan prazat karbon untuk pigmen
porfirin (seperti klorofil dan sitokrom) dan untuk lemak, sterol, karotenoid,
pigmen flavonoid seperti antosianin, dan senyawa aromatik tertentu lainnya,
seperti lignin (Salisbury dan Ross, 1995).
Proses yang
terjadi didalam respirasi sel adalah pemecahan ikatan-ikatan dalam molekul
organik, terutama ikatan antara atom karbon dengan atom yang menyimpan energi
dalam jumlah besar. Ada beberapa cara dimana energi kimia dilepaskan. Salah
satu cara yang paling penting adalah pengeluaran hidrogen dari suatu bahan
bakar yang dikenal dengan istilah dehidrogenasi. Pada proses dehidrogenasi
diperlukan penerima atau akseptor hidrogen (hydrogen acceptor) (Kimball, 1983).
Berdasarkan kebutuhannya terhadap
oksigen respirasi terbagi atas 2 macam, yaitu Respirasi anerob dan aerob,
respirasi anerob tidak memerlukan oksigen tetapi penguraian bahan organiknya
tidak lengkap. Respirasi macam ini jarang terjadi hanya dalam keadaan khusus.
Dimana substrat respirasi anerob adalah glukosa, yang reaksinya adalah : C6H12O6
→ 2C2H5OH + 2 CO2 + ATP Respirasi aerob memerlukan oksigen untuk menghasilkan
tenaga (ATP), yang reaksinya adalah : C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O ΔHc - 2880 kJ
(Burhan, 1997).
Greulach and Adam ( 1976 )
menyatakan bahwa produk akhir fotosintesis adalah gula, oksigen dan air. Produk
ini merupakan substansi yang nantinya digunakan dalam respirasi aerobic,
sedangkan hasil akhir dari respirasi adalah karbondioksida dan air yang merupakan substansi yang digunakan dalam
fotosintesis. Menurut Salisburry dan Ross (1978) gas O2 pada
respirasi aerobik digunakan untuk oksidasi reduksi bahan makanan. Pada
respirasi atau oksidasi akan dihasilkan CO2 .
Energi yang
ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa senyawa dapat digunakan untuk
mensintesis molekul lain yang dibutuhkan untuk pertumb uhan. Bila tumbuhan
sedang tumbuh, laju respirasi meningkat sebagai akibat dari permintaan
pertumbuhan, tapi beberapa senyawa yang hilang dialihkan ke dalam reaksi
sintesis dan tidak pernah muncul sebagai CO2 (Salisbury dan Ross,
1995).
Bahan bakar
yang paling banyak digunakan adalah glukosa. Pembakaran sempurna glukosa
menjadi CO2 menghasilkan energi 686 kilokalori energi bebas. Tetapi
dalam reaksi ini hampir semua energi bebas dibebaskan sebagai panas yang dalam
jumlah sedang hanya cukup untuk menjaga sel agar tetap hangat. Dan tetap tidak
cukup untuk melangsungkan reaksi anabolik. Namun, demikian sel hidup mampu
mengkatalisis glukosa menjadi sedemikian rupa sehingga menghasilkan energi
bebas untuk membentuk molekul-molekul ATP (Kimball,1983).
Jika
karbohidrat, misalnya sukrosa, fruktan, atau pati merupakan substrat respirasi
dan jika mereka secara sempurna dioksidasi, maka volume O2 yang
diambil persis berimbang dengan CO2 yang dilepaskan. Nisbah CO2
terhadap O2 ini disebut kuosien respirasi atau RQ, sering hampir
mendekati satu. Contoh, RQ yang diperoleh dari daun berbagai jenis tumbuhan
rata-rata 1,05. biji yang sedang berkecambah dari tumbuhan serealia dan
kacang-kacangan seperti kapri dan kacang, yang mengandung pati sebagai cadangan
makanan utama, juga menunjukkan RQ sekitar 1,0. tapi, biji berbagai tumbuhan
lain banyak mengandung lemak atau minyak yang kaya hidrogen dan rendah
kandungan oksigennya. Bila minyak dan lemak dioksidasi selama perkecambahan, RQ
sering hanya 0,7, sebab cukup banyak oksigen diperlukan untuk mengubah hidrogen
menjadi H2O dan mengubah karbon menjadi CO2 (Salisbury
dan Ross, 1995).
Reaksi respirasi merupakan kebalikan
dari ringkasan reaksi fotosintesis. Proses respirasi mengalami tiga tahap
reaksi yang terpisah. Glikolisis terjadi di sitosol, siklus krebs tau siklus asam
sitrat terjadi dalam matriks mitokondria, transfer electron terjadi pada
membran Krista mitokondria. Beberapa bahan organic yang digunakan sebagai
substrat respirasi harus dirombak jadi molekul gla heksosa terlebih dahulu.
Karbohirat cadangan pada tumbuhan umumnya berupa pati, fruktan, sukrosa maupun
karbohidrat kompleks lainnya ( Salisbury
dan Ross, 1995 ).
Respirasi dapat dibagi menjadi tiga
tahapan reaksi yaitu tahap pertama adalah proses glikolis. Pola umum dari
proses ini adalah penguraian karbohidrat secara bertingkat akan dirubah menjadi
Phospogliseraldehid, kemudian menjadi asam piruvat dan asam piruvat dirubah
lagi menjadi asam oksalat. Tahapan berikutnya adalah lingkaran krebs disebut
juga lingkaran asam sitrat atau
lingkaran asam trikarboksilat. Reaksi tersebut merupakan reaksi lingkaran
dimana pada pokoknya asam oksalat akan diubah menjadi CO2 , dan
tahap ketiga adalah lingkaran sitokrom (transfer electron), dalam proses ini
tingkat dari akseptor yang satu ditransfer kepada yang lain. Kemudian sitokrom
dan akhirnya kepada CO2 dengan membentuk H2O, pada
transfer tadi dihasilkan energi yang ditangkap oleh ADP menjadi ATP ( Hidayat,
1974 ).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi respirasi adalah ketersediaan substrat yang dimana laju respirasi daun sering lebih cepat segera setelah matahari tenggelam
saat kandungan gula tinggi. Daun bagian bawah ternaungi respirasi lebih lambat
dari daun sebelah atas yang terkena cahaya matahari berhubung kandungan pati
dan gula, ketersediaan O2, pada akar, batang, dan daun sedikit mempengaruhi respirasi karena sitokrom
oksidase mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen biarpun konsentrasi
hanya 0,05 %, suhu ; peningkatan suhu sampai 40 ºC atau lebih menurunkan
respirasi, karena enzim mengalami denaturasi (rusaknya bentuk tiga dimensi enzim
yang menyebabkan enzim tidak dapat lagi
berikatan dengan subtratnya) untuk mencegah
metabolik yang semestinya terjadi, jenis dan umur tanaman ; umunya bakteri,
fungi, dan ganggang berespirasi lebih cepat dibandingkan dengan tumbuhan
berbiji. Berdasarkan bobot kering hanya
mengandung sedikit makanan dan tidak mempunyai sel nonmetabolik. Respirasi
tinggi selama pertumbuhan vegetatif yang pesat, rendah saat pembuangan.
Sebagian besar respirasi pada tumbuhan dewasa dilakukan oleh daun, akar yang
muda, bunga yang sedang tumbuh waktu buah masih muda (Burhan, 1997).
Pasokan O2
juga mempengaruhi respirasi, tapi peranannya sangat berbeda, bergantung pada
jenis tumbuhan bahkan bagian tumbuhan. Keragaman normal kandungan O2
udara terlalu kecil untuk mempengaruhi respirasi sebagian besar daun dan
batang. Lagi pula, laju penetrasi O2 ke dalam daun, batang, dan akar
biasanya cukup untuk memepertahankan tingkat pengambilan normal O2
oleh mitokondria, terutama karena sitokrom oksidase mempunyei afinitas yang
tinggi terhadap oksigen sehingga akan tetap berfungsi walaupun konsentrasi O2
di udara hanya sekitar 0,05% (Drew, 1988).
Suhu tinggi
(diatas optimum) akan merusak tanaman dengan mengacau laju respirasi dan
absorbsi air. Bila suhu udara meningkat, laju respirasi meningkat, karena
penurunan tekanan defisit uap dari udara yang hangat dan suhu yang tinggi pada
daun yang mengakibatkan peningkatan tekanan uap air padanya. Kelayuan akan
terjadi jika absorbsi terbatas karena kurangnya air atau kerusakan system
vaskuler atau system perakaran. Tingkat kerusakan akibat suhu tinggi, lebih
besar pada jaringan yang lebih muda, karena terjadi denaturasi protoplasma oleh
dehidrasi (Jumin, 2002).
Menurut Dwijoseputro (1983),
menyatakan bahwa temperatur mempengaruhi atau punya pengaruh yang besar
terhadap respirasi. Pada suhu 0oC respirasi sangat sedikit dan pada
suhu 30oC sampai 40oC sangat giat bekerja. Kecepatan
respirasi berkurang dapat disebabkan oleh materi yang mempunyai kadar oksigen
lebih rendah dari karbohidrat, karbohidrat yang pengoksidasian tidak lengkap.
Pengambilan oksigen yang berlebihan pada kegiatan selain respirasi. Penyebaran
CO2 pada proses asimilasi CO2 ditempat gelap. Respirasi
tumbuhan membebaskan sejumlah besar karbondioksida pada atmosfer, hutan
diperkirakan menghasilkan 3400 gr CO2/cm2 tiap tahunnya.
Pengukuran
respirasi dilakukan dengan mengetahui jumlah O2 yang dikonsumsi juga
dapat dilakukan electron oksigen. Dengan mengukur konsumsi O2 dan
produk CO2 dapat diketahui dengan jalur mana yang dilalui respirasi.
Perbandingan antara CO2 dan O2 dinamakan dengan koefisien
respirasi. Biasanya koefisien respirasi tergantung pada substrat, misalnya
glikolisis. Bila satu molekul gula dioksidasi sempurna maka hasilnya adalah 6
atom karbon dibebaskan dari gula dan keluar sebagai CO2. 12 atom H
dikeluarkan dari gula pada reaksi. Reaksi berikutnya bergabung dengan atom O
yang berasal dari oksigen atmosfer, membentuk 16 molekul air (Loveles,1991).
BAB III
METODELOGI
A.
Waktu
Dan Tempat
Adapun
waktu dan tempat pelaksanaan praktikum Fisiologi tumbuhan yaitu :
Hari/tanggal : Senin, 15 Oktober 2012
Waktu :
Jam 15.10 WITA sampai selesai
Tempat : Laboratorium Lingkungan dan Biodiversity
jurusan
Biologi F-MIPA
UNTAD
B.
Alat
dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Tumbuhan yaitu :
1.
Alat
a.
Botol selai
b.
Sumbat gabus
c.
Kain kasa
d.
Label
e.
Tali raffia
f.
Gelas kimia
g.
Gelas ukur
h.
Pipet tetes
2.
Bahan
a.
Kecambah Phaseolus radiates umur 1 hari 10 gr
b.
NaOH
c.
BaCl2
d.
Indikator PP
e.
HCL
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah :
1. Menuangkan
masing-masing 50 ml NaOH 0,2 N dan menutup botol dengan sumbat karet.
2. Menimbang
kecambah sebanyak 10 gr, membungkus dengan kain kasa dan mengikat bagian
ujungnya dengan tali yang disisakan memanjang dan memasang seperti gambar 1,
biji dibungkus harus berada di atas permukaan cairan basa tersebut.
3. Membuat
kontrol dengan botol hanya berisi larutan NaOH tanpa kecambah, dan di simpan di
dalam laci
4. Memberi
label pada masing-masing botol. Kemudian menempatkan masing-masing botol
ditempatkan di laci, refrigator, ruang kultur, dan inkubator
5. Percobaan
diakhiri 72
jam kemudian memindahkan kecambah dari botol. Cairan NaOH dititrasi untuk
mengetahui jumlah CO2 yang dibebaskan.
Cara
Titrasi
1. Mengambil
10 ml cairan NaOH yang kecambahnya telah dikeluarkan dengan menggunakan pipet.
Kemudian memasukkannya kedalam erlenmeyer 125 ml dan menambahkan 5 ml larutan BaCl2 yang akan
mengendapkan CO2 yang diserap oleh basa dalam botol selai.
2. Menambahkan
3 tetes indikator fenolptalein (indikator pp) dan melakukan titrasi dengan
menggunakan HCl 0,1 N (10 ml HCl + 90 aquades) sampai warna hilang.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
No.
|
Perlakuan
|
|
Volume HCl
|
1
|
Kontrol
|
25oC
|
12 tetes (0,6 ml)
|
2
|
Kecambah ditempat terang
|
30oC
|
6 tetes (0,3 ml)
|
3
|
Kecambah ditempat gelap
|
25oC
|
7
tetes (0,35 ml)
|
B.
Analisis Data
CO2 yang
terikat NaOH = Volume HCl × 5
a.
Kontrol
0,6 ml × 5 = 3 ml CO2 yang terikat NaOH
b.
Kecambah
ditempat terang
0,3 ml × 5 = 1,5 ml CO2 yang terikat
NaOH
c.
Kecambah
ditempat gelap
0,35 ml × 5 = 1,75 ml CO2 yang terikat
NaOH
Grafik hubungan antara suhu dan ml
HCl
|
|
C.
Pembahasan
Respirasi adalah proses oksidasi dari
produk digesti dalam sel untuk melepaskan energy yang diperlukan dalam berbagai
aktivitas organisme hidup. Proses tersebut mencakup suatu rantai reaksi yang
majemuk dan menyangkut berbagai tahapan dan dibantu oleh berbagai enzim.
Tahapan pertama bersifat anaerobic, tanpa oksigen bebas, dan tahapan terakhir
memerlukan oksigen bebas, jadi tahapan terakhir itu bersifat aerobic.
Selanjutnya ADP diubah menjadi ATP yang merupakan sumber energy bagi semua
jenis reaksi selular. Respirasi sebagai suatu proses oksidasi yang terdiri
banyak tahapan reaksi dan juga respirasi adalah oksidasi selular di mana energy
yang disimpan dalam molekul-molekul makanan dilepaskan dan digunakan oleh sel.
Dalam reaksi tersebut, H2O dan CO2, merupakan hasil akhir dan energy terlepas.
Menurut Burhan (1997), ada beberapa faktor yang mempengaruhi respirasi
diantaranya adalah ketersediaan substrat, laju respirasi daun sering lebih
cepat segera setelah matahari tenggelam saat kandungan gula tinggi. Daun bagian
bawah ternaungi respirasi lebih lambat dari daun sebelah atas yang terkena
cahaya matahari berhubung kandungan pati dan gula, ketersediaan O2,
pada akar, batang, dan daun sedikit mempengaruhi respirasi karena sitokrom
oksidase mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen biarpun konsentrasi
hanya 0,05 %, jenis dan umur tanaman dan suhu. Hal ini tidak
sesuai dengan literatur hasil respirasi terbesar pada NaOH yang tidak diberikan
kecambah sebagai kontrol, hal ini mungkin terjadi karena pada saat NaOH
dimasukkan kedalam erlenmeyer tidak steril sehingga ada organisme lain yang
beraktifitas.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat
dilihat bahwa suhu turut berpengaruh terhadap laju respirasi aerob. Rangkaian
kecambah pada suhu yang lebih tinggi yaitu 30ºC melepaskan lebih
banyak dari pada rangkaian kecambah pada suhu 25ºC. Jumlah yang dilepaskan
dapat dilihat dari banyaknya HCl yang dibutuhkan saat titrasi. Pada kontrol 25 0
c Volume HCL (0,6 ml), kecambah yang ditempatkan pada tempat yang terang Volume
HCL (0,3 ml), kecambah yang ditempatkan pada tempat yang gelap Volume HCL (0,35
ml). Volume
HCl yang digunakan pada saat titrasi, dikali dengan 5 ml BaCl2 yang
digunakan sehingga diperoleh volume CO2 yang dihasilkan oleh
kecambah. Dari hasil perhitungan diperoleh volume HCl pada botol kontrol yaitu
3 ml. Sedangkan pada botol di tempat gelap dengan suhu 25oC yaitu
1,75 dan terang dengan suhu 30oC
yaitu 1,5 ml.
Kecambah dibungkus dengan kain kasa, kain kasa memiliki pori-pori yang
cukup besar sehingga dapat digunakan untuk memberi ruang atau celah yang dapat
dilewati oleh oksigen dan karbon dioksida pada saat proses respirasi. Kecambah
dimasukkan kedalam botol yang ditutup rapat. Penutupan rapat ini bertujuan agar
tidak ada gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan seperti
oksigen dari luar yang masuk kedalam botol dan tidak ada karbon dioksida yang
keluar dari botol. Larutan didalam botol merupakan larutan basa kuat yaitu NaOH,
NaOH berfungsi sebagai larutan yang dapat berikatan dengan Karbon dioksida
hasil dari respirasi kecambah. NaOH yang mengikat karbon dioksida akan membentuk natrium bikarbonat yang
merupakan karbondioksida terlarut. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
2NaOH + CO2 Na2CO3
+ H2O
Rangkaian praktikum ini disimpan selama
48 jam pada suhu tertentu hingga akhinya dititrasi.
Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asidimetri yaitu titrasi
penetralan basa (NaOH) dengan menggunakan senyawa asam, senyawa asam yang
digunakan adalah asam kuat HCl. Fungsi titrasi ini untuk mengetahui jumlah CO2
yang terikat NaOH. Sebelum dititrasi dengan HCL, larutan dari rangkaian
praktikum diambil sebanyak 10 ml dan ditambahan BaClsebanyak 5 ml, penambahan BaCl berfungsi untuk mengendapkan karbon dioksida
yang telah diikat oleh NaOH. Persamaan reaksinya dapat digambarkan sebagai
berikut :
BaCl2 + Na2CO3
BaCO3 + 2 NaCl
Larutan yang awalnya berwarna bening kemudian berubah menjadi keruh hal
ini disebabkan karena terbentuk endapan putih dari hasil penambahan larutan
dengan BaCl2. Selanjutnya
larutan tersebut diteteskan indicator fenolptalein (indicator pp). Indikator
yang berwarna merah ini menyebabkan larutan berubah warna menjadi merah muda.
Indicator pp berfungsi untuk memudahkan mengamati perubahan warna ketika
larutan dititrasi. Kemudian larutan dititrasi dengan asam kuat yaitu HCl dengan
menggunakan pipet tetes hingga larutan berubah warna menjadi bening kembali.
Warna dapat kembali bening menunjukkan bahwa larutan basa telah bereaksi
sempurna dengan asam sehingga larutan menjadi netral. Persamaan reaksinya
sebagai berikut :
NaOH +
HCl
NaCl + H2O
Jumlah karbon dioksida yang dilepaskan
oleh kecambah pada proses repirasi aerob berbanding lurus dengan jumlah HCl
yang diteteskan ketika titrasi dengan kata lain semakin banyak karbon dioksida
yang dilepaskan maka semakin banyak HCl yang diperlukan saat titrasi, dan
begitu pula sebaliknya. Hcl berfungsi sebagai peniter (zat penitrasi) dalam
penitrasi ini
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Suhu dapat mempengaruhi laju respirasi aerob, hal ini dapat
di lihat dari banyaknya kadar CO2 yang terikat pada masing-masing
suhu yaitu ; untuk kontrol sebesar 3 ml, pada suhu 30ºC sebesar 1,5 ml dan untuk suhu 25ºC sebesar 1,75 ml.
2.
Jumlah HCl berbanding lurus dengan jumlah yang dilepaskan
sehingga semakin banyak HCl yang digunakan
maka semakin banyak pula yang dilepaskan.
3.
Dari hasil pengamatan yang
dilakukan di peroleh data sebagai berikut; untuk
control jumlah CO2 yang terkait NaOH yaitu 3 ml. Kecambah ditempat
terang jumlah CO2 yang terkait NaOH 1,5 ml. Kecambah ditempat gelap
jumlah ml CO2 yang terkait NaOH 1,75.
4.
Saran
Adapun
saran dalam praktikum Fisiologi Tumbuhan yaitu untuk praktikum mendatang sebaiknya praktikum
dalam laboratorium 1 pertemuan 2 percobaan dilakukan agar lebih maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Burhan, dkk. 1977, Fisiologi Tanaman, PT Bina Aksara, Jakarta
Burhan, Walyati dkk, 1997, Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan., Universitas Andalas. Padang.
Darmawan dan Baharsjah, 1983, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia. Jakarta.
Drew, M. C,
1988, Effects Of Flooding Oxygen
Deficiencion Plant Nutrition, Advebces in Plant Nutritions, New York..
Dwidjoseputro, D, 1980, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia,
Jakarta
Dwidjoseputro, D, 1989, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia , Jakarta
Dwidjoseputro, 1994, Dasar-Dasar Ilmu Tanaman,PT Gramedia, Jakarta
Gardner, F. P. R. Brent pearce dan
Goger L. Mitchell, 1991, Fisiologi
Tanamanan
Greulach,V.A
and J.E. Adam.1976, Plant and Introduction to Modern Botany, John Willey and Sons, New
York
Hidayat,E.B, 1974, Biologi, ITB, Bandung
Jumin, H. B. 2002, Agro Ekologi, Suatu
Pendekatan Fisiologis, Rajawali, Jakarta.
Kimball, John. W, 1983, Biologi Jilid I Edisi kelima, Erlangga, Jakarta.
Loveless,A.R.1991,
Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk
Daerah Tropik1, Gramedia, Jakarta
Mitchel,
1956, General Physiology, M. C
GrowHill Book Company, New York
Salisburry,F.B
dan Ross,W.C, 1995, Fisiologi Tumbuhan
Jilid 2, ITB Press, Bandung
Suseno,H. 1978, Ekofisiologi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB, Bogor
Willey, J.
1982, Study Guide to Accompany Botany,
New York , Chesther Bistane Toronto, Singapore