BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan didefinisikan sebagai
pertambahan yang tidak dapat balik dalam ukuran pada semua sistem biologi.
Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal dan respon dari lingkungan
(panjang hari, temperatur rendah, perubahan persediaan air. Pertumbuhan
berikutnya disebut diferensiasi, yang didefinisikan sebagai pengontrolan gen
dan hormonal serta lingkungan yang merubah struktur dan biokimiawi perubahan
ini terjadi pada hewan dan tanaman saat berkembang.
Pada umumnya daerah pertumbuhan terletak
pada bagian bawah meristem apikal dari tunas dan akar. Kebanyakan pertumbuhan
terjadi pada fase pendewasaan sel hanya sedikit kenaikan volumenya. Ujung akar
dan ujung tajuk pertumbuhan dan tepat diatas nodus tumbuhan monokotil, atau di
dasar daun rerumputan, meristem apikal tajuk dan meristem apikal akar terbentuk
selama proses perkembangan embrio saat pembentukan biji dan disebut meristem
primer. Daerah tumbuh pada tumbuhan terjadi pada meristem apikal yang dimana
pertumbuhannya berbeda-beda baik di akar maupun di batang.
Yang melatarbelakangi praktikan untuk melakukan percobaan
ini adalah berusaha untuk menentukan letak daerah tumbuh pada organ tumbuhan.
B.
Tujuan
Adapun tujuan praktikum
fisiologi tumbuhan yaitu mengamati daerah tumbuh pada akar dan batang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman
merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan pekembangbiakan suatu
spesies. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara terus-menerus
sepanjang daur hidup, tergantung pada tersedianya meristem, hasil asimilasi,
hormon dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung.
Secara empiris, pertumbuhan tanaman dapat dikatakan sebagai suatu fungsi dari
genotipe X lingkungan (internal dan eksternal) (Fahn, 1992).
Pertumbuhan
didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat balik dalam ukuran pada
semua sistem biologi. Pertumbuhan ini digambarkan dengan kurva yang sigmoid. Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal dan
respon dari lingkungan (panjang hari, temperatur rendah, perubahan persediaan
air). Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi, yang didefinisikan
sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang merubah struktur
dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan tanaman saat berkembang
(Kaufman, dkk., 1975).
Pertumbuhan primer untuk
memperpanjang sumbu tubuh dan perkembangan sekunder adalah untuk meningkatkan
diameter sumbu. Pertumbuhan sekunder dalan akar akan terjadi penebalan sekunder
kambiumnya besar dari benang-benang meristem dalam jaringan prokambium atau
jaringan perenkimatis yang terletak pada kelompok-kelompok floem primer dan
pusat stele (Heddy, 1987).
Letak pertumbuhan adalah pada
meristem apikal, lateral, dan interkalar. Pertumbuhan ujung cenderung
menghasilkan pertambahan panjang, pertumbuhan lateral menghasilkan
pertambahan lebar. Pertambahan panjang batang terjadi di meristem interkalar,
memerlukan tambahan sumber hormon pertumbuhan dan mempunyai jumlah sel ataupun
aktifitas sel yang rendah (Campbell, dkk., 1999).
Daerah
meristematis pucuk batang mengalami pertumbuhan primer seperti yang terjadi
pada akar. Namun, caranya lebih kompleks karena tidak hanya proliferasi aksis
batang namun juga pembentukan organ lateral lainnya. Pembelahan sel pada batang
umumnya terjadi pada internodus paling atas. Selama periode pertumbuhan aktif, meristem ujung batang yang tipis, berdinding
lembut dan isodiametris, aktif melakukan proliferasi sel. Pemanjangan sel
diperpanjang sepanjang internodus. Semakin jauh dari internodus maka kecepatan
pemanjangan semakin lambat. Daerah pemanjangan di belakang ujung batang
biasanya 10 cm panjangnya (Loveless, 1991).
Proses
pemanjangan tunas terjadi melalui pertumbuhan ruas yang sedikit lebih tua di
bawah ujung tunas tersebut. Pertumbuhan ini disebabkan pembelahan sel dan
pemanjangan sel dalam ruas tersebut. Pembelahan sel dan pertumbuhan yang terus
menerus sehingga mendorong ke arah pemanjangan batang dan tunas (Campbell, dkk, 1999).
Pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel batang lebih
jauh letaknya dari ujung daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa
sentimeter dibawah ujung (Salisbury dan Ross, 1992).
Sel-sel inisial
membentuk sel-sel pada ujung akar yang bersifat meristematis. Pembelahan sel
terjadi secara longitudinal dan beberapa ke arah lateral yang menyebabkan akar
berbentuk silindris (Campbell, dkk., 1999).
Selanjutnya
sel-sel dekat ujung akar aktif berproliferasi, dimana terletak tiga zona sel
dengan tahapan pertumbuhan primer yang berurutan (zona pembelahan sel, zona
pemanjangan dan zona pematangan). Zona pembelahan sel meliputi meristem apikal
dan turunannya, yang disebut meristem primer (terdiri dari protoderm,
prokambium dan meristem dasar). Meristem apikal yang terdapat di pusat zona
pembelahan menghasilkan sel-sel meristem primer yang bersifat meristematik.
Zona pembelahan sel bergabung ke zona pemanjangan (elongasi). Di sini sel-sel
memanjang sampai sepuluh kali semula, sehingga mendorong ujung akar, termasuk
meristem ke depan. Meristem akan mendukung pertumbuhan secara terus-menerus dengan menambahkan sel-sel ke
ujung termuda zona pemanjangan tersebut (Campbell, dkk., 1999).
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan tempat
Adapun waktu dan tempat
pelaksanaan praktikum ini yaitu pada :
Hari/Tanggal : Senin,
8 Oktober 2012
Waktu : Pukul 15.00- 17.00 WITA
Tempat : Laboratorium Biodiversity
F-MIPA UNTAD
B. Alat dan bahan
a.
Alat
1.
Karet gelang
2.
Kardus
3.
Tabung gelas
4.
Mistar
b.
Bahan
1.
Kecambah Kacang hijau (Phaseolus radiatus)
2.
Tinta cina
3.
Tissu
C. Prosedur kerja
a.
Daerah tumbuh pada akar
1. Mengambil
10 buah kecambah yang akarnya lurus dengan panjang 2 cm. Memberikan tanda mulai
dari ujungnya dengan tinta cina 10 garis dengan interval 1 mm
2. Dengan
menggunakan karet gelang kecambah itu diletakkan pada kedudukan tegak pada
lempeng kaca yang telah di balut dengan kertas filter.
3. Mengambil
10 buah kecambah dan diberi tanda garis 10 mm dari ujung akar sebagai kontrol dan
diletakkan seperti nomor 2
4.
Memasukkan kedalam tabung gelas yang
terisi sedikit air, kemudian ditutup agar ruangan dalam tabung tetap lembab
5. Setelah
24 jam, jarak masing-masing interval diukur. Membandingkan dengan kontrol.
Kemudian membuat grafik pertumbuhan pada tiap interval
b.
Daerah tumbuh pada akar
1. Memilih
20 tanaman yang batangnya lurus. Epikotil tanaman tersebut diberi tanda garis
10 buah dari ujung dengan interval 2 mm. Perlakuan pada 10 tanaman yang dipilih
dan memberikan label pada tanaman nomor 1 sampai dengan 10
2. Sebagai
kontrol pada 10 tanaman yang lain diberi satu tanda pada 20 mm dari ujung dan
memberi label tanaman nomor 1 sampai dengan 10
3. Meletakkan
semua tanaman pada tempat yang gelap
4. Setelah
24 jam, jarak masing-masing interval diukur kemudian pertambahan rata-rata dari
tiap interval di gambar pada grafik
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Tabel 1. Pengamatan batang kecambah pada tempat terang
Kecambah
|
Interval
tiap garis (cm)
|
Total
interval
(cm)
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|||
Io
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
2
|
|
1.
|
I1
|
0,3
|
0,3
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
2,9
|
2.
|
I2
|
0,2
|
0,2
|
0,3
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
2,9
|
3.
|
I3
|
0,3
|
0,25
|
0,25
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
2,2
|
4.
|
I4
|
0,25
|
0,25
|
0,3
|
0,3
|
0,25
|
0,25
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
2,4
|
5.
|
I5
|
0,2
|
0,2
|
0,25
|
0,3
|
0,3
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
2,45
|
Tabel 2. Pengamatan batang kecambah pada tempat gelap
Kecambah
|
Interval
tiap garis (cm)
|
Total
interval
(cm)
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|||
Io
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
2
|
|
1.
|
I1
|
0,2
|
0,25
|
0,25
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
2,1
|
2.
|
I2
|
0,4
|
0,5
|
0,6
|
0,4
|
0,4
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
3,3
|
3.
|
I3
|
0,25
|
0,25
|
0,3
|
0,2
|
0,3
|
0,35
|
0,3
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
2,65
|
4.
|
I4
|
0,25
|
0,25
|
0,2
|
0,2
|
0,25
|
0,25
|
0,25
|
0,2
|
0,2
|
0,2
|
2,25
|
5.
|
I5
|
0,2
|
0,25
|
0,25
|
0,25
|
0,2
|
0,25
|
0,3
|
0,35
|
0,2
|
0,2
|
2,45
|
Tabel 3. Pengamatan akar kecambah pada
tempat terang
Kecambah
|
Interval
tiap garis (cm)
|
Total
interval
(cm)
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|||
Io
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
1
|
|
1.
|
I1
|
0,2
|
0,2
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
1,2
|
2.
|
I2
|
0,1
|
0,15
|
0,15
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1`
|
0,1
|
1,1
|
3.
|
I3
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,2
|
0,1
|
0,2
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
1,2
|
4.
|
I4
|
0,2
|
0,15
|
0,2
|
0,15
|
0,25
|
0,25
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
1,6
|
5.
|
I5
|
0,1
|
0,1
|
0,2
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
1,1
|
Tabel 4. Pengamatan akar kecambah pada
tempat gelap
Kecambah
|
Interval
tiap garis (cm)
|
Total
interval
(cm)
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|||
Io
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
1
|
|
1.
|
I1
|
0,2
|
0,25
|
0,25
|
0,2
|
0,2
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
1,6
|
2.
|
I2
|
0,1
|
0,15
|
0,15
|
0,2
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1`
|
0,1
|
1,2
|
3.
|
I3
|
0,2
|
0,2
|
0,15
|
0,15
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
1,3
|
4.
|
I4
|
0,2
|
0,2
|
0,1
|
0,15
|
0,15
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
1,3
|
5.
|
I5
|
0,15
|
0,15
|
0,2
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
1,1
|
B. Pembahasan
Dalam
percobaan ini dilakukan untuk mengetahui daerah tumbuh pada akar dan batang
dari kecambah kacang hijau
Phaseolus radiatus
. 10
kecambah kacang hijau Phaseolus radiatus
diberikan tanda pada akar, satu diantaranya sebagai kontrol dan 10 kecambah kacang hijau Phaseolus radiatus diberikan tanda pada
batang serta satu diantaranya pula sebagai kontrol dengan menggunakan tinta.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap daerah tumbuh pada akar 24 jam dan batang 48 jam kacang hijau (Phaseolus
radiatus) selama 48 jam
menunjukkan adanya pertambahan panjang pada akar dan batang kecambah kacang hijau (Phaseolus
radiatus). Proses pemanjangan tunas
terjadi melalui pertumbuhan
ruas yang sedikit lebih tua di bawah ujung tunas tersebut. Proses pemanjangan
akar terkonsentrasi pada sel-sel dekat ujung akar, dimana terletak tiga zona
sel dengan tahapan pertumbuhan primer yang berurutan. Dari ujung akar ke arah
atas terdapat zona pembelahan sel yang meliputi meristem apical dan turunannya,
zona pemanjangan, dan zona pematangan. Hasil praktikum menunjukkan variasi
pertambahan panjang tiap lokus batang dan akar.
Berdasarkan hasil pengamatan
kecambah ditempat terang dengan interval awal 0,2 mengalami perubahan hal ini
ditunjukkan dengan adanya pertambahan panjang pada tiap batang kecambah. Untuk
kecambah 1 daerah yang mengalami pertambahan panjang terletak pada titik 1
yaitu 0,3, titik 2 yaitu 0,3, titik 3
yaitu 0,4 dan titik 4 yaitu 0,4 dengan total interfal 2,9. Untuk kecambah 2
daerah yang mengalami pertambahan panjang yaitu titik 3 dan 4 dengan
pertambahan panjang masing-masing 0,3, total interfal 2,9. Untuk kecambah 3
daerah yang mengalami pertambahan panjang pada titik 1 yaitu 0,3 titik 2 dan 3
masing-masing yaitu 0,25 dengan total interfal 2,2. Untuk kecambah 4 daerah
yang mengalami pertambahan panjang yaitu titik 1, 2, 5, 6 pertambahan panjang
masing-masing 0,25 dan titik 3 dan 4 pertambahan panjang masing-masing 0,3 dengan total interfal 2,4. Untuk kecambah 5
daerah yang mengalami pertambahahan panjang pada titik 3 yaitu 0,25, titik 4
dan 5 yaitu 0,3 dan titk 6 yaitu 0,4 dengan total interval 2,45
Untuk
pengamatan batang kecambah pada tempat gelap juga mengalami pertambahan
panjang hal ini dapat dilihat pada
kecambah 1 pada titik 2 dan 3 yaitu 0,25
dengan total interfal 2,1, pada kecambah 2 pada titik 1, 4 dan 5 masing-masing
yaitu 0,4, titik 2 yaitu 0,5 dan titik 3 yaitu 0,6 dengan total interfal 3,3,
pada kecambah 3 pertambahan panjang pada titik 1 dan 2 yaitu 0,25, pada titik
3, 5, 7 dan 8 yaitu 0,3 dan titik 6 yaitu 0,35 dengan panjang interfal 2,65.
Pada kecambah 4 pertambahan panjang pada titik 1, 2, 5, 6 dan 7 yaitu 0,25
dengan total interval 2,25. Pada kecambah 5 pertambahan panjang pada titik 2,
3, 4 dan 6 yaitu 0,25, titik 7 yaitu 0,3
dan titik 8 yaitu 0,35 dengan total interfal 2,45. Berdasarkan uraian hasil
pengamatan diatas pertambahan panjang pada batang lebih banyak bertambah
panjang pada tempat gelap hal ini disebabkan karena pada tempat
yang terang cahaya
dapat menghalangi kerja auksin (auksin tidak aktif) dan menghambat pertumbuhan.
Sehingga, pertumbuhan kecambah di tempat gelap lebih cepat dari pada di tempat terang. Pertumbuhan bagian batang yang tidak
terkena cahaya lebih cepat dari pada bagian batang yang terkena
cahaya. Hal ini disebabkan pada daerah yang tidak terkena cahaya, terjadi penimbunan auksin yang lebih banyak
sehingga pertumbuhannya lebih cepat, sedangkan daerah yang terkena cahaya,
auksinnya kurang aktif. Tetapi
terdapat juga tanaman yang intervalnya tetap terus hal ini disebabkan karena
tinta yang meleleh sehingga mempersulit dalam mengukur interval tiap garis.
Untuk pengamatan akar pada
tempat terang dengan interval awal 0,1 juga mengalami perubahan pertambahan panjang
hal ini ditunjukkan pada kecambah 1 titik 1 dan 2 yaitu 0,2 dengan total
interval 1,2 pada kecambah 2 titik 2 dan
3 yaitu 0,15 dengan total interval 1,1, pada kecambah 3 pada titik 4 dan 6
yaitu 0,2 dengan total interval 1,2, pada kecambah 4 pada titik 1 dan 3 masing-masing 0,2, titik 2 dan 4
masing-masing 0,15,dan titik 5 dan 6 masing-masing 0,25 dengan total interval
1,6, pada kecambah 5 pada titik 3 yaitu 0,2 dengan total interval 1,1.
Untuk pengamatan akar kecambah
pada tembat gelap dengan interval awal 0,1 juga mengalami perubahan pertambahan
panjang hal ini di tunjukan pada kecambah 1 titik 1, 4, 5 yaitu 0,2, titik 2
dan 3 yaitu 0,25 dengan total interval 1,6, pada kecambah 2 pada titik 2 dan 3
yaitu 0,15, titik 4 yaitu 0,4 dengan total interval 1,2, pada kecambah 3 pada
titik 1 dan 2 yaitu 0,2, titik 3 dan 4 yaitu 0,15 dengan total interval 1,3,
pada kecambah 4 pada titik 1 dan 2 yaitu 0,2, titik 4 dan 5 yaitu 0,15 dengan
total interval 1,3, pada kecambah 5 pada titik 1 dan 2 yaitu 0,15 dengan total
interval 1,1. Berdasarkan hasil pengamatan pada akar, akar lebih bertambah
panjang pada tempat gelap hal ini disebabkan karena
adanya pengaruh hormon auksin pada meristem
apikal akar yang terus membelah dan memanjang yang didukung oleh ruang yang gelap,
sehingga memperlancar kerja hormon auksin karena tidak terurai oleh cahaya.
Aktivitas
meristem apeks batang mengakibatkan batang tumbuh memanjang yang kemudian
disebut pertumbuhan primer. Namun sebenarnya, meristem apikal atau meristem
apeks juga terdapat pada bagian ujung akar sehingga seharusnya pada akar
kecambah juga terjadi pertambahan panjang, tetapi pada percobaan kali ini, pada
daerah tumbuh akar ada yang
tidak mengalami pertambahan. Hal ini mungkin
disebabkan karena karena lunturnya tinta sebagai
penanda, kerusakan jaringan pada saat memberikan tinta dan
kesalahan dalam pengukuran.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu :
1.
daerah tumbuh dari
batang dan akar dari kecambah kacang merah Phaseolus radiatus adalah
pada bagian ujung batang dan ujung akar. Karena adanya meristem apikal tepatnya
meristem apeks pada bagian tumbuhan tersebut.
2. bahwa
daerah pertambahan panjang pada batang dan akar kacang hijau Phaseolus
radiatus terdapat pada daerah ujung batang dan ujung
akar.
3.
Batang kecambah yang diletakkan pada daerah terang
pertumbuhannya
4.
lebih lambat dibandingkan dengan kecambah ditempat gelap.
Karena kerja hormon auksin menjadi tidak aktiv saat terkena cahaya.
5.
Adanya perbedaan pertumbuhan antara tumbuhan pada akar dan
batang
yang disimpan pada tempat yang gelap dengan tumbuhan yang disimpan di tempat yang terang.
B. Saran
Diharapkan kepada praktikan untuk praktikum selanjutnya harus
lebih teliti lagi dalam melakukan percobaan agar hasil yang diperoleh lebih
akurat lagi.
TINJAUAN
PUSTAKA
Campbell, N.
A., Reece, J. B. dan Mitchell, L.G., 1999, Biologi, Erlangga,
Jakarta.
Fahn, A., 1992, Anatomi Tumbuhan Edisi ke 3,
UGM University, Yogyakarta.
Gardner, F.
P., Pearce, R. B. dan Mitchell, R. L., 1991, Fisiologi Tanaman Budidaya, UI Press, Jakarta.
Harjadi, S. S., 1979, Pengantar Agronomi,
Gramedia, Jakarta.
Heddy, S.,
1987, Biologi Pertanian, Rajawali Press, Jakarta.
Kaufman, P. B., Labavitch, J., Prouty, A. A. dan Ghosheh, N. S., 1975, Laboratory
Experiment in Plant Physiology, Macmillan Publishing Co., Inc,
New York.
Loveless, A.
R., 1991, Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Salisbury,
F. B. dan Ross, C. W., 1992, Fisiologi Tumbuhan Jilid III, ITB, Bandung
siiiiipphh lporannya, salam shbt bio...
ReplyDeletewww.zaidbio.blogspot.com
terima kasih :)
ReplyDeleteTerimakasih
ReplyDeletetoraja mna kak? sm kuliah dmna? sy jg org toraja skrg d kehutanan ugm
ReplyDelete