Sunday, December 16, 2012

Kontrol larva dengan jamur metarhizium dan uji kompetisi dua sepesies jamur Aspergilus



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Jamur atau cendawan adalah mikroorganisme yang sel-selnya berinti sejati (eukariotik), biasanya berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berkhlorofil, dinding selnya mengandung kitin, selulosa atau kedua-duanya, merupakan organisme heterotrof yang mendapatkan nutrisi dengan cara absorsi dan bereproduksi secara seksual atau aseksual dengan spora. Jamur mempunyai jenis yang sangat beragam. Di dunia diduga terdapat sekitar 1,5 juta jenis jamur, namun hanya 74.000- 120.000 yang telah teridentifikasi. Sementara itu, Scmidt dan Muller (dalam Hawksworth & Muller, 2005) menduga bahwa terdapat sedikitnya 600.000 spesies jamur.
Salah satu spesies jamur yang paling terkenal adalah jamur Aspergillus. Setiap spesies jamur ini mempunyai karakteristik morfologi dan peran yang berbeda-beda. Meskipun demikian habitat pertumbuhan setiap spesies hampir sama. Seperti halnya manusia, jamur ini juga dapat berkompetisi untuk memenuhi kebutuhannya agar tetap melangsungkan kehidupannya. Apabila dua jenis jamur Aspergillus ditumbuhkan bersama dalam suatu medium maka akan mencerminkan kompetisi di antara keduanya.
Oleh karena itu perlu untuk memahami dan mempelajari mengenai kompetisi antara dua spesies jamur Aspergillus dan mengidentifikasi spesies jamur tersebut.

1.2    Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini ialah untuk mengamati uji kompetisi antara dua spesies jamur Aspergillus dan mengidentifikasi jamur Aspergillus.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Pembasmi hama sudah banyak yang beredar di masyarakat, namun yang sering digunakan adalah insektisida kimia. Jenis-jenis lain seperti bakterisida, nematisida, dan herbisida biologi telah banyak diteliti, tetapi belum banyak yang dipakai. Secara alami, penyakit serangga disebabkan oleh beragam jenis mikroba, seperti bakteri, jamur, fungi, virus dan protozoa yang sering disebut sebagai entomopatogen. Beberapa keuntungan penting dari pemakaian entomopatogen ini adalah pengaruhnya yang spesifik hanya pada serangga tertentu. Belum ada jenis entomopatogen yang dilaporkan menyebabkan pengaruh serius pada manusia, mamalia, dan vertebrata lain. Insektisida biologi membunuh serangga dengan cara yang sangat berbeda dengan pestisida sintetis. Sebagian besar mikroba entomopatogen memperbanyak diri di dalam tubuh serangga inang. Hal ini menyebabkan entomopatogen secara alami mudah tersebar dengan sendirinya (penyebaran sekunder). Namun kendala yang sering dirasakan sehingga insektisida biologi jarang digunakan adalah efek pengendalian populasi hama yang dihasilkan oleh pestisida biologi ini memang lebih lama daripada yang dihasilkan oleh pestisida sintetis. Pestisida biologi membutuhkan waktu berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu untuk mematikan serangga setelah terjadinya infeksi yang pertama pada tubuh serangga (Novizan, 2002).
Kompetisi adalah suatu mekanisme penekanan aktivitas patogen oleh agensia hayati terhadap sumber-sumber terbatas seperti zat organik, zat anorganik, ruang dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya. Salah satu contoh adalah persaingan akan ruang/tempat pada akar. Contoh ektomikoriza merupakan agensia yang dapat digunakan sebagai agen pengendali hayati. Jamur tersebut mampu membungkus secara efektif seluruh akar dan menempati bagian rizosfer sehingga apabila ada mikroorganisme lain seperti misalnya Armilaria mellea atau Phytophthora spp, maka patogen tersebut tidak dapat lagi mengkolonisasi bagian tersebut. Mekanisme hiperparasit merupakan perusakan patogen oleh senyawa atau zat yang dihasilkan oleh agensia hayati seperti kitinase, selulase, glukanase, enzim pelisis dan lainnya (Nurhayati, 2011).
 Aspergilus merupakan fungi dari filum ascomycetes yang berfilamen, mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam. Fungi ini biasanya diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam ruangan. Jamur Aspergillus terdiri dari beberapa jenis, diantaranya Aspergillus niger, A. flavus, dan Aspergillus terreus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jamur Aspergillus niger, Aspergillus flavus dan Aspergillus parasitivus dapat digunakan sebagai biopestisida karena kemampuannya dalam menghasilkan mikotoksin untuk membunuh serangga (Nurhayati, 2011).
Jamur-jamur entomopatogen yang biasa digunakan antara lain Beauveria bassiana, Verticillium lecanii, dan Metarrhizium anisopliae. Mekanisme infeksi jamur terhadap serangga diawali pada saat jamur yang dalam bentuk spora atau konidia menempel pada permukaan tubuh serangga. Konidia tersebut menempel pada lapisan dinding atau kulit luar (integumen) serangga. Pada kondisi suhu dan kelembaban yang sesuai, konidia akan tumbuh dan menembus tubuh serangga. Jamur akan memperbanyak diri di dalam sebuh serangga sehingga tubuh serangga tertutup miselium yang berupa benang-benang halus. Dalam bentuk seperti ini diistilahkan sebagai propagul. Penetrasi jamur ke dalam tubuh serangga bisa melalui proses mekanis dan kimia. Hal tersebut terjadi karena jamur memproduksi enzim tertentu seperti enzim kitinase, glukanase, dan protease yang dapat meluruhkan kulit luar serangga, kemudian setelah konidia tumbuh, miselium akan mengeluarkan senyawa aktif yang bersifat antibiosis yang dapat bersifat racun atau menghambat proses metabolisme di dalam sel serangga (Sarjoko, 2011).

  
BAB III
METODOLOGI

3.1    Waktu Dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hari/Tanggal        : Senin, 26 November 2012
Waktu                  : 15.00 WITA sampai selesai
Tempat                 : Laboratorium Bioteknologi Jurusan Biologi FMIPA
                               UNTAD

3.2    Alat Dan Bahan
 Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
3.2.1 Alat
a.    Cawan petri
b.    Gelas benda
c.    Gelas penutup
d.   Pipet tetes
e.    Label
f.     Ose
g.    Bunsen
h.    Mikroskop
i.      Kamera
3.2.2 Bahan
a. Medium PDA (Potato Dextrose Agar)
b. Dua spesie jamur Aspergillus
c. Aquades
d. Alkohol 98%
e. Lidi
f. Kapas
3.3    Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a.    Uji Kompetisi Dua Jenis Jamur Aspergillus
1.    Menyemprotkan alkohol pada kedua tangan sebelum memulai pekerjaan.
2.    Menyediakan medium PDA dan menuangkannya pada cawan petri sambil melidah apikan.
3.    Melidahapikan ose pada nyala api bunsen, kemudian menyentuhkan ose pada jamur Asergillus yang berwarna hitam.
4.    Menanam jamur Aspergillus yang berwarna hitam pada salah satu sisi cawan petri yang telah berisi medium PDA.
5.    Menutup cawan petri dan melidahapikannya.
6.    Mengulangi prosedur nomor 2 hingga 4 untuk jamur Aspergillus berwarna hijau.
7.    Memberi label pada cawan petri.
8.    Menginkubasikan jamur yang ditanam selama 2-5 hari, hingga jamur tumbuh dan saling berkompetisi.
b.   Pengamatan Mikroskopis Morfologi dan Identifikasi Jamur
1.      Menyemprotkan alkohol pada kedua tangan sebelum memulai pekerjaan.
2.      Meletakkan kapas yang telah dibasahi dengan aquades pada cawan petri.
3.      Menyiapkan gelas benda, gelas penutup dan potongan lidi yang steril (mencuci dengan alkohol dan melakukan di atas nyala api bunsen).
4.      Meneteskan 1-2 tetes medium PDA pada permukaan gelas benda.
5.      Menyentuhkan ose pada kedua biakan Aspergillus lalu menyantuhkan ose di medium PDA pada permukaan gelas benda.
6.      Meletakkan gelas penutup di atas di atas media PDA dan spora jamur.
7.      Menginkubasikan selama 2-3 hari pada suhu 28-30ºC. Mengamati morfologi jamur dengan menggunakan mikroskop.


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
a.           Uji kompetisi dua jenis Aspergillus sp.
No.
Gambar
Keterangan
1.






Koloni jamur Aspergillus niger yang berwarna hitam memiliki wilayah pertumbuhan yang lebih luas dibanding yang berwarna hijau yaitu koloni Aspergillus fumigatus


b.      Pengamatan mikroskopis morfologi dan identifikasi jamur
No.
Gambar
Gambar Literatur
Keterangan
Text Box: 4Text Box: 11.


                      








Text Box: 2
 


Text Box: 3Aspergillus fumigatus

1.     Konidium
2.     Konidiosfor
3.     Stolon
4.     Rhizoid
Text Box: 2Text Box: 12.









 





Aspergillus niger
1.    Konidium
2.    Konidiosfor
3.    Stolon
4.    Rhizoid

4.2  Pembahasan
           Jamur adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa. Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada juga dengan cara generatif. Jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk memperoleh makanannya. Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen. Jamur merupakan konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
          Percobaan kaili ini bertujuan untuk menguji kompetisi antara dua spesies jamur Aspergillus dan mengidentifikasi kedua jamur Aspergillus tersebut. Untuk menguji kompetisi antara dua spesies Aspergillus, ditumbuhkan dua spesies Aspergillus pada media yang sama dalam satu cawan petri. Pada percobaan digunakan medium PDA (Potato Dextrose Agar)  karena medium ini sangat cocok untuk pertumbuhan kapang. Aspergillus termasuk dalam kelompok kapang. Aspergillus yang berwarna hitam ditumbuhkan pada sisi sebelah kiri dan Aspergillus berwarna hijau ditumbuhkan pada sisi lainnya.  Untuk membuktikan spesies Aspergillus yang lebih dominan dapat dilihat dari banyaknya koloni jamur yang lebih mendominasi pada medium tersebut.
           Berdasarkan hasil pengamatan aspergillus yang berwarna hitam lebih mendominasi dibandingkan dengan Aspergillus berwarna hijau perbedaan ini disebabkan karena adanya persaingan dalam memperoleh nutrisi pada media tumbuh. Selain itu penyebab Aspergilus hitam lebih mendominasi kemungkinan karena Aspergillus yang berwarna hitam lebih mampu memanfaatkan nutrisinya sehingga reproduksi dan pertumbuhannya lebih cepat dan juga dipengaruh oleh lingkungan yang diberikan lebih sesuai dengan kehidupan jamur aspergillus yang berwarna hitam sehingga Aspergillus hitam menekan pertumbuhan Aspergillus yang berwarna hijau
          Berdasarkan hasil pengamatan secara mikroskopis Aspergillus berwarna hitam yang teridiri dari kepala konidia yang berbentuk bulat hitam dan banyak memiliki percabangan konidiafor, Konidiofor merupakan hifa terspesialisasi yang menghasilkan spora aseksual yang disebut konidia. Konidium merupakan hifa yang terdapat pada ujung konidiofor yang memiliki tangkai panjang yang mendukung kepalanya besar dan berwarna hitam. Stolon merupakan hifa yang menjalar pada permukaan substarat yang berfungsi menyerap nutrisi, rhizoid merupakan hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat yang berfungsi untuk menempel pada inang atau substrat ciri-ciri tersebut menunjukkan Aspergillus niger Menurut Bibiana (1994) Aspergillus niger dapat tumbuh pada suhu 35ºC-37ºC (optimum), 6ºC-8ºC (minimum), 45ºC-47ºC (maksimum) dan memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Kepala konidia berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar dengan bertambahnya umur. Konidiospora memiliki dinding yang halus, hialin tetapi juga berwarna coklat. Aspergillus niger, mempunyai koloni pada medium Cxapek’s Dox mencapai diameter 4-5 cm dalam 7 hari, dan terdiri dari suatu lapisan basal yang kompak berwarna putih hingga kuning dan suatu lapisan konidofor yang lebat yang berwarna coklat tua hingga hitam. Stipe dari konidiofor berdinding halus, berwarna hialin, tetapi dapat juga kecoklatan. Vesikula berbentuk bulat hingga semibulat, dan berdiameter 50-100 m. Fialid terbentuk pada metula dan berukuran (7,0-9,5) x (3-4) m. Metula berwarna hialin hingga coklat, seringkali bersepta, dan berukuran (15-25) x (4,5-6,0) . Konidia berbentuk bulat hingga semibulat, berukuran 3,50-5,0, berwarna coklat, memiliki ornamentasi berupa tonjolan dan duri-duri yang tidak beraturan. Koloni pada medim MEA lebih tipis tetapi bersporulasi lebat. Sedangkan pada aspergilus berwarna hijau memiliki kepala konidia yang berbentuk bulat hijau dan banyak memiliki percabangan konidiofor, terdapat konidiofor seperti pada Aspergilus niger. Berdasarkan morfologi diatas menunjukkan Aspergillus fumigatus hal ini sesuai dengan literatur Markey (2002) Aspergillus fumigatus membentuk koloni berwarna hijau berkabut dengan tekstur seperti beludru. Aspergillus fumigatus memiliki tangkai-tangkai panjang (konidiofor), konidiofora berseptat atau nonseptat yang muncul dari sel kaki, pada ujung konidiofor muncul sebuah gelembung, keluar dari gelembung ini muncul sterigma, pada sterigma muncul konidium–konidium yang tersusun berurutan mirip bentuk untaian mutiara yang mendukung kepalanya yang besar (vesikel). Di kepala ini terdapat spora yang membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spora. Aspergillus fumigatus ini mampu tumbuh pada suhu 37°C.



BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
          Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1.         Jamur adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa. Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium.
2.         Aspergilus hitam lebih mendominasi karena Aspergillus yang berwarna hitam lebih mampu memanfaatkan nutrisinya sehingga reproduksi dan pertumbuhannya lebih cepat dan juga dipengaruhi oleh lingkungan yang diberikan lebih sesuai dengan kehidupan jamur aspergillus yang berwarna hitam
3.         Berdasarkan hasil pengamatan Aspergillus hitam dan hijau memiliki konidia, konidiosfor, stolon dan rhizioid yang memiliki warna yang berbeda.
4.         Berdasarkan ciri-ciri dari hasil pengamatan dapat ditentukan bahwa Aspergilus yang berwarna hitam merupakan Aspergillus niger dan Aspergillus berwarna hijau merupakan Aspergillus fumigatus

5.2  Saran
           Pada praktikum selanjutnya alat yang digunakan harus steril dan pengamatan tepat waktu agar hasil pengamatan yang diperoleh lebih baik


DAFTAR PUSTAKA
Hang Y.D, D.F,Splittstoessitr R.E.E, Woodams, dan R.M. Sherman, 1977, Citric Acid Fermentation of Brewery Waste. J. of Food Science. 42 (2) : 383-388.
Nurhayati, 2011, Penggunaan Jamur dan Bakteri dalam Pengendalian Penyakit Tanaman secara Hayati yang Ramah Lingkungan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Kampus Unsri, Sumatera Selatan.
Purwantisari, Susiana, & Hastuti, Rini, 2009, Uji Antagonisme Jamur Patogen Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang Dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal, Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA UNDIP, Semarang.
Sarjoko, 2011, Mekanisme Biopestisida dalam Mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan, (http://ditjenbun.deptan.go.Id/bbp2tpbon/ index. php ?option=com_content view=article &id =11 6 %3 Amekanisme-biopestisida-dalam–mengendalikan–organisme–pengganggu–tumbuhan–pt &catid =  12%3 Anews & Itemid = 21), diunduh pada tanggal 27 November 2012.
Srikandi, 1989, Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.


No comments:

Post a Comment