Thursday, December 13, 2012

Kultur Jaringan



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang
       Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
        Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media kultur yang baik seharusnya menyediakan unsur hara baik makro maupun mikro, sumber vitamin dan asam amino, sumber karbohidrat, zat pengatur tumbuh, senyawa organik sebagai tambahan seperti air kelapa, ekstrak buah dll, bahan pemadat: agar-agar dan gelrite dan juga menyediakan arang aktif untuk kasus tertentu untuk tanaman.
       Senyawa organik sering ditambahkan ke dalam media sebagai sumber pembentuk asam amino dan vitamin. Senyawa organik yang sering ditambahkan adalah air kelapa, ekstrak ragi, ekstrak buah, dan casein hydrolisat. Sebagai sumber energi ditambahkan dari senyawa-senyawa yang merupakan sumber karbohidrat, seperti sukrosa (paling baik pada tanaman umumnya), glukosa, fruktosa, dam maltosa. Penambahan arang aktif berfungsi untuk mengarbsorbsi senyawa-senyawa fenolik dan untuk merangsang pertumbuhan akar (Harianto, 2009)
        Berdasarkan pemaparan diatas yang melatar belakangi pembuatan laporan ini untuk mempelajari teknik penanaman biji dan eksplan secara infintro

1.2    Tujuan
       Adapun tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari teknik penanaman biji dan eksplan secara in vitro


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
          Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi suatu tanaman yang lengkap (Indrianto, 2002).
          Kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi in vitro (didalam gelas). Jadi Kultur in vitro dapat diartikan sebagai bagian jaringan yang dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari kaca atau material tembus pandang lainnya. Secara teoritis teknik kultur jaringan dapat dilakukan untuk semua jaringan, baik dari tumbuhan, hewan, bahkan juga manusia, karena berdasarkan teori Totipotensi Sel (Total Genetic Potential), bahwa setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berediferensiasi menjadi tanaman lengkap. Sel dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya, sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut, setiap sel berasal dari satu sel (Harianto, 2009).
           Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya (Pramono, 2007)
           Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga  tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional (Widianti, 2003). 
          Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan yang pertama harus dilakukan adalah memilih bahan induk yang akan diperbanyak. Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro (Andini, 2001).
           Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan yaitu sebagai berikut yang dimulai dari Pembuatan media, Inisiasi,  Sterilisasi, Multiplikasi, Pengakaran, Aklimatisasi (Harianto, 2009).
           Kelebihan teknik kultur jaringan adalah dapat memperbanyak tanaman tertentu yang sangat sulit dan lambat diperbanyak secara konvensional, dalam waktu singkat dapat menghasilkan jumlah bibit yang lebih besar, perbanyakannya tidak membutuhkan tempat yang luas, dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa mengenal musim, bibit yang dihasilkan lebih sehat dan dapat memanipulasi genetik dan biaya pengangkutan bibit lebih murah. Sedangkan kelemahannya adalah dibutuhkannya biaya yang relatif lebih besar untuk pengadaan laboratorium, dibutuhkan keahlian khusus untuk mengerjakannya dan tanaman yang dihasilkan berukuran kecil dengan kondisi aseptik, terbiasa dilingkungan hidup dengan kelembaban tinggi dan relatif stabil sehingga perlu perlakuaan khusus setelah aklimatisasi dan perlu penyesuaian lagi untuk kelingkungan eksternal (Pramono, 2007).


BAB III
METODOLOGI

3.I  Waktu dan Tempat                                
               Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum yaitu :
Hari / tanggal: Selasa, 12 November 2012
Pukul            : 15 WITA sampai selesai
Tempat          : Laboratorium Bioteknologi Jurusan Biologi F-MIPA UNTAD

3.2 Alat Dan Bahan
              Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
a.         Alat
1.      Pinset
2.      Pisau bedah
3.      Cawan petri
4.      Botol
5.      Lemari tumbuh
6.      Bunsen
7.      Laminar air flow
b.        Bahan
1.      Aqades
2.      Alkohol 70%
3.      Larutan hypoklorit
4.      Medium AG
5.      biji buah kakau
6.      bibit buah naga
7.      clorox
3.3  Prosedur kerja
a.    Buah kakao
1.        Memilih biji yang bagus
2.        Merendam dengan larutan hypoklorit
3.        Membilas  dengan aqades sebanyak 3 kali
4.        Memasukkan kedalam cawan petri
5.        Mengupas hilus/ kulit biji
6.        Memasukkan kedalam botol yang didalamnya terdapat medium AG
7.        Memasukkan kedalam lemari tumbuh
b.        Buah naga
1.      Mengambil bibit dari botol
2.      Meletakkannya diatas cawan petri
3.      Memotong bagian akarnya kemudian membagi menjadi dua bagian
4.      Mencuci dengan betadine yang dicampur dengan aqades
5.      Mencuci dengan aqades sebannyak 3 kali
6.      Memasukkan kedalam medium dengan cara menancapkan
7.      Memasukkan kedalam lemari tumbuh

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
7.1    Hasil pengamatan
No
Waktu  Pengamatan
Hasil pengamatan
Keterangan
1
Hari ke- 2
16 November 2012





Mulai ada semacam duri pada kecambah dan biji kakao mulai berakar
2
Hari ke-4
18 Novenber 2012




Semakin banyak duri pada kecambah biji kakao dan berakar
3
Hari ke- 10
25 November 2012







2 bagian potongan kecambah tersebut telah tumbuh dan biji kakao semakin tinggi (5 cm)




7.2    Pembahasan
           Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik. Sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.
           Pada praktikum ini yaitu mengkultur biji kakao dan buah naga, hal pertama yang dilakukan yaitu mencuci bersih biji kakao dengan deterjen hal ini bertujuan menghilangkan lendir-lendir dari biji kakao kemudian direndam dengan alkohol yang berfungsi untuk membunuh kuman kemudian merendam dengan larutan klorox untuk membunuh mikroba setelah itu biji kakao tersebut dimasukkan kedalam botol, setelah itu mulai bekerja pada laminar flow yang berfungsi  untuk menyaring udara yang masuk, sehingga udara yang masuk adalah udara steril atau telah bebas dari bakteri-bakteri dan mikroorganisme yang dapat menyebabkan kontaminasi pada bahan kultur dan juga menyemprotkan alkohol 70% pada tangan agar tangan steril dan tanaman tidak terkontaminasi oleh bakteri, setelah itu mengambil biji dimasukkan kedalam botol dan memasukkan larutan hypoklorit 10% dan air 5 % dicampur fungsinya yaitu membunuh mikroorganisme yang melekat pada biji kakao, setelah itu dibilas dengan aqades sebanyak 3 kali bertujuan untuk menghilangkan larutan hypoklorit yang melekat pada biji kakao, setelah itu mengelupas kulit biji, tujuan dari mengelupas biji agar biji mudah berkecambah, kemudian dimasukkan kedalam botol yang didalam terdapat medium AG,  
           Mengkultur  buah naga, hal pertama yang dilakukan mengambil buah naga yang ada didalam botol kemudian diletakkan diatas cawan petri kemudian memisahkan batangnya dengan akarnya setelah itu membagi dua tanaman tersebut dan memperhatikan bagian atas dan bagian bawah dari batang yang dipotong, kemudian memasukkan kedalam botol yang berisi aqdes dan betadine berfungsi untuk membunuh mikroba yang melekat dan juga membersihkan luka akibat dari pemotongan, kemudian dicuci dengan aqades sebanyak 3 kali yang bertujuan untuk menghilangkan betadine yang melekat pada tanaman tersebut, kemudian menancapkan pada medium AG, setelah itu dimasukkan kedalam rak penyimpanan media
          Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 14 hari tanaman berkembang dengan cepat tanpa kontaminasi hal ini disebabkan, pertambahan tinggi pada tanaman disebabkan karena didalam medium AG terdapat gula yang berfungsi sebagai sumber energi dalam media kultur, karena umumnya bagian tanaman atau eksplan yang dikulturkan tidak autotrof dan mempunyai laju fotosintesis yang rendah. Oleh sebab itu tanaman kultur jaringan membutuhkan karbohidart yang cukup sebagai sumber energi. Menurut Hutami (1993), sukrosa adalah sumber karbohidrat penghasil energi yang terbaik melebihi glukosa, maltosa, rafinosa. Namun jika tidak terdapat sukrosa, sumber karbohidrat tersebut dapat digantikan dengan gula pasir. Gula pasir cukup memenuhi syarat untuk mendukung pertumbuhan kultur. Selain sebagai sumber energi, gula juga berfungsi sebagai tekanan osmotik media, sedangkan penggunaan agar berfungsi sebagai bahan pemadat media, keuntungan menggunakan agar adalah agar-agar membeku pada suhu 45° C dan mencair pada suhu 100° sehingga dalam kisaran suhu kultur, agar-agar akan berada dalam keadaan beku yang stabil, tidak dicerna oleh enzim tanaman, dan Tidak bereaksi dengan persenyawaan penyusun media. Selain itu hal yang mempengaruhi dalam kultur jaringan ini yaitu alat yang digunakan steril sehingga tanaman tidak terkontaminasi oleh jamur dan bakteri



BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
          Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah
1.      Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik.
2.      Pertambahan tinggi pada tanaman disebabkan karena didalam medium AG terdapat gula yang berfungsi sebagai sumber energi dalam media kultur, karena umumnya bagian tanaman atau eksplan yang dikulturkan tidak autotrof dan mempunyai laju fotosintesis yang rendah. Oleh sebab itu tanaman kultur jaringan membutuhkan karbohidart yang cukup sebagai sumber energi.
3.      Kultur jaringan memiliki banyak manfaat diantarnya tanaman cepat tumbuh, tidak membutuhkan tempat yang luas, tidak mudah terinfeksi oleh oleh jamur dan bakteri

5.2  Saran
         Pada praktikum kultur jaringan akan datang agar memperoleh hasil yang lebih maksimal agar memperhatikan kesterilan alat yang digunakan

         
     


DAFTAR PUSTAKA
Andini, Linda, 2001,Cara memperbanyak Tanaman Secara Efisien, Jakarta:              Agromedia Pustaka
Harianto,Wijaya,2009,Pengenalan teknik in vitro, Jakarta:Bumi Aksara
Indrianto, Yuni, 2002, Pembiakan Tanaman Melalui Kultur Jaringan, Jakarta: Gramedia
Pramono, Hari.2007, Teknik Kultur Jaringan, Jakarta:Kanisius
Hutami, Sri dan Purnamaningsih, Ragapadmi, 2003, Perbanyakan Klonal Temu Mangga (Curcuma mangga) melalui Kultur In Vitro, Buletin Plasma Nutfah Vol.9 No.1


No comments:

Post a Comment