-->
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ilmu
tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami kemajuan begitu pesat, hingga
bidang–bidang pengetahuan yang semula merupakan hanya cabang–cabang ilmu
tumbuhan saja, sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri–sendiri.
Berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri adalah morfologi tumbuhan. Morfologi tumbuhan mempelajari bentuk dan susunan tubuh
tumbuhan. Menurut definisinya, morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan
bentuk dan susunan tubuh tumbuhan saja tetapi juga bertugas menentukan apakah
fungsi masing–masing bagian dari tumbuhan tersebut.
Karena
banyaknya jenis tumbuhan dan banyaknya tipe duduk daun serta susunan daun, maka
perlunya untuk mengetahui dan mengenal bermacam-macam tipe daun majemuk serta
membedakan antara daun majemuk dan daun tunggal.
B. Tujuan
Tujuan
dari kegiatan praktikum morfologi tumbuhan ini yaitu untuk mempelajari
bermacam-macam tipe daun majemuk serta membedakan antara dau majemuk dan daun
tunggal.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Spesies: Manihot
utilissima
Famili
: Euphorbiaceae
Folium simplex
1.
Helaian
daun (lamina)
2.
Tangkai
daun (petiolus)
3.
Ibu
tangkai daun (petiolus communis)
Circumscriptio : Orbicularis
Intervenium : Papyraceus
Margo folii : Palmatipartisus
Apex folii : Acuminatus
Basis folii : Emarginatus
Nervatio : Palminervis
Permukaan daun : Laevis
Duduk daun : Folio sparsa
|
|
2.
|
Spesies: Mangifera
indica
Famili
: Anacardiacae
Folium simplex
1.
Helaian
daun (lamina)
2.
Tangkai
daun (petiolus)
3.
Ibu
tangkai daun (petiolus communis)
Circumscriptio : Lanceolatus
Intervenium : Perkamenteus
Margo folii : Integer
Apex folii : Acuminatus
Basis folii : Acutus
Nervatio : Penninervis
Permukaan daun : Scaber
Duduk daun : Folio sparsa
|
|
3.
|
Spesies: Moringa
oleifera
Famili
: Moringaceae
Daun majemuk menyirip gasal rangkap tiga
tidak sempurna
1.
Anak
daun (foliolum)
2.
Tangkai
anank daun (petiololus)
3.
Cabang
ibu tangkai daun
4.
Ibu
tangkai daun (petiolus communis)
Circumscriptio : Orbicularis
Intervenium : Herbaceus
Margo folii : Integer
Apex folii : Rotundatus
Basis folii : Obtusus
Nervatio : Penninervis
Permukaan daun : Glaber
Duduk daun : Folio opposita
|
|
4.
|
Spesies: Rosa
sinensis
Famili
: Rosaceae
Daun majemuk menyirip gasal
1.
Anak
daun (foliolum)
2.
Tangkai
anak daun (petiololus)
3.
Cabang
ibu tangkai daun
4.
Ibu
tangkai daun (petiolus communis)
Circumscriptio : Ovalis
Intervenium : Papyraceus
Margo folii : Serratus
Apex folii : Acutus
Basis folii : Obtusus
Nervatio : Penninervis
Permukaan daun : Rugosus
Duduk daun : Folio sparsa
|
|
5.
|
Spesies: Metroxylon
sagu
Famili
: Arecaceae
Folium simplex
1.
Helaian
daun (lamina)
2.
Tangkai
daun (petiolus)
Circumscriptio : Lingulatus
Intervenium : Perkamenteus
Margo folii : Integer
Apex folii : Acutus
Basis folii : Obtusus
Nervatio : Rectinervis
Permukaan daun : Scaber
Duduk daun : Roset batang
|
B. Pembahasan
1. Manihot
utilissima (Ubi kayu)
Berdasarkan hasil pengamatan yang saya dapatkan dalam laboratorium
mengenai morfologi daun ubi kayu terdapat persamaan dengan yang saya peroleh
pada literatur, bahwa Manihot utilissima
(ubi kayu) tergolong ke dalam kelompok tumbuhan berdaun tunggal (folium simplex),
karena pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Manihot utilissima mempunyai
circumscriptio (bangun daun) orbicularis (bulat). Intervenium (daging daun)
pada daun ubi kayu tergolong kategori papyraceus (seperti kertas), daunnya
tipis tetapi tegar seperti kertas.
Manihot
utilissima memiliki
margo folii (tepi daun) palmatipartius (tepi daunnya berbagi). Bagian apex
folii (ujung daun) berbentuk acuminatus (meruncing) karena titik pertemuan
kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung daun nampak
sempit, panjang dan runcing. Pada basis foliinya (pangkal daun) berbentuk
emarginatus (berlekuk).
Permukaan
daun Manihot utilissima laevis (licin), karena pada saat diraba
terasa licin. Nervatio (pertulangan daun) yaitu palminervis (menjari), dari
ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar. Duduk daunnya tersebar
(folio sparsa) karena pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun.
2.
Mangifera indica (Mangga)
Berdasarkan
hasil pengamatan yang saya dapatkan
pada literatur mengenai morfologi daun mangga terdapat persamaan dengan yang
saya peroleh saat pengamatan di laboratorium, bahwa Mangifera indica (mangga)
tergolong ke dalam kelompok tumbuhan berdaun tunggal (folium simplex), karena
pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Mangifera indica mempunyai
circumscriptio (bangun daun) lanceolatus (berbentuk lanset). Intervenium
(daging daun) pada daun mangga tergolong kategori perkamenteus (seperti
perkamen), daunnya tipis tetapi cukup kaku.
Mangifera indica memiliki margo folii (tepi daun) integer (rata).
Bagian apex folii (ujung daun) berbentuk acuminatus (meruncing), karena titik
pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung daun
nampak sempit, panjang dan runcing. Pada basis foliinya (pangkal daun)
berbentuk acutus (runcing).
Permukaan
daun mangga scaber (kasap). Nervatio
(pertulangan daun) yaitu penninervis (menyirip), daunnya mempunyai satu ibu
tulang daun yang berjalan dari pangkal ke ujung yang merupakan terusan tangkai
daun dan dari samping ibu tulang ini keluar tulang – tulang cabang yang
menyerupai sirip ikan. Duduk daunnya tersebar (folio sparsa) karena pada tiap
buku-buku batang hanya terdapat satu daun.
3.
Moringa oleifera (Kelor)
Berdasarkan
hasil pengamatan yang saya dapatkan
pada literatur mengenai morfologi daun kelor terdapat persamaan dengan yang
saya peroleh saat pengamatan di laboratorium, bahwa Moringa oleifera (kelor) tergolong ke dalam kelompok tumbuhan
berdaun majemuk (folium compositum), karena tangkainya bercabang-cabang dan
baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daunnya sehingga pada satu
tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun. Daun kelor digolongkan daun
majemuk menyirip gasal rangkap tiga tidak sempurna karena anak daunnya terdapat
dikanan kiri ibu tangkai daun, ditinjau dari jumlah anak daunnya didapati
jumlah yang gasal dan anak-anak daunnya duduk pada cabang tingkat 2 dari ibu
tangkai daun serta masih ada satu anak daun yang duduk langsung pada ibu
tangkainya. Moringa oleifera mempunyai circumscriptio (bangun daun)
orbicularis (berbentuk bulat). Intervenium (daging daun) pada daun kelor tergolong
kategori herbaceus (tipis lunak)karena pada saat diraba daunnya terasa tipis
dan lunak atau tidak keras.
Moringa oleifera memiliki margo folii (tepi daun) integer
(rata). Bagian apex folii (ujung daun) berbentuk rotundatus (membulat), karena tidak
terbentuk sudut sama sekali hingga ujung
daun seperti suatu busur. Pada basis foliinya (pangkal daun) berbentuk obtusus
(tumpul).
Permukaan
daun mangga glaber (gundul). Nervatio
(pertulangan daun) yaitu penninervis (menyirip),daunnya mempunyai satu ibu
tulang daun yang berjalan dari pangkal ke ujung yang merupakan terusan tangkai
daun dan dari samping ibu tulang ini keluar tulang – tulang cabang yang
menyerupai sirip ikan. Duduk daun pada kelor berhadapan (folio opposita).
4.
Rosa sinensis (Mawar merah)
Berdasarkan
hasil pengamatan yang saya dapatkan
dalam laboratorium mengenai morfologi daun mawar terdapat persamaan dengan yang
saya peroleh pada literatur, bahwa Rosa
sinensis (mawar merah) tergolong ke dalam kelompok tumbuhan berdaun majemuk
(folium compositum), karena tangkainya bercabang-cabang dan baru pada cabang
tangkai ini terdapat helaian daunnya sehingga pada satu tangkai terdapat lebih
dari satu helaian daun. Daun mawar merah digolongkan daun majemuk menyirip
gasal sempurna karena anak daunnya terdapat dikanan kiri ibu tangkai daun dan
ditinjau dari jumlah anak daunnya didapati jumlah yang gasal. Rosa sinensis mempunyai circumscriptio
(bangun daun) ovalis (jorong). Intervenium (daging daun) pada daun ubi kayu
tergolong kategori papyraceus (seperti kertas), daunnya tipis tetapi tegar
seperti kertas.
Manihot utilissima memiliki margo folii (tepi daun) serratus (bergerigi)
karena sinus dan angulus sama lancipnya. Bagian apex folii (ujung daun)
berbentuk acutus (runcing), karena kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang
daun sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun
membentuk suatu sudut lancip. Pada basis foliinya (pangkal daun) berbentuk
obtusus (tumpul).
Permukaan
daun Rosa sinensis rugosus (berkerut), karena pada saat diraba
terasa agak kasar. Nervatio (pertulangan daun) yaitu penninervis (menyirip),
daunnya mempunyai satu ibu tulang daun yang berjalan dari pangkal ke ujung yang
merupakan terusan tangkai daun dan dari samping ibu tulang ini keluar tulang –
tulang cabang yang menyerupai sirip ikan. Duduk daunnya tersebar (folio sparsa)
karena pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun.
5.
Metroxylon sagu ( Sagu)
Berdasarkan
hasil pengamatan yang saya dapatkan
pada literatur mengenai morfologi daun sagu terdapat persamaan dengan yang saya
peroleh saat pengamatan di laboratorium, bahwa Metroxylon sagu (sagu) tergolong ke dalam kelompok tumbuhan berdaun
tunggal (folium simplex), karena pada tangkai daunnya hanya terdapat satu
helaian daun saja. Metroxylon sagu mempunyai
circumscriptio (bangun daun) ligulatus (bangun pita). Intervenium (daging daun)
pada daun sagu tergolong kategori perkamenteus (seperti perkamen), daunnya
tipis tetapi cukup kaku.
Metroxylon sagu memiliki margo folii (tepi daun) integer
(rata). Bagian apex folii (ujung daun) berbentuk acutus (runcing), karena kedua
tepi daun di kanan kiri ibu tulang daun sedikit demi sedikit menuju ke atas dan
pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip. Pada basis foliinya
(pangkal daun) berbentuk obtusus (tumpul).
Permukaan
daun sagu scaber (kasap). Nervatio
(pertulangan daun) yaitu rectinervis (sejajar), daun mempunyai satu tulang
besar di tengah yang membujur dan tulang-tulang lainnya jelas lebih kecil serta
mempunyai arah yang sejajar dengan ibu tulangnya tadi. Duduk daun pada sagu
berupa roset batang .
BAB III
METODOLOGI
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada :
Hari/ Tanggal : Sabtu, 2 April 2011
Pukul : 13.00 – 17.00 WITA
Tempat : Laboratorium Biodiversity FMIPA
UNTAD
B.
Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1.
Buku
gambar
2.
Alat
tulis menulis
3.
Daun Diopyros celebica
4.
Daun Manihot utilissima
5.
Daun Mangifera indica
6.
Daun Citrus maxima
7.
Daun Moringa oleifera
8.
Daun Caesalpinia pulcherrima
9.
Daun Cassia
seamea
10.
Daun Ceiba pentandra
11.
Daun Gynandropsis pentaphylla
12.
Daun Rosa sinensis
13.
Daun Parcia specioca
14.
Daun Metroxylon sagu
15.
Daun Sesbania grandiflora
16.
Daun Vigna sinensis
C.
Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja dalam praktikum ini adalah :
1.
Menuliskan
nama spesies dan family tumbuhan tersebut.
2.
Mengamati
morfologi setiap spesies.
3.
Menggambar
dan memberi keterangan bagian-bagiannya
·
Helaian
daun (lamina)
·
Tangkai
daun (petiolus)
·
Ibu
tangkai daun (petiolus communis)
·
Anak
daun (foliolus)
·
Circumscriptio
·
Intrvenium
·
Margo
folii
·
Apex
folii
·
Basis
folii
·
Permukaan
daun
·
Nervatio
·
Menyebutkan
duduk daun
Ø
Tersebar
(folio sparsa)
Ø
Berkarang
(folio ferticilata
Ø
Berhadap-hadapan
(folio opposita)
Ø
Berseling
berhadap-hadapan (folio decurata)
Ø
Berseling
(folio disticha)
4.
Menyebutkan
susunan daun majemuk
·
Menyirip
ganjil (imparipinnatus)
·
Menyirip
genap (abrupte pinnatus)
·
Menyirip
berseling
·
Menyirip
ganda du, tiga, dst
·
Menjari
berdaun satu (unifoliolatus)
·
Menjari
berdaun dua, tiga,dst
·
Menjari
ganda dua (bibifoliolatus)
·
Majemuk
menyirip ganjil rangkap tiga
·
Majemuk
campuran (digitato pinnatus)
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
1. Manihot
utilissima (Ubi kayu)
A. Morfologi
Manihot utilissima (Ubi kayu), tergolong tumbuhan berdaun tunggal karena pada tangkai daunnya
hanya terdapat satu helaian daun saja. Manihot
utilissima mempunyai deskripsi circumscriptio (bangun daun) orbicularis
(bulat), intervenium (daging daun) papyraceus (seperti kertas), dengan margo
folii (tepi daun) palmatipartitus (berbagi menjari), apex folii (ujung daun)
acuminatus (meruncing), basis folii (pangkal daun) emarginatus (berlekuk),
nervatio (pertulangan daun) palminervis (menjari), permukaan daun laevis dan
duduk daun tersebar (folio sparsa), (Gembong, 1985).
B. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari tumbuhan ini sebagai
berikut :
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Spermatophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas :
Dicotyledoneae
Ordo :
Euphorbiales
Famili :
Euphorbiaceae
Genus :
Manihot
Spesies :
Manihot utilissima
(Plantamor, 2011).
C. Ekologi
Manihot utilissima berasal dari benua Amerika tepatnya dari
negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika,
Madagaskar, India, Tiongkok. Tanaman ini berkembang di negara-negara yang
terkenal wilayah pertaniannya. Tanaman ini membutuhkan curah hujan berkisar
antara 1.500 - 2.500 / tahun. Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ubi kayu sekitar 10ºC. Bila
suhunya di bawah 10ºC menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat dan menjadi
kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Sinar matahari yang
dibutuhkan bagi tumbuhan ini sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun.
Kelembaban udara optimal antara 60% - 65% dan pH yang dibutuhkan 4,5-8,0 dengan pH ideal
5,8. Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubi kayu antara 10–700
meter di atas permukaan laut, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 meter di
atas permukaan laut, (Teberlinds, 1987).
D. Nilai
Medis
Efek farmakologis dari ubi kayu adalah sebagai
antioksidan, antikanker, antitumor, dan menambah nafsu makan. Umbi ubi kayu memiliki
kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi,
vitamin B, vitamin C, dan amilum. Daun ubi kayu mengandung vitamin A, dan C, kalsium, kalori, forfor,
protein, lemak, hidrat arang, serta zat besi. Sementara kulit batang mengandung
tannin, enzim peroksidase, glikosida, dan kalsium oksalat. Selain sebagai
makanan, tanaman ini memiliki berbagai khasiat sebagai obat. Daun ubi kayu
berkhasiat sebagai obat rematik, luka bernanah, sakit kepala, diare, dan beri –
beri, sedangkan umbinya berkhasiat sebagai obat luka garukan dan meningkatkan
stamina. Batang ubi kayu dapat berguna sebagai obat demam dan cacingan,
(Teberlinds, 1987).
E. Nilai
Komersial
Di Indonesia, umbi
ubi kayu menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat
daun ubi kayu sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk
keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar
kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak.
Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan bahan dasar pada industri
makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri
obat-obatan. Berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari tanaman ini
menjadikannya memiliki nilai jual terutama di pasar tradisional, (Teberlinds,
1987).
2. Mangifera
indica (Mangga)
A. Morfologi
Mangifera indica (mangga) merupakan tanaman yang tergolong berdaun tunggal karena pada
tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. Mangga mempunyai
deskripsi circumscriptio (bangun daun) lanceolatus (berbentuk lanset), intervenium (daging daun) papyraceus (seperti
kertas), margo folii (tepi daun) integer (rata), apex folii (ujung daun)
acuminatus (meruncing), basis folii (pangkal daun) acutus (runcing), nervatio
(pertulangan daun) penninervis (menyirip), permukaan daun scaber (kasap), dan duduk daun tersebar (folio sparsa), (Gembong, 1985).
B. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari tumbuhan ini sebagai
berikut :
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Kelas :
Dicotyledoneae
Ordo :
Sapindales
Famili :
Anacardiaceae
Genus :
Mangifera
Spesies :
Mangifera indica
(Plantamor, 2011).
C. Ekologi
Mangifera indica (mangga) merupakan tanaman buan tahuna berupa pohon yang berasal dari
India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia
dan Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 1200 meter di atas
permukaan laut dengan suhu optimum antara 24° - 27°C. Tanaman ini hidup di
daerah tropis dengan curh hujan 1000 /tahun. Toleran dengan tingkat keasaman tanah atau pH 6 – 7,5 serta
kelembaban tanah 70% - 80% , (Teberlinds, 1987).
D. Nilai Medis
Mangga
memiliki banyak manfaat dalam bidang medis. Buah mangga dapat digunakan untuk
mengobati penyakit radang kulit, influenza, asma, gangguan penglihatan, dan radang saluran pernapasan. Buah mangga
mengandung vitamin C dan E serta zat
karotenoid yang biasa disebut Betacrytoxanthin yaitu bahan yang dapat
menyembuhkan kanker, (Teberlinds, 1987).
E. Nilai Komersial
Tanaman mangga
memiliki beberapa kegunaan yaitu buahnya dapat langsung dikonsumsi baik yang
sudah matang ataupun yang masih mengkal. Buah mangga dapat dijadikan jus dan
sebagai bahan campuran es buah. Daunnya yang masih muda dapat dijadikan
campuran acar. Banyak hasil olahan buah mangga yang dipasarkan di berbagai
tempat dalam kemasan jus, bahan campuran kue, dan lain – lain, (Teberlinds, 1987).
3. Moringa
oleifera (Kelor)
A. Morfologi
Daun Moringa
oleifera termasuk kedalam kelompok daun majemuk menyirip gasal rangkap tiga
tidak sempurna karena masih terdapat satu anak daun yang duduk pada ujung ibu tangkai daunnya. Daun Moringa
oleifera memiliki deskripsi circumcriptio (bangun
daun) orbicularis (bulat), intervenium (daging
daun) herbaceus (tipis lunak), margo folii (tepi daun) integer (rata), apex folii (ujung daun)
rotundatus (membulat), basis folii (pangkal daun)
obtusus (tumpul), nervatio (pertulangan daun) penninervis (menyirip) dan permukaan daunnya
glaber atau gundul, dan
duduk daun (Gembong, 1985).
B. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari tumbuhan ini sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Capprales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera
(Plantamor, 2011)
C. Ekologi
Moringa oleifera (kelor) berasal dari
kawasan sekitar Himalaya dan India, kemudian menyebar ke kawasan di sekitarnya sampai ke benua
Afrika dan Asia barat. Kelor dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi sampai ketingggian
mencapai 1.000 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan 1.500 – 2000 mm3/tahun, suhu
rata-rata 22º – 25ºC.
Tumbuhan ini dapat tumbuh baik dengan tingkat kelembaban 60% – 80% dan pH 5 – 8,7, (Anonim, 2011).
D. Nilai
Medis
Hampir
semua bagian tubuh tumbuhan kelor dapat digunakan sebagai obat, antara lain :
akar, batang, daun, buah, bunga, maupun biji. Bagian – bagian tumbuhan kelor
ini dapat menyembuhkan
reumatik, encok, pegal linu, rabun ayam, sakit mata, sukar buang air kecil,
alergi, cacingan dan luka bernanah. Kelor mempunyai kandungan kimia yaitu
senyawa alkalid moringin, moringinan, dan pterigospermin. Pada biji kelor
mengandung linoleat, olleat, lignoserat, dan asam palmitat, (Anonim ,2011).
E. Nilai
Komersial
Tanaman kelor banyak memiliki manfaat. Pada daerah lain
seperti Arba Minch pohon kelor
justru dijadikan sebagai tanaman untuk penahan longsor, konservasi tanah, dan
terasering. Daun dari tumbuhan
ini dapat dijadikan sebagai bedak ataupun campuran bedak yang berfungsi untuk
menghilangkan noda hitam pada kulit wajah. Daun kelor dapat juga digunakan sayur dengan harga jual Rp. 1000 per ikatnya, (Anonim, 2011).
4. Rosa sinensis (Mawar merah)
A.
Morfologi
Rosa sinensis tergolong tanaman berdaun majemuk menyirip gasal ganda dua sempurna karena jumlah anak daunnya yang benar-benar ganjil
dan tidak terdapat anak daun yang menutupi ujung tangkai
daunnya. Rosa sinensis memiliki deskripsi daun circumscriptio (bangun daun) berbentuk ovalis (jorong), intervenium (dagimg daun) papyraceus (seperti kertas) karena daunnya tipis tetapi cukup tegar), margo (tepi daun) serratus (bergerigi), apex folii (ujung daun) acutus (runcing), basis folii (pangkal daun) obtusus (tumpul), nervatio (tulang daun) penninervis (menyirip), permukaan daunnya rugosus (berkerut) dengan tata letak daunnya tersebar (folio sparsa), (Gembong, 1985).
B. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari tumbuhan ini sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies : Rosa sinensis
(Plantamor, 2011)
C. Ekologi
Mawar merupakan tanaman yang dapat hidup
di daerah tropis dan subtropis. Curah hujan yang relevan untuk tanaman ini
yaitu antara 500 – 3.000 mm3/tahun, dengan kelembaban berkisar
antara 70% - 80%. Tanaman
ini dapat tumbuh baik pada suhu 10º - 26ºC, pH tanah sekitar 5 – 7 dan pada ketinggian 500
– 800 meter di atas permukaan laut, (Anonim, 2011).
D. Nilai
Medis
Rosa sinensis mempunyai manfaat
dibidang kesehatan. Secara medis, akar dari tanaman ini mengandung senyawa kimia diantaranya
polifenol, tinin, flavonoid, dan saponin yang berkhasiat untuk menyembuhkan
penyakit bisul, borok dan lain sebagainya, (Anonim, 2011).
E. Nilai
Komersial
Rosa sinensis mempunyai nilai komersial yang
cukup tinggi. Pada beberapa tempat masyarakat sering menggunakan daunnya sebagai bahan dasar
untuk pembuatan bedak. Bunga
mawar merah digemari oleh masyarakat, biasanya digunakan sebagai tanaman hias dan sudah
diperjualbelikan dengan harga ± Rp 20.000/ pot
atau tergantung dari
kualitasnya, (Anonim, 2011).
5. Metroxylon
sagu (Sagu)
A. Morfologi
Metroxylon
sagu (Sagu) merupakan tanaman penghasil pati yang
sangat potensial di masa yang akan datang. Sagu memiliki circumcriptio (bangun daun) ligulatus (bangun pita),
intervenium (daging daun) perkamenteus (seperti perkamen), margo folii yang integer (rata), apex folii
(ujung daun) acutus (runcing), basis folii (pangkal daun) obtusus (tumpul), nervatio
(tulang daun) rectinervis (sejajar), permukaan daun yang scaber (kasap) dan duduk
daun roset batang, (Anonim,
2011).
B. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari tumbuhan ini sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio :
Spermatophyta
Classis :
Monocotyledoneae
Ordo : Arecales
Familia :
Arecaceae
Genus : Metroxylon
Spesies :
Metroxylon sagu
(Plantamor, 2011)
C. Ekologi
Penyebarannya meliputi Melanesia Barat sampai
India Timur dan dari Mindanao Utara sampai pulau Jawa dan Nusa Tenggara bagian
selatan. Tanaman sagu tumbuh secara alami terutama di daerah dataran atau rawa
dengan sumber air yang melimpah. Tanaman sagu dapat tumbuh dengan baik pada
ketinggian 1.250 m di atas permukaan laut dengan curah hujan 4.500 mm/tahun,
kelembaban 60% - 65% dan pH tanah 4 - 7,5 serta suhu 25° - 28°C. Sekitar 50%
tanaman sagu dunia atau 1.128 juta ha tumbuh di Indonesia dan 90% dari jumlah tersebut
atau 1.015 juta ha berkembang di provinsi Papua dan Maluku sekitar 40% dari jumlah tegakan sagu di Papua (seluas
300.000 ha) merupakan tanaman produktif yang siap panen sehingga potensi ini
dapat dimanfaatkan sebagai sumber cadangan pangan pada masa yang akan datang
(Tenda 2004).
D. Nilai medis
Masyarakat Papua mengonsumsi sagu dalam
bentuk papeda basah, papeda kering, dan bentuk lempengan. Ada pula sebagian
masyarakat pendatang yang telah membuatnya menjadi berbagai kue dengan bentuk
dan rasa yang beragam. Pati teroksidasi digunakan pada industri kertas,
tekstil, dan berbagai industri pangan. Dalam industri kertas, pati teroksidasi
digunakan sebagai bahan pelapis. Dalam industri
pangan, pati teroksidasi digunakan sebagai pengental, pengemulsi, pengikat,
dan pencegah sinerisis untuk mempertahankan mutu pangan. Selain sebagai sumber
pati, bagian – bagian tanaman sagu seperti batang dan daun dapat digunakan
untuk bahan pembuatan rumah, jembatan, dan alat rumah tangga. Selain itu,
masyarakat telah memanfaatkan limbah pohon sagu untuk memelihara ulat sagu
sebagai makanan berprotein tinggi, (Limbongan et al. 2005).
E. Nilai komersial
Pada
daerah-daerah yang terisolasi dan sulit dijangkau seperti Papua, pengolahan
sagu masih dilakukan secara tradisional. Menurut Oates dan Hicks (2002), cara
pengolahan secara tradisional sejak beberapa ratus tahun lalu hanya sedikit
mengalami perubahan. Ada empat level teknologi pengolahan sagu yang dilakukan
masyarakat, yaitu micro-scale technology, small-scale technology, semi-mechanized
technology, dan fully-mechanized technology. Di Papua, cara
pengolahan skala mikro dilakukan di sekitar tempat sagu ditebang dengan
menggunakan sumber air dari sungai atau danau, (Anonim, 2011)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun yang dapat saya simpulkan dari
praktikum kemarin yaitu sebagai berikut :
1) Daun
Majemuk (Folium compositum) yaitu daun yang tangkainya bercabang – cabang dan
baru pada tangkai ini terdapat helaian daunnya, sehingga disisi pada satu
tangkai tedapat lebih dari satu helaian daun.
2)
Bagian-bagian
umum dari daun majemuk adalah; upih, ibu tangkai daun, anak tangkai daun, anak
daun, serta pertulangan daun.
3)
Daun
tunggal (Folim simplex) adalah daun yang setiap tangkai daun hanya mendukung
satu helaian daun. Bagian dari batang tempat duduk nya daun yang disebut nodus,
dan sudut atas antara daun dan batang disebut ketiak daun.
4)
Yang
tergolong tanaman berdaun majemuk di antaranya adalah Moringa oleifera (kelor), Rosa
sinensis (mawar merah), Citrus maxima
(jeruk besar), Caesalpinia pulcherrima
(kembang merak), Ceiba pentandra
(kapuk randu), Cassia seamea (johar),
Gynandropsis pentaphylla (bunga
maman), Parcia specioca (petai cina),
Sesbania grandiflora (turi), dan Vigna sinensi (kacang panjang). Sedangkan
yang tergolong tanaman berdaun tunggal di antaranya adalah Manihot utilissima (ubi kayu), Mangifera
indica (mangga), Metroxylon sagu
(sagu), dan Diospyros celebica (kayu
hitam).
B. Saran
Pada praktikum kali
ini mengenai daun tunggal dan daun majemuk, sebaiknya bahan yang dipraktekan jangan
terlalu banyak, mengingat bagian-bagian yang dijelaskan pada daun majemuk
sangat banyak sementara waktu praktikum
terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Gembong Tjitrosoepomo, 1985, Morfologi
Tumbuhan, UGM : Yogjakarta
Plantamor, 2011, Manihot
utilissima, (online) http://www.plantamor.com/index
.php/plant=727, Diakses pada Tanggal 5 April 2011.
Plantamor, 2011, Mangifera
indica, (online) http://www.plantamor.com/index
.php/plant=255, Diakses
pada Tanggal 5 April 2011.
Plantamor, 2011, Moringa
oleifera, (online) http://www.plantamor.com/index
.php/plant=254,
Diakses pada 5 Aprilt 2011
Plantamor, 2011, Rosa
sinensis, (online) http://www.plantamor.com/index
.php/plant=474, Diakses pada Tanggal 5 April 2011
.
Plantamor, 2011, Metroxylon
sagu, (online) http://www.plantamor.com/index
.php/plant=323, Diakses pada Tanggal 5 April 2011.
Teberlinds, 1987, Manihot
utilissima, (online) http://klipingut.wordpress.com/2008/01/05/habitat
dan manfaat ketela pohon /, Diakses
pada Tanggal 5 April 2011.
Teberlinds, 1987, Mangifera
indica, (online) http://klipingut.wordpress.com/2008/01/05/habitat
dan manfaat mangga/, Diakses pada Tanggal 5 April 2011.