Saturday, March 16, 2013

Laporan Praktek Lapang Ekologi Tumbuhan di Desa Bobo



BAB I
PENDAHULUAN
I.I  Latar Belakang
Ekologi tumbuhan merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya, baik secara fisik, fungsi dan struktur.
Desa Bobo Kecamatan Palolo merupakan salah satu desa yang kearifan lokalnya masih terjaga sehingga kelestarian makhluk hidup yang ada di desa Bobo masih beraneka ragam.
Desa Bobo banyak terdapat jenis tumbuhan tingkat tinggi yang kelestariannya masih terjaga dengan baik, selain itu tumbuhan herba dan semak juga beraneka ragam jenisnya. Desa Bobo mempunyai pegunungan yang sangat luas serta memiliki beranekaragam speies yang unik.
Masyarakat desa Bobo bermata pencaharian sebagai petani yaitu berkebun. Banyak hasil perkebunan yang diperoleh dari desa Bobo yaitu diantaranya buah coklat, durian, alpukat, jeruk bali, pisang dan lain-lain.
Masyarakat desa Bobo sangat mematuhi hukum adat sehingga kelestarian sumber daya alam yang ada dapat terjaga sehingga makhluk hidup yang ada di desa Bobo masih beraneka ragam. Sehingga hal inilah yang melatarbelakangi praktikum lapang ini dilakukan di  desa Bobo.

1.2    Tujuan Percobaan
Dari uraian diatas, sehingga praktikum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya baik secara fungsional, struktur dan dan fisik yang ada di desa Bobo.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
         Desa Bobo adalah  salah satu dari sejumlah desa yang terletak pada batas areal Kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) di Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, merupakan desa yang sangat ramah dengan lingkungan. TNLL sendiri terletak di dua wilayah kabupaten yaitu di Kabupaten Sigi (dahulu Donggala) yang meliputi Kecamatan Kulawi, Sigibiromaru, Palolo, Pipikoro, dan di Kabupaten Poso (Kecamatan Lore Utara, Lore Selatan,Lore Timur,dan Lore Tengah).
Di kecamatan-kecamatan tersebut terdapat tiga kawasan lindung, yaitu Suaka Margasatwa Lore Kalamanta, Hutan Wisata dan Hutan Lindung Danau Lindu, dan Suaka Margasatwa Lore Lindu yang kemudian bergabung menjadi Taman Nasional Lore Lindu.
            Kecamatan Palolo kabupaten Donggala merupakan salah satu kecamatan yang mempunyai kondisi agroklimat yang unik karena berada pada ketinggian yang sedang yakni antara 400-700 meter dari permukaan laut dengan curah hujan relatif tinggi yakni + 2500 mm/tahun. Letaknya yang relatif dekat dengan kota palu (ibu kota propinsi) dengan jarak + 30 km menyebabkan kecamatan ini potensil untuk dikembangkan sebagai penyangga pangan kota Palu.
         Kecamatan Palolo yang terdiri dari 21 Desa mempunyai luas wilayah 339,11 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2003 mencapai 27.634 jiwa. Dengan demikian kerapatan jumlah penduduk baru mencapai 84 jiwa/km2.  Luas areal yang telah dimanfaatkan untuk usaha pertanian dan pekarangan saat ini mencapai 12.241,40 ha, yang terdiri dari sawah seluas 2.903,8 ha, perkebunan: 4.903.4 ha, ladang: 3.714 ha dan pekarangan: 720,2 ha.
          Topografi lahan usahatani di Kecamatan Palolo dari datar hingga berlereng dengan perincian lahan datar sekita 54 % dari luas lahan yang ada, perbukitan 19 % dan pegunungan 27 %. Kecamatan Palolo berada pada wilayah dataran menengah dengan ketinggian dari perkukaan laut (dpl) antara 400 – 700 m. Curah hujan rata-rata yang dipantau di Balai penyuluhan pertanian sekitar 2.500 mm/tahun yang menyebar sepanjang tahun. Bulan kering dengan curah hujan dibawah 100 mm/bulan hanya terjadi sekitar bulan Agustus (BPP Bahagia, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa wilayah kecamatan Palolo sangat potensil untuk pengembangan usaha pertanian.
           usahatani dilahan sawah masih menganut pada pola padi-padi-bero dengan waktu tanam yang tidak tertur. Pada usahatani lahan kering, tanaman yang dominan diusahakan adalah kakao, dan jagung dan sekarang mulai dikembangkan tanaman Vanili. Tanaman lainnya yang banyak dikembangkan oleh masyarakat adalah Kopi robusta, Adpukat, rambutan, pisang dan langsat, namun ditanam dengan pola tanaman campuran di lahan kebun bersama dengan tanaman lainnya tanpa menggunakan jarak tanam teratur. Tanaman pangan yang banyak ditanam pada lahan kering adalah Jagung, dan ubi kayu. Komoditi pangan lainnya yang sering diitanam oleh petani adalah kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan sayur-sayuran, namun dengan luasan yang terbatas.














BAB III
METODOLOGI
3.I  Waktu dan Tempat                               
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum yaitu :
Hari / tanggal     : Jumat, 16 November 2012
Pukul                  : 10.00 WITA sampai selesai
Tempat                : Desa Bobo Kecamatan Palolo Sulawesi Tengah
3.2 Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
a.   Alat
1.     Parang
2.     Gunting stek
3.     Plastik nener
4.     Koran
5.     Label gantung
6.     Karung
7.     Alat tulis
8.     Tali rafia
9.     Spritus
10.  Kamera
b.    Bahan
1.  Lokasi pegunungan Desa Bobo kecamatan Palolo
3.2  Cara Kerja

Adapun prosedur kerja pada percobaan ini yaitu :
1.    Memilih stasiun untuk tempat pengambilan sampel.
2.    Mengambil sampel dengan gunting stek.
3.    Memasang label pada spesimen yang diambil.
4.    Memasukkan ke dalam karung hingga memperoleh sampel sebanyak mungkin.
5.    Membungkus sampel-sampel tersebut dengan menggunakan koran hingga tertutup dengan rapat.
6.    Mengikat koran tersebut dengan tali rafia dan memasukkan ke dalam plastik nener.
7.    Menambahkan 1 bungkus spritus kedalam plastik nener tersebut agar sampel tidak membusuk.


















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Pengamatan
No.
Nama Sampel
Gambar
Keterangan
1.
Piper sp.

Merupakan tumbuhan herba.
2.
Citrus sp.

Merupakan tumbuhan tinggkat tinggi.
3.
Smilaks

Merupakan tumbuhan liana.
4.
Rubus

Merupakan tumbuhan tingkat tinggi.


4.2  Pembahasan
Ekologi tumbuhan merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya, baik secara fisik, fungsi dan struktur. Desa Bobo Kecamatan Palolo merupakan salah satu desa yang kearifan lokalnya masih terjaga sehingga kelestarian makhluk hidup yang ada di desa Bobo masih beraneka ragam.
Dari haasil pengamatan yang dilakukan dilapangan, diperoleh 6 spesies yaitu Piper sp., Ctrus sp., Rubus, Smilaks, spesies A dan spesies B. Dari masing-masing spesies ini mempunyai ciri-ciri tersendiri, diantaranya yaitu:
a.  Citrus sp.
 Citrus sp. Syarat tumbuh jeruk yang harus diperhatikan diantaranya suhu optimum 25 – 30 ͦ C serta curah hujan 1.900-2.400 mm3/tahun dengan rata-rata 2-4 bulan basah dan 3-5 bulan kering. Tanah yang cocok bertekstur gembur, berpasir, hingga lempung berliat dengan kedalaman efektif lebih dari 60 cm. Tingkat keasaman tanah (Ph) yang optimum sekitar 5,5-7,2.
b.   Piper sp.
        Piper sp. Tumbuh di daerah hutan agak lembab dengan kelembaban nisbi sekitar 67 %. Hidup pada daerah yang mempunyai curah hujan 2.250-4.750 mm3/tahun. Tanaman ini dapat ditemukan hingga ketinggian 900 meter dpl dengan suhu 24-31 C. Piper sp. Banyak hidup di daerah tropisseperti Sulawesi dan Kalimantan. Iklim pada tanaman piper sp. Sangat pekA terhadap iklim kritis terutama terhadap suhu dan kelembaban.
c.   Rubus
          Rubus merupakan semak dengan tinggi mencapai 2 M. Tumbuhan ini termasuk dalam suku Rosaceae. Berduri pada batang dan tangkai daun, daunnya majemuk 2-5 dan biasanya daun tengah lebih besar. Bunganya berwarna putih dan buahnya adalah agregat dengan warna kemerahan jika masak. Mirip dengan strawberry mini. Penyebarannya di Asia Timur, Asia tropis (Indonesia, Malaysia, PNG, Philipina), Australia dan kepulauan Pasifik. Tumbuhan ini berpotensi sebagai gulma karena perkembangannya yang cepat dan mampu mengakuisisi suatu lokasi baru.
           Ketinggian sampai 2.200 meter di atas permukaan laut, penyukai penyinaran penuh, agak tidak toleran terhadap naungan, curah hujan paling tidak 1.800 mm per tahun, tidak toleran terhadap kekeringan, dan memerlukan tanah yang subur serta basah.
d.  Smilax
          Smilax  adalah genus dari sekitar 300-350 spesies ditemukan di daerah beriklim sedang, daerah tropis, dan subtropis, di seluruh dunia. Di Cina misalnya sekitar 80 yang yang ditemukan (39 di antaranya endemik), sementara 20 di Amerika utara  Meksiko.
          Smilax merupakan tanaman yang sangat toleran –kerusakan yang mampu tumbuh kembali dari perusahaan rimpang setelah di tebang atau di bakar oleh api. Hal ini , ditambah dengan kenyataan bahwa burung dan hewan kecil lainnya menyebarkan benih di daerah yang luas, membuat tanaman yang sangat sulit untuk menyingkirkkan. Tumbuhan ini tumbuh terbaik di hutan lembab dengan tanah Ph antara 5 dan 6. Benih memiliki kesempatan terbesar berkecambah setelah terkena pembekuan.




BAB V
PENUTUP

5.1  KESIMPULAN
    Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
1.     Ekologi  tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari hubugan timbal-balik antara tumbuhan dengan lingkungannya. Tumbuhan membutuhkan sumberdaya kehidupan dari lingkungannya. Dan mempengaruhi lingkungan begitu juga sebaliknya lingkungan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
2.    Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan, diperoleh 6 spesies yaitu Piper sp., Citrus sp., Rubus dan Smilax.

5.2 SARAN
       Untuk praktikum lapangan mendatang sebaiknya dalam pengawasan yang lebih baik agar praktikum yang dilakukan mendapatkan hasil yang akurat.







DAFTAR PUSTAKA

Maulana, Ana., 2011. Studi Masyarakat Indonesia [On line].http:makasar.antarnews.com/berita/25245/bobo/desa/ramah-lingkungan, diakses pada tanggal 21 Desember 2012.

Suryani, Epi.2011. Studi Masyarakat Indonesia [On line].http:/inamuse.wordpress.com/tag/desa-bobo-palolo/, diakses pada tanggal 21 Desember 2012.

No comments:

Post a Comment