BAB
I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Ekologi
tumbuhan merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya, baik secara fisik, fungsi dan struktur.
Desa
Bobo Kecamatan Palolo merupakan salah satu desa yang kearifan lokalnya masih
terjaga sehingga kelestarian makhluk hidup yang ada di desa Bobo masih beraneka
ragam.
Desa
Bobo banyak terdapat jenis tumbuhan tingkat tinggi yang kelestariannya masih
terjaga dengan baik, selain itu tumbuhan herba dan semak juga beraneka ragam
jenisnya. Desa Bobo mempunyai pegunungan yang sangat luas serta memiliki
beranekaragam speies yang unik.
Masyarakat
desa Bobo bermata pencaharian sebagai petani yaitu berkebun. Banyak hasil
perkebunan yang diperoleh dari desa Bobo yaitu diantaranya buah coklat, durian,
alpukat, jeruk bali, pisang dan lain-lain.
Masyarakat
desa Bobo sangat mematuhi hukum adat sehingga kelestarian sumber daya alam yang
ada dapat terjaga sehingga makhluk hidup yang ada di desa Bobo masih beraneka
ragam. Sehingga hal inilah yang melatarbelakangi praktikum lapang ini dilakukan
di desa Bobo.
1.2 Tujuan
Percobaan
Dari
uraian diatas, sehingga praktikum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya baik secara
fungsional, struktur dan dan fisik yang ada di desa Bobo.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Desa Bobo adalah salah satu dari sejumlah desa yang terletak
pada batas areal Kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) di Kecamatan Palolo,
Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, merupakan desa yang sangat ramah dengan
lingkungan. TNLL sendiri terletak di dua wilayah kabupaten yaitu di Kabupaten
Sigi (dahulu Donggala) yang meliputi Kecamatan Kulawi, Sigibiromaru, Palolo,
Pipikoro, dan di Kabupaten Poso (Kecamatan Lore Utara, Lore Selatan,Lore
Timur,dan Lore Tengah).
Di kecamatan-kecamatan tersebut terdapat tiga kawasan lindung, yaitu Suaka Margasatwa Lore Kalamanta, Hutan Wisata dan Hutan Lindung Danau Lindu, dan Suaka Margasatwa Lore Lindu yang kemudian bergabung menjadi Taman Nasional Lore Lindu.
Di kecamatan-kecamatan tersebut terdapat tiga kawasan lindung, yaitu Suaka Margasatwa Lore Kalamanta, Hutan Wisata dan Hutan Lindung Danau Lindu, dan Suaka Margasatwa Lore Lindu yang kemudian bergabung menjadi Taman Nasional Lore Lindu.
Kecamatan Palolo kabupaten Donggala
merupakan salah satu kecamatan yang mempunyai kondisi agroklimat yang unik
karena berada pada ketinggian yang sedang yakni antara 400-700 meter dari
permukaan laut dengan curah hujan relatif tinggi yakni + 2500 mm/tahun.
Letaknya yang relatif dekat dengan kota palu (ibu kota propinsi) dengan jarak +
30 km menyebabkan kecamatan ini potensil untuk dikembangkan sebagai
penyangga pangan kota Palu.
Kecamatan Palolo yang terdiri dari 21
Desa mempunyai luas wilayah 339,11 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2003
mencapai 27.634 jiwa. Dengan demikian kerapatan jumlah penduduk baru mencapai
84 jiwa/km2. Luas areal yang telah
dimanfaatkan untuk usaha pertanian dan pekarangan saat ini mencapai 12.241,40
ha, yang terdiri dari sawah seluas 2.903,8 ha, perkebunan: 4.903.4 ha, ladang:
3.714 ha dan pekarangan: 720,2 ha.
Topografi
lahan usahatani di Kecamatan Palolo dari datar hingga berlereng dengan
perincian lahan datar sekita 54 % dari luas lahan yang ada, perbukitan 19 % dan
pegunungan 27 %. Kecamatan Palolo berada pada wilayah dataran menengah dengan
ketinggian dari perkukaan laut (dpl) antara 400 – 700 m. Curah hujan rata-rata
yang dipantau di Balai penyuluhan pertanian sekitar 2.500 mm/tahun yang
menyebar sepanjang tahun. Bulan kering dengan curah hujan dibawah 100 mm/bulan
hanya terjadi sekitar bulan Agustus (BPP Bahagia, 2004). Hal ini menunjukkan
bahwa wilayah kecamatan Palolo sangat potensil untuk pengembangan usaha
pertanian.
usahatani
dilahan sawah masih menganut pada pola padi-padi-bero dengan waktu tanam yang
tidak tertur. Pada usahatani lahan kering, tanaman yang dominan diusahakan
adalah kakao, dan jagung dan sekarang mulai dikembangkan tanaman Vanili.
Tanaman lainnya yang banyak dikembangkan oleh masyarakat adalah Kopi robusta,
Adpukat, rambutan, pisang dan langsat, namun ditanam dengan pola tanaman
campuran di lahan kebun bersama dengan tanaman lainnya tanpa menggunakan jarak
tanam teratur. Tanaman pangan yang banyak ditanam pada lahan kering adalah
Jagung, dan ubi kayu. Komoditi pangan lainnya yang sering diitanam oleh petani
adalah kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan sayur-sayuran, namun dengan
luasan yang terbatas.
BAB
III
METODOLOGI
3.I Waktu
dan Tempat
Adapun
waktu dan tempat pelaksanaan praktikum yaitu :
Hari
/ tanggal : Jumat, 16 November 2012
Pukul : 10.00 WITA sampai selesai
Tempat : Desa Bobo Kecamatan Palolo Sulawesi Tengah
3.2
Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini
yaitu:
a. Alat
1.
Parang
2.
Gunting
stek
3.
Plastik
nener
4.
Koran
5.
Label
gantung
6.
Karung
7.
Alat
tulis
8.
Tali
rafia
9.
Spritus
10. Kamera
b. Bahan
1. Lokasi pegunungan Desa Bobo kecamatan
Palolo
3.2 Cara
Kerja
Adapun prosedur kerja pada percobaan
ini yaitu :
1.
Memilih
stasiun untuk tempat pengambilan sampel.
2.
Mengambil
sampel dengan gunting stek.
3.
Memasang
label pada spesimen yang diambil.
4.
Memasukkan
ke dalam karung hingga memperoleh sampel sebanyak mungkin.
5.
Membungkus
sampel-sampel tersebut dengan menggunakan koran hingga tertutup dengan rapat.
6.
Mengikat
koran tersebut dengan tali rafia dan memasukkan ke dalam plastik nener.
7.
Menambahkan
1 bungkus spritus kedalam plastik nener tersebut agar sampel tidak membusuk.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
No.
|
Nama Sampel
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Piper sp.
|
|
Merupakan
tumbuhan herba.
|
2.
|
Citrus sp.
|
|
Merupakan
tumbuhan tinggkat tinggi.
|
3.
|
Smilaks
|
|
Merupakan
tumbuhan liana.
|
4.
|
Rubus
|
|
Merupakan
tumbuhan tingkat tinggi.
|
4.2 Pembahasan
Ekologi tumbuhan merupakan hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya, baik secara fisik, fungsi
dan struktur. Desa Bobo Kecamatan Palolo merupakan salah satu desa yang
kearifan lokalnya masih terjaga sehingga kelestarian makhluk hidup yang ada di
desa Bobo masih beraneka ragam.
Dari haasil pengamatan yang dilakukan
dilapangan, diperoleh 6 spesies yaitu Piper
sp., Ctrus sp., Rubus, Smilaks,
spesies A dan spesies B. Dari masing-masing spesies ini mempunyai ciri-ciri
tersendiri, diantaranya yaitu:
a. Citrus
sp.
Citrus sp. Syarat tumbuh jeruk yang harus diperhatikan
diantaranya suhu optimum 25 – 30 ͦ C serta curah hujan 1.900-2.400 mm3/tahun
dengan rata-rata 2-4 bulan basah dan 3-5 bulan kering. Tanah yang cocok
bertekstur gembur, berpasir, hingga lempung berliat dengan kedalaman efektif
lebih dari 60 cm. Tingkat keasaman tanah (Ph) yang optimum sekitar 5,5-7,2.
b.
Piper sp.
Piper sp.
Tumbuh di daerah hutan agak lembab dengan kelembaban nisbi sekitar 67 %. Hidup
pada daerah yang mempunyai curah hujan 2.250-4.750 mm3/tahun.
Tanaman ini dapat ditemukan hingga ketinggian 900 meter dpl dengan suhu 24-31 C. Piper sp. Banyak hidup di daerah
tropisseperti Sulawesi dan Kalimantan. Iklim pada tanaman piper sp. Sangat pekA terhadap iklim kritis terutama terhadap suhu
dan kelembaban.
c.
Rubus
Rubus merupakan semak dengan tinggi
mencapai 2 M. Tumbuhan ini termasuk dalam suku Rosaceae. Berduri pada batang
dan tangkai daun, daunnya majemuk 2-5 dan biasanya daun tengah lebih besar.
Bunganya berwarna putih dan buahnya adalah agregat dengan warna kemerahan jika
masak. Mirip dengan strawberry mini. Penyebarannya di Asia Timur, Asia tropis
(Indonesia, Malaysia, PNG, Philipina), Australia dan kepulauan Pasifik.
Tumbuhan ini berpotensi sebagai gulma karena perkembangannya yang cepat dan
mampu mengakuisisi suatu lokasi baru.
Ketinggian sampai 2.200 meter di
atas permukaan laut, penyukai penyinaran penuh, agak tidak toleran terhadap
naungan, curah hujan paling tidak 1.800 mm per tahun, tidak toleran terhadap
kekeringan, dan memerlukan tanah yang subur serta basah.
d. Smilax
Smilax adalah genus dari sekitar 300-350 spesies
ditemukan di daerah beriklim sedang, daerah tropis, dan subtropis, di seluruh
dunia. Di Cina misalnya sekitar 80 yang yang ditemukan (39 di antaranya
endemik), sementara 20 di Amerika utara
Meksiko.
Smilax merupakan tanaman yang sangat
toleran –kerusakan yang mampu tumbuh kembali dari perusahaan rimpang setelah di
tebang atau di bakar oleh api. Hal ini , ditambah dengan kenyataan bahwa burung
dan hewan kecil lainnya menyebarkan benih di daerah yang luas, membuat tanaman
yang sangat sulit untuk menyingkirkkan. Tumbuhan ini tumbuh terbaik di hutan
lembab dengan tanah Ph antara 5 dan 6. Benih memiliki kesempatan terbesar
berkecambah setelah terkena pembekuan.
BAB V
PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa
1. Ekologi
tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari hubugan timbal-balik antara
tumbuhan dengan lingkungannya. Tumbuhan membutuhkan sumberdaya kehidupan dari
lingkungannya. Dan mempengaruhi lingkungan begitu juga sebaliknya lingkungan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
2. Dari hasil pengamatan yang dilakukan
dilapangan, diperoleh 6 spesies yaitu Piper
sp., Citrus sp., Rubus dan Smilax.
5.2
SARAN
Untuk praktikum lapangan mendatang
sebaiknya dalam pengawasan yang lebih baik agar praktikum yang dilakukan
mendapatkan hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Maulana,
Ana., 2011. Studi Masyarakat Indonesia
[On line].http:makasar.antarnews.com/berita/25245/bobo/desa/ramah-lingkungan,
diakses pada tanggal 21 Desember 2012.
Suryani, Epi.2011. Studi
Masyarakat Indonesia [On
line].http:/inamuse.wordpress.com/tag/desa-bobo-palolo/, diakses pada
tanggal 21 Desember 2012.
No comments:
Post a Comment