BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Tumbuhan merupakan salah satu
penopang hidup manusia yang sangat penting. Di samping itu, tumbuhan juga
memiliki peranan yang sangat penting untuk perkembangan mahluk hidup. Untuk itu
mahasiswa yang mempelajari ilmu sains diharapkan bisa meneliti morfologi dari
pada berbagai jenis tumbuhan. Dari latar belakang tersebut, mahasiswa
diharapkan bisa membahas tentang morfologi dari berbagai macam daun tumbuhan
yang telah diamati pada saat melakukan praktikum di dalam laboratorium. Daun
(Folium) merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap
tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat hanya pada
batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tumbuhan. Daun
mempunyai helaian daun (lamina) yaitu bagian yang melebar yang bertaut pada
batang oleh sebuah tangkai daun (petiolus). Buku-buku (nodus) adalah bagian
batang tempat duduk atau melekatnya daun. Tempat diatas daun yang merupakan
sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun merupakan
tempat proses fotosintesis sehingga pada umumnya pipih dan melebar. Daun
lengkap terdiri dari bagian pelepah daun, tangkai daun dan helai daun. Jika
tidak mempunyai salah satu atau kedua bagiantersebut maka di sebut daun tidak
lengkap. Umumnya tumbuhan berdaun tidak lengkap, dapat berupih, bertangkai atau
duduk langsung pada batang.
Bentuk
daun beraneka ragam sehingga sering digunakan untuk mengenali jenis tumbuhan.
Bentuk umum daun ditentukan berdasarkan letak bagian daun yang terlebar,
perbandingan lebar dengan panjang helai daun, dan pertemuan antara helai daun
dengan tangkai daun, bentuk pangkal, ujung dan tepi daun. Keragaman daun juga
dapat dilihat pada susunan pertulangan daun, ketebalan helai daun, dan warna
serta bagian permuaannya.
B.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui dan mengenal bagian-bagian daun
serta membedakan daun lengkap dan tidak
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Jagung
(Zea mays L.)
a.
Morfologi
Daun
jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, merupakan bangun pita
(ligalatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer), antara
pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang
daun, permukaan daun licin dan ada yang berambut (anonym, 2010).
b.
Klasifikasi
Menurut Rukmana ( 2007 ) sistematika tanaman jagung adalah :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
c.
Ekologi
Jagung merupakan tanaman daerah beriklim hangat dengan kelembaban mencukupi. Daerah penyebaran di daerah tropis dan subtropis. Jagung kurang cocok ditanam pada iklim agak kering atau di ekuator. Pertumbuhan terbaik jagung yaitu tumbuh di daerah dengan suhu khusus antara 21-30°C pada saat perbungaan jantan. Suhu minimum untuk perkecambahan adalah 10°C. Tanaman ini memerlukan temperatur harian rata-rata sekurang-kurangnya 20°C untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Tanaman ini pada umumnya tumbuh di daerah antara 50°LU hingga 40°LS dan pada ketinggian hingga 3000 m di daerah equator. Pada garis lintang yang lebih tinggi, diatas 58°LU. Jagung akan sangat sensitif pada tekanan kelembaban pada saat pertumbuhan bunga jantan dan penyerbukan. Pada waktu penanaman juga memerlukan kondisi kelembaban optimum. Di daerah tropis, pertumbuhan terbaik dengan curah hujan 600-900 mm pada saat musim pertumbuhan. Jagung dapat tumbuh pada beragam jenis tanah, tetapi suks pada yang memiliki drainasi baik, peredaran udara baik, di dalam tanah memiliki senyawa organik yang cukup dan aliran nutrisi yang cukup. Jagung dapat ditanam pada tanah ber pH antara 5-8, tapi optimal pada 5.5-7. Jagung termasuk ke dalam kelompok tanaman yang tidak tahan pada kadar garam
Jagung merupakan tanaman daerah beriklim hangat dengan kelembaban mencukupi. Daerah penyebaran di daerah tropis dan subtropis. Jagung kurang cocok ditanam pada iklim agak kering atau di ekuator. Pertumbuhan terbaik jagung yaitu tumbuh di daerah dengan suhu khusus antara 21-30°C pada saat perbungaan jantan. Suhu minimum untuk perkecambahan adalah 10°C. Tanaman ini memerlukan temperatur harian rata-rata sekurang-kurangnya 20°C untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Tanaman ini pada umumnya tumbuh di daerah antara 50°LU hingga 40°LS dan pada ketinggian hingga 3000 m di daerah equator. Pada garis lintang yang lebih tinggi, diatas 58°LU. Jagung akan sangat sensitif pada tekanan kelembaban pada saat pertumbuhan bunga jantan dan penyerbukan. Pada waktu penanaman juga memerlukan kondisi kelembaban optimum. Di daerah tropis, pertumbuhan terbaik dengan curah hujan 600-900 mm pada saat musim pertumbuhan. Jagung dapat tumbuh pada beragam jenis tanah, tetapi suks pada yang memiliki drainasi baik, peredaran udara baik, di dalam tanah memiliki senyawa organik yang cukup dan aliran nutrisi yang cukup. Jagung dapat ditanam pada tanah ber pH antara 5-8, tapi optimal pada 5.5-7. Jagung termasuk ke dalam kelompok tanaman yang tidak tahan pada kadar garam
d. Nilai medis
Penelitian Sukensri Hardianto, 1989.
Fakultas Farmasi, UGM. Pembimbing: Dr. Ediati S., Apt. dan DR. Sasmito. telah
melakukan penelitian pengaruh infus tongkol Jagung muda terhadap daya larut
batu ginjal kalsium secara in vitro. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata:
1. Adanya pengaruh antara kadar infus dan kadar kalium vang teriarut dalam
larutan. 2. Adanva pengaruh antara kadar infus dan kadar Y{alsium vang terlarut
dalam larutan. 3. Batu ginjal kalsium mempunyai daya larut paling besar dalam
infus tongkol Jagung muda dengan kadar 5%. Pada kadar infus yang lebih tinggi
daya larutnya mengalami penurunan, sehingga rambut jagung dapat menyembuhkan
batu ginjal, batu empedu dan busung perut, (hardianto 1989)
e. Nilai komersial
Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini
jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Lebih dari itu,
saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti
fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer
jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan.
B.
Jarak merah
( Jatropha gossypifolia)
a. Morfologi
Jarak merah (Jatropha gossypifolia) tergolong kedalam kelompok tanaman berdaun
tidak lengkap. Hal ini karena pada bagian daunnya hanya memiliki petiolus
(tangkai daun) dan lamina (helaian daun), tanpa memiliki vagina (pelepah daun).
Circumscriptio atau bangun daunnya
berbentuk orbicularis (bulat). Dikatakan memiliki bangun daun berbentuk
orbicularis karena pada perbandingan panjang dan lebar, jarak merah yaitu 1 :
1.
Memiliki intervenium (daging daun)
yaitu tipis lunak (herbaceus). Pada bagian margo folii, daunnya bergerigi
(serratus). Pada bagian apex folii, daunnya meruncing (acuminatus). Karena pada
titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ujung
daun yang berbentuk runcing (acutus), dan ujung daun nampak sempit memanjang
dan runcing.
Bagian basis foliinya berlekuk (emarginatus), hal ini
ditemukan pada daun-daun bangun jantung, ginjal, dan anak panah. Permukaan
daunnya yaitu gundul (gleber). Susunan tulang-tulang daun (nervatio) dari jarak
merah adalah menjari (palminervis). Dikatakan menjari, karena dari ujung
tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar, memperlihatkan susunan
jari-jari seperti tangan, (anonim2, 2011).
b. Klasifikasi
Klasifikasi jarak merah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphobiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha gossypifolia L.
c. Ekologi
Tumbuhan
jarak merah merupakan tanaman semak berkayu yang ditemukan di daerah tropis dan
dikenal sangat tahan dengan kekeringan, serta mudah dikembangbiakkan dengan
cara stek. Tumbuhan ini mudah beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya. Dapat
tumbuh pada tanah yang subur tetapi memiliki drainase atau penyaluran air yang
baik, tidak tergenang, dan memiliki pH tanah
5,0 sampai 6,5. Tumbuhan jarak dapat tumbuh pada ketinggian sekitar 20 m dari
permukaan laut dan merupakan tanaman tahunan, dapat ditemukan pada daerah curah
hujan 750-2000 mm curah tahunan, tumbuh pada kelembaban kejenuhan basah tinggi
dan hidup pada temperatur 20º-30ºC sepanjang hidupnya,
d. Nilai medis
Beberapa kajian farmakologi telah dilakukan terhadap jathropa gossypifolia diantaranya ialah
pengujian ekstrak daun terhadap 10 jenis mikroorganisme (diantaranya adalah
Candida albicans, Staphylococcus aureus, Bacillus subtillis. Ekstrak etanol dari jarak merah dapat
mengakibatkan efekvaksorelaksan terhadap tikus dalam kedaan normal. Penelitian
yang dilakukan oleh Ravinadrath et. al terhadap jatrofenon yaitu senyawa yang
berhasil diisolasi dari akar jarak merah menunjukkan aktivitas anti mikroba terhadap Staphylococcus aureus yang daya kerjanya sebanding dengan
Penicilin G. Beberapa senyawa telah berhasil
di isolasi dari jarak merah yaitu alkoloi jatroiden, isogadin, cleomiscosin,
propasin, clilatrione, jatrofenon, jatrofolo A-B, fraxetin, cycologosine A-B
dan 18 senyawa ekstrak lipid dari daun.
e.
Nilai komersial
Pemanfaatan
minyak dari tanaman jarak sebagai bahan bakar alternatif ideal untuk mengurangi
tekanan permintaan bahan bakar minyak peghe atau penggunaan cadangan devisa.
(okaya, 2007)
C.
Kamboja (Plumeria acuminate)
a.
Morfologi
Kamboja merupakan daun yang tidak
lengkap karena pada bagian daunnya hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina) tanpa memiliki upih daun (vagina).
Bangun daun (circumscriptio) berbentuk sudip (spathulatus), dikatakan sudip karena seperti bangun bulat telur,
tepi daun (margo) rata (integer), ujung daun (apex)
tumpul (obtusus) karena pada tepi
daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju ke suatu titik
pertemuan, hingga terbentuk sudut yang tumpul (lebih besar dari 900
)
Pada
bagian pangkal (basis) runcing (acutus), pangkal daun ini biasanya
terdapat pada daun bangun memanjang, lanset dan belah ketupat, permukaan daun
licin suram (laevis apacus), susunan
tulang daun menyirip, dikatakan menyirip karena mempunyai satu ibu tulang yang
berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun, dari ibu
tulang daun ini ke samping keluar tulang-tulang cabang sehingga mengingatkan kita
pada sirip-sirip pada ikan, (anonim2 2010).
b. Klasifikasi
Berikut
ini klasifikasi kamboja (plumeria
acuminate) :
Kingdom
: Plantae
Devisi : Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Opocynales
Family
: Apocyanaceae
Genus
: Plumeria
Spesies
: Plumeria acuminate Ait.
c.
Ekologi
Tanaman
kamboja mempunyai pohon dengan tinggi batang 1,5-6 m, bengkok, dan mengandung
getah. Tumbuhan asal Amerika ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias di
pekarangan, taman, dan umumnya di daerah pekuburan, atau tumbuh secara liar.
Tumbuh di daerah dataran rendah 1-700 m di atas permukaan laut dan daerah penyebarannya ke seluruh
daerah tropis
d.
Nilai medis
Tanaman kamboja (Plumeria
acuminate) mengandung senyawa agoniadin, plumierid, asam plumerat, lipeol
dan asam serotinat, plumerid
merupakan suatu zat pahit beracun.
Menurut Sastroamidjojo (1967). kandungan kimia getah tanaman ini adalah damar
dan asam plumeria C10H10O5 (oxymethyl dioxykaneelzuur) sedangkan kulitnya
mengandung zat pahit beracun. Menurut Syamsulhidayat dan Hutapea (1991) akar
dan daun Plumeria acuminate, mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol, selain itu daunnya
juga mengandung alkaloid. Tumbuhan ini mengandung fulvoplumierin, yang memperlihatkan daya mencegah
pertumbuhan bakteri, selain itu juga mengandung minyak atsiri antara lain geraniol, farsenol, sitronelol,
fenetilalkohol dan linalool . Kulit batang kamboja mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol (Dalimartha, 1999 ;
Prihandono, 1996).
e.
Nilai komersial
Digunakan sebagai tanaman hias, harganya bisa ratusan ribu, bahkan
jutaan per pot. Apalagi bila ia memiliki bonggol indah yang meliuk, menekuk,
membulat, dan membengkak, harganya bisa mencapai Rp 2 – 3 juta per pot.
D.
Biduri (Calotropis gigantea)
a.
Morfologi
Daun biduri merupakan daun tidak lengkap, bertangkai pendek, letaknya berhadapan. Helaian daun berbentuk bulat
telur (ovatus) atau bulat panjang, ujung (apex)
tumpul (obtusus), pangkal (basis) berbentuk jantung, tepi (margo) rata (integer), pertulangan (nerfatio) menyirip (penninerfis), panjangnya 8-30 cm, lebar 14-15 cm, berwarna hijau
muda. (anonim2, 2009)
b.
Klasifikasi
Klasifikasi biduri sebagai berikut :
Kingdom :
Plantea
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Family :
Asclepiadaceae
Genus :
Calotropis
Spesies :
Calotropis gigantea
c.
Ekologi
Biduri dapat tumbuh dari biji di
lahan yang relatif kering seperti padang rumput kering, lereng-lereng gunung
yang rendah, dan pantai berpasir. Tanaman perenial ini mempunyai persebaran di
wilayah tropis dan subtropis, di benua Asia dan Afrika (Ahmed et all, 2005)
d. Nilai medis
Dimanfaatkan
untuk keperluan pengobatan tradisional. Bagian kulit akar bermanfaat memacu
kerja enzim pencernaan, peluruh kencing (diuretik), peluruh keringat
(diaforetik), dan perangsang muntah (emetik). Kulit batang yang diolah dahulu
berguna untuk perangsang muntah, sedang bunganya berkhasiat tonik, serta
menambah nafsu makan (stomakik). Daunnya berkhasiat rubifisien dan
menghilangkan gatal. Getah yang disekresikan bersifat racun, namun berkhasiat
sebagai obat pencahar. Hampir semua organ tubuh tanaman mengandung
senyawa-senyawa kimia bermanfaat. Secara umum, akar mengandung saponin,
sapogenin, kalotropin, kalotoksin, uskarin, kalaktin, gigantin, dan harsa.
Organ daun mengandung bahan aktif seperti saponin, flavonoid, polifenol, tanin,
dan kalsium oksalat. Kandungan pada batang berupa tanin, saponin, dan kalsium
oksalat. Getah yang dihasilkan juga memuat senyawa racun jantung yang
menyerupai digitalis (Kongkow, 2007).
e. Nilai komersial
Dapat digunakan makanan jengkrik.
Untuk peternak jengkrik, membeli Rp 1.500,00/bungkus serta dan juga digunakan
oleh sebagian industry obat-obatan karena terdapat zat-zat yang terkandung
dalam biduri yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit.
E.
Sirih
a.
Morfologi
Helaian daun berbentuk bundar telur lonjong, pada bagian pangkal
berbentuk jantung atau agak bundar, tulang daun bagian bawah gundul atau berambut sangat pendek, daging daun tebal , berwarna putih, panjang 5 cm sampai 18 cm, lebar 2,5 cm sampai 10,5 cm, (Ditjen POM, 1995).
berbentuk jantung atau agak bundar, tulang daun bagian bawah gundul atau berambut sangat pendek, daging daun tebal , berwarna putih, panjang 5 cm sampai 18 cm, lebar 2,5 cm sampai 10,5 cm, (Ditjen POM, 1995).
b.
Klasifikasi
Sistematika sirih (
Heyne, 1987) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnolyophyta
Kelas : Dycotyledoneae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper
betle L.
c.
Ekologi
Sirih ditemukan dibagian
timur pantai Afrika, disekitar pulau Zanzibar, daerah sekitar sungai indus ke
timur menelusuri sungai Yang Tse Kiang, kepulauan Bonin, kepulauan Fiji dan
kepulauan Indonesia. Sirih tersebar di Nusantara dalam skala yang tidak terlalu
luas. Di Jawa tumbuh liar di hutan jati atau hutan hujan sampai ketinggian 300m
diatas permukaan laut. Unutk memperoleh pertumbuhan yang baik diperlukan tanah
yang kaya akan humus, subur dan pengairan yang baik. Sirih hidup subur dengan ditanam di atas
tanah gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca tropika dengan air
yang mencukupi. Daun Sirih (Piper Betle) sejak lama dikenal oleh nenek
moyang kita sebagai daun multi khasiat
d.
Nilai medis
Minyak
atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betlephenol), seskuiterpen,
pati, diastase, gula dan zat semak dan chavicol yang memiliki daya mematikan
kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat menghilangkan
bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga bersifat
menahan pendarahan, menyembuhkan luka pada kulit dan gangguan saluran
pencernaan. Selain itu juga mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah,
hemostatik, dan menghentikan pendarahan.
e.
Nilai komersial
Daun sirih banyak digunakan dalam bahan
obat-obatan seperti sabun sirih yang
banyak di jual di pasaran dengan harga 12.000/botol
BAB III
METODOLOGI
A.
Waktu
dan tempat
Adapun
waktu dan tempat praktek morfologi tumbuhan yaitu :
Hari / tanggal :
Sabtu, 26 Maret 2011
Waktu :
01.00 – Selesai
Tempat :
Laboratorium biodiversity FMIPA UNTAD
B.
Alat
dan bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Buku
gambar
2. Alat
tulis menulis
3. Daun
Caladium bicolor
4. Daun
Saccharum officinarum L.
5. Daun
Acasia aurantifolia
6. Daun
Musa paradiasiaca
7. Daun
Calotropis gigantean
8. Daun
Zea mays
9. Daun
Plumeria acuminate
10. Daun
Euphorbia hirta
11. Daun Gnetum gnemon
12. Daun
Anacardium occidentale
13. Daun
Piper bettle
14. Daun
Jathropa gisififolia
15. Daun
Ipomea pes-caprae
C.
Cara
kerja
Adapun cara kerja selama melakukan pengamatan pada tumbuhan lengkap dan
tidak lengkap yaitu :
1. Menulis
spesies dan family tumbuhan
2. Menggambar
dan memberi keterangan bagian-bagiannya yaitu helaian daun (lamina), tangkai
daun (petiolus) dan upih daun (vagina)
3. Menentukan
circumscriptio, intervinum, margo, apex, basis, permukaan daun nervatio
4. Menentukun
termasuk daun lengkap atau daun tidak lengkap masing-masing tumbuhan tersebut
BAB IV
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
pengamatan
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
|
Nama : jagung
Spesies : Zea mays
Family : Poaceae
Circumscripto : bangun pita
(ligulatus)
Margo : rata (integer)
Apex : runcing
(acutus)
Basis : runcing
(acutus)
Intervenium : tipis seperti
Kertas
(papyraceus)
Nervatio : sejajar
(rectinervis)
Permukaan daun
: berbulu
halus dan
rapat
(villosus)
|
2
|
|
Nama : jarak merah
Spesies :
Jathropa
gisififolia
Family : Euphorbiaceae
Circumscriptio
: bulat
(orbicularis)
Intervenium : tipis seperti
Selaput
(membranaceus)
Margo : bergerigi
(serratus)
Apex : meruncing
(acuminatus)
Basis : berlekuk
(emarginatus)
Permukaan daun
: licin
suram
(laevis opacus)
Nervatio : menjari
(palminervis)
|
3
|
|
Nama : kamboja
Spesies : Plumeria
acuminate
Family : Apocyanaceae
Circumscriptio
: sudip
(spathulatus)
Intervenium : seperti kulit
(cariaceus)
Margo : rata (integer)
Apex : tumpul
(obtusus)
Basis : runcing (acutus)
Permukaan daun
: licin suram
(laevis
opacus)
Nervatio : menyirip
(penninervis)
|
4
|
|
Nama : biduri
Spesies : Calotropis
gigantean
Family : Asclepiadaceae
Circumscripto : sudip
(spathulatus)
Intervenium : tipis lunak
(herbaceus)
Margo : rata (integer)
Apex : tumpul
(obtusus)
Basis : berlekuk
(emarginatus)
Permukaan daun
: licin
berselaput
lilin
( laevis
pruinosus)
Nurvatio :
menyirip
(penninervis)
|
5
|
|
Nama : sirih
Spesies : Piper
bettle
Family : Piperaceae
Circumscriptio
: bulat telur
(ovatus)
Intervenium :
tipis lunak
(herbaceus)
Margo : rata (integer)
Apex : meruncing
(acuminatus)
Basis : runcing
(acutus)
Permukaan daun
: licin
mengkilat
(leavis netidus)
Nervatio : melengkung
(cervinervis)
|
B.
Pembahasan
a.
Jagung
(Zea mays L.)
Jagung merupakan tumbuhan tidak
lengkap karena hanya terdiri dari helaian daun dan upih daun. Sifat-sifat daun
jagung dilihat dari bangunnya (circumscriptio) bangun daun pita (ligulatus) karena serupa dengan bangun
garis, tetapi lebih panjang lagi, daging daun (intervenium) tipis seperti kertas karena tipis tetapi cukup tegar,
tepi daun (margo) rata (integer) karena apa bila di rabah pada
pinggirnya rata, tidak bergerigi, ujung daun (apex) runcing (acutus)
karena ujung daun memperlihatkan kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang
sedikit demi sedikit menuju keatas dan pertemuannya pad puncak daun membentuk
suatu sudut lancip (lebih kecil dari 900 ), ujung daun yang runcing
lain kita dapat pada daun-daun bangun : bulat, lanset, segitiga, delta, belah
ketupat dll. Pangkal (basis) runcing
karena daunnya memanjang, permukaan daun berbulu halus dan rapat karena pada
saat diraba terasa seperti laken atau beludru, pertulangan daun (nervatio) sejajar (rectinervis), pertulangan ini umumnya dapat di lihat pada bangun
daun pita dan juga daun jagung mempunyai
satu tulang ditengah yang besar membusur ke daun, sedang tulang-tulang
lainnya tampak lebih kecil dan tampak
terlihat semua mempunyai arah yang sejajar dengan satu tulang yang di tengah
tadi.
Berdasarkan literatur sebagai
pembanding dalam hasil pengamatan mulai dari bangun daun (lamina), daging daun (intervenium), tepi daun (margo), ujung daun (apex), pangkal daun (basis),
permukaan daun dan sussunan tulang daun memiliki ciri-ciri yang sama
b.
Jarak
merah (Jathropa gossififolia)
Jarak
merah merupakan daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari helaian daun
(lamina) dan tangkai daun (petiolus), jarak merah memiliki
ciri-ciri bangun daunnya (circumscription)
bulat (orbicularis) karena bangun
daun jarak memilik ciri yaitu panjang : lebar 1:1 selain itu dalam menentukan
bangun daun kita tidak boleh terpengaruh oleh adanya torehan atau lekukan pada
tepi daun,melainkan harus di bayangkan seakan-akan torehan tadi tidak ada, daging
daun (intervenium) tipis seperti
seperti selaput, tepi daun (margo)
bergerigi karena sesuai dengan tepi daun tersebut pada saat diamati sinus dan
angulus sama lancipnya, ujung daun (apex)
meruncing (acuminatus) karena sesuai
dengan pengamatan kita ujungnya runcing tetapi titik pertemuan kedua tepi
daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung daun nampak sempit, panjang
dan runcing, pangkal daun (basis)
berlekuk, permukaan daun licin suram, susunan tulang daunnya (nervatio) menjari (palminervis) karenatangkai daun keluar beberapa tangkai memencar
memperlihatkan susunan seperti jari-jari pada tangan.
Berdasarkan literatur yang
digunakan untuk sebagai pembanding dalam hasil pengamatan ciri-ciri daun jarak
merah mulai dari bangun daun (circumscription), daging daun (intervenium), tepi
daun (margo), ujung daun (apex), basis (pangkal daun), permukaan daun dan
susunan tulang daun (nervatio) sama dengan literatur sebagai pembanding.
c.
Kamboja
(Plumeria acuminate)
Kamboja merupakan daun yang tidak
lengkap karena tidak memiliki salah satu dari helaian daun, tangkai daun, dan
upih daun, tetapi daun kamboja hanya memiliki helaian daun (lamina), tangkai daun (petiolus). Berdasarkan hasil pengamatan
di laboratoriun lingkungan, ciri-ciri kamboja yaitu bangun daun (circumscriptio)
sudip (spathulatus) karena seperti
bangun bulat telur terbalik, tetapi bagian bawahnya memanjang, tepi daun (margo) rata (integer) karena pada saat di raba pada tepi daunnya tidak
bergerigi. Ujung daunnya (apex)
tumpul (obtutus) karena tepi daun
semula masih agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju ke suatu titik pertemuan,
hingga terbentuk sudut yang tumpul (lebih besar dari 900 ), daging
daun (intervenium) seperti kulit (coraceus) karena helaian daun kaku dan
tebal, pangkal daun (basis) runcing (acutus), permukaan daun licin suram. pertulangan
daun (nervatio) karena mempunyai satu
ibu tulang yang berjalan dari pangkal keujung, dan merupakan terusan tangkai
daun. Dari ibu tulang ke samping keluar tulang-tulang cabang, sehingga
susunannya seperti sirip-sirip pada ikan.
Berdasarkan literatur yang digunakan
untuk sebagai pembanding dalam hasil pengamatan ciri-ciri daun kamboja mulai
dari bangun daun (circumscription), daging daun (intervenium), tepi daun
(margo), ujung daun (apex), basis (pangkal daun), permukaan daun dan susunan
tulang daun (nervatio) sama dengan literatur sebagai pembanding
d.
Biduri
(Calotropis gigantea)
Biduri merupakan daun yang
tidak lengkap karena hanya terdiri dari helai daun dan tangkai daun. Ciri-ciri
biduri yaitu helaian daun (circumscriptio)
sudip (spathalatus) karena seperti
bangun bulat telur terbalik, tetapi bagian bawahnya memanjang, daging daun ( intervenium)
tipis lunak (herbaceus), tepi daun (margo) rata (integer) karena pada saat
diraba pada pinggirnya tidak rata, ujung daun (apex) tumpul (obtusus) karena tepi daun yang semula masih agak jauh
dari ibu tulang, cepat menuju ke suatu titik pertemuan, hingga membentuk sudut
yang tumpul (lebih besar dari 900). Pangkal daun (basis) berlekuk (emarginatus) karena bentuknya berlekuk keatas seperti hati, permukaan
daun licin berselaput lilin (laevis
pruinosus), susunan pertulangan (nervatio)
karena ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar, memperlihatkan
susunan seperti jari-jari pada tangan.
Berdasarkan literatur yang
digunakan untuk sebagai pembanding dalam hasil pengamatan ciri-ciri biduri
mulai dari bangun daun (circumscription), daging daun (intervenium), tepi daun
(margo), ujung daun (apex), basis (pangkal daun), permukaan daun dan susunan
tulang daun (nervatio) sama dengan literatur sebagai pembanding
e.
Sirih
(Piper bettle)
Sirih merupakan daun yang tidak
lengkap karena hanya terdiri dari helai daun dan tangkai daun. Ciri-ciri daun
biduri yaitu bangun daun (circumscriptio)
bulat telur (ovatus) karena dibagian
yang terlebar dibawah helaian daun, daging daun (intervenium) tipis lunak, tepi daun (margo) integer (rata)
karena pada tepinya pada saat diraba tidak kasar, ujung daun (apex) meruncing (acuminatus) karena pada ung yang runcing tetapi titik pertemuan
kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung daun nampak
sempit panjang dan runcing, pangkal daun (basis)
runcing (acutus), permukaan daun
licin mengkilat, susunan tulang daun (nervatio)
karena mempunyai beberapa tulang yang besar, satu ditengah, yaitu paling besar
sedangkan yang lainnya mengikuti jalannya tepi daun. Jadi semula memncar
kemudian kembali menuju kesatu arah yaitu keujung daun, hingga selain tulang
yang ditengah semua tulang-tulangnya kelihatan melengkung.
Berdasarkan literatur yang
digunakan untuk sebagai pembanding dalam hasil pengamatan ciri-ciri daun sirih
mulai dari bangun daun (circumscription), daging daun (intervenium), tepi daun
(margo), ujung daun (apex), basis (pangkal daun), permukaan daun dan susunan
tulang daun (nervatio) sama dengan literatur sebagai pembanding
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
hasil praktikum serta pembahasan diatas dapat di simpulkan :
1.
Klasifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan melihat ciri dan sifat
pada daun contohnya, bentuknya, ujungnya, pangkalnya, susunan tulang-tulangnya,
tepinya ,daging daunnya, permukaan daunnya, arah anak tulang, bentuk tulang
daun dan warna permukaan daun.
2. Berdasarkan bagiannya daun dibedakan atas daun lengkap
dan daun tidak lengkap.
3. Setiap jenis memiliki tanaman memiliki struktur daun yang
berbeda, sesuai kebutuhan.
B. Saran
Agar praktikum
selanjutnya menjadi lebih baik, dibutuhkan kerja sama antara praktikan dengan
asisten, serta praktikan fokus pada pratikumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang,
2008, Piper bettle, http://bambang.blogspot.com/2008/11/tumbuhan;piper-bettle-l.htm.l Diakses pada Tanggal 28 Maret
2011 Pukul 20.00
Plantamor, 2010, Plumeria acuminate, (online) http://www.plantamor.com/index.php?plumeriaacuminate=345.
Diakses pada Tanggal 27 Maret 2011.
19.00
Plantamor, 2010, Jatropha gossyfifolia, (online) http://www.plantamor.com/index.php?jatrophagossyfifolia=343. Diakses pada Tanggal 27 Maret
2011. 21.00
Diakses pada tanggal 27 Maret 2011
Pukuk 18.00
Diakses pada tanggal 26 Maret
2011 pukul 17.00
Makasih ya atas informasi yang diberikan sangat bermanfaat gan...
ReplyDeleteSalam kenal gan dari membuat Manisan kolang kaling
Did you know there is a 12 word phrase you can tell your partner... that will trigger deep feelings of love and impulsive appeal to you deep inside his chest?
ReplyDeleteBecause hidden in these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's instinct to love, admire and guard you with his entire heart...
===> 12 Words Will Trigger A Man's Desire Instinct
This instinct is so hardwired into a man's brain that it will drive him to work harder than before to love and admire you.
Matter of fact, triggering this all-powerful instinct is so mandatory to having the best ever relationship with your man that the second you send your man one of these "Secret Signals"...
...You'll immediately notice him open his heart and soul for you in such a way he haven't expressed before and he'll identify you as the one and only woman in the galaxy who has ever truly tempted him.